6 || Eskul

9.8K 1K 26
                                    


Happy reading

*****

Lingga hanya bisa tersenyum kikuk, begitu dia mendapatkan omongan dari nenek Tara dan Bara berupa wejengan untuk tidak terlalu merepotkan ketika Lingga menyalami tangannya.

Belum lagi tatapan mengintimidasi dari saudara yang lainnya, membuat Lingga merasa tak nyaman. Juga merasa jika dia berada di bukan tempat yang seharusnya.

Maka begitu ada kesempatan, Lingga langsung memisahkan diri saat yang lain sedang larut dalam obrolannya.

Saat ini Lingga sedang berada di restoran dalam hotel, keluarga besar Bara dan Tara mengadakan acara makan-makan disana, yang bahkan Lingga pun baru pertama kalinya menginjakan kakinya ke tempat seperti ini.

Begitu sampai di bagian luar restoran yang terhubung dengan letak parkiran hotel.

Lingga pun mendudukkan diri begitu mendapati bangku panjang yang tersedia di sana.

Lingga mengadahkan wajahnya pada langit malam, lalu perlahan matanya ia pejamkan saat dinginnya angin malam mulai menerpa kulitnya. Untuk beberapa saat Lingga bertahan di posisi itu

Dan sampai saat kelopak matanya mulai membuka kembali, Lingga sudah mendapati wajah datar Tara yang kini sedang berdiri didepannya.

"Bisa, buat bikin ini semua gak jadi menyusahkan?"

Pertanyaan tiba-tiba yang keluar dari mulut Tara,membuat Lingga membalasnya dengan tatapan tak mengerti.

Merasakan udara yang makin dingin, Tara pun memasukkan tangannya pada saku celana bahan yang sedang ia kenakan. Kemudian Tara kembali mengambil suara.

"Gue gak tau apa tujuan lo buat bikin semuanya jadi sulit, kalo tujuan Lo buat bikin gue peduli. Maaf tapi trik murah Lo gak ngegerakin hati gue sama sekali, tapi gue sedikit salut karena akhir-akhir ini Lo udah bisa bikin Bara uring-uringan karena bingung harus ngasih sikap kayak gimana. Dan jujur gue sedikit sebel, karena walaupun gue biarin Lo tinggal disini bukan berarti Lo bisa ngambil apa yang gue punya. Cukup sebagian ruang yang gue kasih, enggak sama yang gue punya. Gue terima kedatangan Lo di rumah tapi enggak sama status lo itu"

Awalnya Lingga tak mengerti kemana arah pembicaraan yang Tara bawa, tapi begitu menyebutkan Bara dan status posisi Lingga. Akhirnya remaja tanggung itu mengerti, mungkin Tara merasa jika kehadirannya merebut perhatian Bara jika itu yang Tara maksud, karena terus terang Lingga bahkan tidak mengerti hal yang bagaimana sampai-sampai membuat Tara begitu terusik. Yang dilakukan Bara hanya hal biasa menurutnya. Dan itupun terjadi sekali, hanya menyampaikan bekal dari bundanya tempo lalu. Dan setelah itu tidak ada interaksi lebih, karena setahu Lingga Bara sedang sibuk mempersiapkan acara sekolah.

Tapi karena dihadapannya adalah Tara yang Lingga tau dia orang seperti apa, Lingga pun hanya menganggukkan kepalanya ,tanda mengerti.

"Iya, kak. Lingga akan lebih hati-hati lagi"

Jawab Lingga seadanya.

Tara yang mendengar jawaban Lingga seperti itu tertawa remeh, merasa tak puas.

Dia kemudian mendekat , mensejajarkan wajah angkuhnya pada Lingga lalu menatap mata bulat Lingga dengan tajam.

"Bukan hanya hati-hati, tapi berhenti cari muka"

Ucap Tara dengan serius.

"Atau gue bakal hancurin Lo dan tunjukin borok Lo"

Lingga yang diancam seperti itu tak merasa gentar sama sekali, malah dia menganggap jika Tara itu lucu,karena melakukan hal ini demi sesuatu yang kekanak-kanakan sekali. Tapi tentunya hanya dalam pikirannya.

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now