35 || blood and wounds

5.4K 652 58
                                    

Vote dan komen jangan lupa 🔥
__________
Genta menatap tubuh Lingga yang sudah terkapar di tanah.

Semua orang suruhannya juga telah dia suruh pergi, dan kini hanya tersisa dirinya dan Lingga.

Genta yang melihat Lingga sedari tadi diam tidak bergerak sedikit pun, langsung berjongkok, memastikan.

Lalu tersenyum miring.

"Lingga. Lo gak diijinin buat pingsan"

Setelah mengatakan itu. Genta mengambil tubuh Lingga ke rengkuhannya membawanya pergi ke ruang yang tertutup pintu.

Setelah sampai,Genta mendorong pintu dengan kakinya kemudian masuk ke dalam sana.

Tanpa berperasaan, Genta langsung saja menjatuhkan Lingga pada bak berisi genangan air hujan yang ada di ruangan itu.

Yang tentunya otomatis membuat Lingga tersadar, dan bergetar begitu merasakan sensasi dingin dan perih secara bersamaan.

Genta melihatnya, menyeringai puas

"Nah, kan gue gak sendiri lagi"

Lingga tidak menjawab perkataan Genta, sebaliknya Lingga memeluk tubuhnya sendiri.

Genta kembali berjongkok, kali ini dia memperhatikan Lingga dengan seksama. Sambil bertopang dagu dengan siku yang bersandar pada pinggiran bak.

Jauh dalam lubuk hatinya, melihat Lingga seperti ini. Genta sebenarnya merasa tidak nyaman apalagi begitu dia mencoba mencelupkan ujung jarinya dan merasakan dingin yang amat sangat.

Tapi, Genta selalu seperti ini ketimbang menggubris perasaannya yang sebenarnya.

Genta akan memilih berpura-pura dan selalu menyakinkan diri sendiri bahwa hal ini pantas didapatkan Pele untuk dengan segala penderitaan yang dia alami bersama kakaknya.

Pele pantas merasakannya.

Walaupun dia tau, jika Lingga tidak ada hubungannya.

Meski begitu secara tidak sadar, tangannya malah mengusap pipi Lingga yang lebam.

Membuat Lingga yang sedari tadi menunduk, kini mengangkat wajahnya dan menatap Genta sayu.

Genta yang ditatap seperti itu, langsung tersadar dan menarik tangannya cepat.

"Tunggu disini. Itupun kalo berhasil "

Ucap Genta dengan seringai di bibirnya, dan tanpa menunggu reaksi Lingga. Genta langsung pergi ke luar, mengunci pintunya dari luar.

Meninggalkan Lingga dengan genangan air bak yang mulai memerah.

*****

Genta tersenyum miring begitu melihat Pele dan yang lainnya kini sudah ada di depannya.

Bahkan Genta tidak merasa takut, jika posisinya sekarang berat sebelah.

Dia tidak memiliki siapapun lagi dibelakangnya, tidak seperti Pele.

Genta langsung memicingkan matanya, merasa ada yang kurang.

Tapi kemudian dia tertawa kecil sadar kekurangan orang itu adalah karenanya, membuat Pele dan lainnya langsung memasang badan siap-siap.

Genta melihatnya tersenyum simpul, lalu kedua telapak tangannya disatukan membentuk segitiga, Genta kembali menyeringai.

"Denger, kalo kalian gak segera cari Lingga, tuh anak bisa mati"

Mengatakan ini pun sebenarnya Genta hanya sekedar bercanda.

Tapi berbeda dengan Bara yang mendengarnya itu langsung maju dengan emosi tapi ditahan oleh Zevan dan Erlang.

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now