28 || Hujan dan Perasaan yang jatuh

4.7K 626 58
                                    

Zevan pernah bilang kepada Bara, jika Lingga itu serupa Lautan.

Mungkin kali ini Bara akan setuju, karena melihat Lingga tidur di sampingnya membuat Bara merasa jika dia sedang memandangi lautan biru yang tenang.

Lingga benar-benar damai sekali saat tidur.

Membuat Bara tidak tega untuk membangunkannya, padahal mobilnya sudah berada di parkiran sekolah tapi Bara dengan sengaja malah bertahan disana.

Membiarkan waktu berlalu begitu saja,

Bara mengalihkan perhatiannya ke kaca mobil, mencari-cari keberadaan motor Tara.

Tidak biasanya anak itu pergi pagi sekali apalagi sampai melewatkan sarapan.

Ngomong-ngomong soal sarapan, Bara juga merasa jika sarapan tadi pagi rasanya tidak biasa sekali.

Bukan masalah Tara, tapi kehangatan antara kedua orangtuanya dan Lingga yang tidak biasa.

Lingga ditanya banyak hal yang sangat jarang sekali terjadi.

Apalagi papanya yang ikut menimpali dan bertanya banyak hal dan soal kondisi Mamahnya juga telah baik-baik saja.

Bara senang sekali melihat papanya berusaha akrab dengan Lingga.

Tak lama kemudian mata sipitnya menemukan Tara dan motornya baru memasuki parkiran.

Bara langsung keluar dari mobil.

"Tar!"

Tara yang baru membuka helm, langsung menatap tanya kakaknya.

"Lo kemana ajah berangkat pagi, tapi datengnya siang!"

Tara mengangkat alis, "Lo sendiri ngapain, bukannya masuk? Lagi jaga Lo?"

Bara terkekeh lalu menunjuk ke arah mobil dengan lirikan matanya "Lingga lagi tidur di dalem"

"Oh oke"

Bara manggut-manggut tapi matanya langsung memicing begitu menangkap perban di tangan Tara.

"Kenapa?"

Tara melirik tangannya "Jatuh dari motor"

"Kapan?"

"Kemarin malem"

"Lo gak bilang ke gue!"

Kini giliran Tara yang terkekeh geli, "Lo sibuk ngurus bayi besar mana bisa ngelirik gue "

Bara mengerutkan keningnya, tidak mengerti. Tara kembali mengulas senyumnya.

"Noh Bayi besar Lo baru bangun, gih samperin. Gue mau nyari kehangatan dari yang lain dulu. Bye!"

Bara langsung melihat ke arah yang ditunjuk Tara dengan dagunya dan melihat Lingga disana berdiri di belakangnya.

*****

"Tar tangan Lo!"

Wanda memekik saat melihat pacarnya masuk ke kelasnya yang tengah sepi dengan keadaan tangan yang diperban.

Tara meringis begitu merasakan sentuhan Wanda yang lembut tapi terasa sangat menyakitkan di tangannya.

Wanda membola begitu telah berhasil membuka perban asal itu dan menemukan luka goresan yang belum kering di tangan pacarnya.

"Tar, udah berapa kali harus gue ingetin kalo ada masalah itu bilang jangan nyakitin kayak gini! Kebiasaan jelek Lo ini cuman bikin Lo tambah sakit Tar!"

Tara tidak menggubris marahan Wanda malah ia membawa Wanda ke dalam pelukannya,menaruh kepalanya kepada pundak Wanda.

Tara lelah,

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now