31 || Anyelir kuning

4.3K 646 48
                                    

Jika ditanya apa Lingga benci bundanya saat meninggalkannya, Lingga akan dengan lantang akan bilang dia tidak membenci.

Bahkan ketika malam itu, bundanya meminta dia untuk kembali pada nenek Lastri. Lingga tidak membenci.

Lingga merasa jika dia membenci, itu hanya akan membuatnya terlihat egois dan terlihat  seperti memaksa semua orang harus menerimanya.

Lingga tidak ingin seperti itu,

Tapi hari ini ,perasaan Lingga campur aduk rasanya.

Melihat Bara di ujung sana tengah marah dan terus-terusan menyebut namanya, memperjuangkan.

Bahkan air mata Bara sudah berderai tumpah ruah karenanya. Tapi Lingga tidak tau harus berbuat apa.

Bahkan tas besar yang sudah Lingga siapkan telah dilempar oleh Bara, tidak mengizinkannya untuk menyentuhnya barang sedetik pun.

"Kalo Lingga tetep berangkat, gak mau tau. Pokoknya Bara mau ikut!"

Mendengar itu Ferdi langsung naik pitam dan bersiap hendak memukul anaknya, Lingga yang ada di belakang Bara tanpa pikir panjang menarik kakaknya mundur.

Berhasil mengambil atensi Bara, Lingga pun langsung melirik bundanya meminta bantuan.

Vania paham, dia pun mendekat ke suaminya.

"Sayang, biar Lingga yang ngomongin baik-baik ya"

Ferdi membuang nafas, mengusap wajahnya kasar. Dia melirik sekilas ke arah Vania dan tanpa berucap apapun melangkah pergi ke kamar.

Vania membuang nafas lega, lalu dengan sedih mendekat ke arah kedua putranya yang kini saling berpelukan.

Melihat itu Vania menatap sendu keduanya, tapi bibirnya tak berhenti menampilkan senyum teduh.

Berusaha kuat, karena bagaimanapun Lingga adalah darah dagingnya.

"Kakak, Bunda ke kamar ya?"

Bara tidak merespon, malahan Bara makin menenggelamkan wajahnya pada leher Lingga ,menangis disana membiarkan Vania tau betapa sedihnya dia.

Vania hanya bisa mengulas senyum sedihnya, lalu matanya bergulir pada Lingga yang sedang mengusap-usap punggung Bara, menenangkan.

"Lingga"

Dipanggil begitu barulah Lingga mengangkat wajahnya menatap bundanya.

"Nanti kalo udah sampai kabarin mamah ya"

Lingga mengangguk patuh, Vania mengusak rambut Lingga lalu mencium dahinya.

"Maafin mamah, gak nganterin. Tapi mamah usahain, secepatnya mamah nengokkin kamu sama Tara, Bara juga"

Kata Vania dengan getar yang mulai tidak bisa ia sembunyikan,tadi dia juga sempat menyentuh Bara tapi anak itu langsung menepisnya membuatnya mengambil kembali tangannya dengan perasaan sedih.

"Baik-baik ya Lingga, mamah sayang Lingga"

Lingga hanya mengangguk mengiyakan.

Merasa mamahnya sudah ke atas, barulah Bara mengangkat wajahnya ,membuat Lingga bisa melihat jelas wajah kacau kakaknya.

"Jangan Pergi. Lo gak gue izinin Pergi"

Lingga menggeleng.

"Gak bisa kak. Lingga harus per-"

Bara menutup mulut Lingga, tidak membiarkan adiknya melanjutkan.

"Enggak tetep enggak!"

Lingga menarik tangan besar Bara, menatap serius kakaknya.

Rumah Untuk Lingga (Completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora