38 || Kebohongan Tara

6.2K 614 45
                                    

Tara yang baru sampai, begitu membuka pintu masuk ia langsung disambut pelukan hangat Lingga.

Di belakangnya juga Tara bisa melihat ada Bara yang bersandar di pinggiran lawang pintu kamar, tersenyum.

"Kak Tara!"

Tara yang tadi sedang melihat ke Bara kini mengalihkan perhatiannya pada Lingga yang tersenyum lebar memamerkan deretan rapih giginya.

"Apa?"

Tanya Tara masih dengan muka tak sukanya, meski begitu Tara ikut menyambut pelukan Lingga dengan menaruh kedua tangannya pada pinggang adiknya.

Bara yang melihat tersenyum geli, tapi tidak berniat menggoda Bara pun meninggalkan kedua adiknya dan memilih pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

"Kak Tara, celengan Lingga dibawa kan?"

Tanya Lingga saat mengikuti langkah lebar Tara.

Tara yang sudah dekat dengan kasurnya, langsung menaruh tas bawaannya asal ke atas kasur lalu melepaskan kaos yang dia kenakan.

Di sela-sela kegiatannya, Tara menjawab.

"Gak, lupa. Nanti besok kita ke rumah. Pamitan ke mamah papah sekalian sama anak-anak lainnya Bara udah bilang buat kumpul di HokBen "

Lingga yang mendengar itu, langsung tersenyum. Dia tidak sedih sama sekali, berpisah dengan ibunya yang baru dia temui lagi. Begitupun dengan papa barunya lalu teman-temannya yang menyayanginya. Memang berat rasanya karena sudah banyak hal yang telah dilewati bersama-sama, tapi sekarang Lingga punya rumah. Rumahnya sendiri, rumah dimana tempat tujuannya untuk pulang, maka dari itu,Lingga akan ikut kemanapun Tara mengajaknya begitupun dengan Bara.

Dan tepat saat Tara berbalik, Lingga langsung tersenyum senang lalu menganggukkan kepalanya sambil berjalan mendekati Tara, mengikis jarak lalu.

"Kak Tara, nanti kita cari rumah yang nyaman ya,,di Sulawesi!"

Ujar Lingga dengan semangat, dan memeluk Tara lagi.

*****

"Papah!, Lampunya udah ijo!! Mau berhenti sampai kapan?"

Tara yang sedang memegang kemudi, langsung tersadar begitu putri tertuanya yang berumur tujuh tahun mengingatinya.

Buru-buru Tara segera menyetir mobilnya maju.

"Maaf Kia"

Kia nama Putri tertua Tara yang duduk di kursi belakang langsung cemberut, tidak senang.

"Pokoknya kalo sampe, Kia telat masuk sekolah gara-gara Papah. Kia mau mogok ngomong sama Papah!"

Tara yang diancam seperti itu langsung menatap putrinya lewat spion depan, memasang wajah sedihnya disana.

"Loh jangan gitu dong. Nanti kalo Kia gak ngomong sama Papah. Nanti Papah ngomong sama siapa?"

"Sama Anggel" Jawab Kita cepat.

Tara mendengarnya langsung terhenyak, tidak terima.

"Hih serem Kia, Anggel kok diajak ngomong, dia kan Ikan!!"Protes Tara sambil membayangkan ikan bernama anggle jenis angglefish milik Kia itu, dia ajak bicara. Meski begitu diam-diam Tara terkekeh merasa lucu. Karena rasanya familiar sekali.

Tapi tetap saja meski Tara berkata jika dia telah sembuh tapi dia tetap,tidak bisa menyembunyikan rasa kehilangannya yang sangat besar.

Tara tidak bisa lagi.

Kia yang melihat raut sedih papahnya langsung berpindah ke kursi depan, membuat Tara panik seketika tapi tidak berlangsung lama. Begitu Kia berhasil duduk.

Tara membuang nafas lega.

"Papah kata om Saga, Kalo Kia liat muka Papah sedih Kia harus buru-buru ngehibur. Tapi Kia gak tau harus ngapain? Makanya Kia mau nanya meski berarti Kia ngebocorin rahasia Kia sama om Saga"

Mendengar ucapan polos anaknya, Tara langsung tertawa. Saga yang sibuk dengan jadwal pasiennya masih sempat-sempatnya memikirkannya. Tapi meski begitu Tara tetap bersyukur Saga sangat peduli padanya.

Jadi untuk menghargai usaha putrinya, Tara meminggirkan mobilnya dan berhenti. Lalu menghadap ke arah putrinya yang kini sedang menatapnya dengan mata bulat jernih miliknya.

Lalu mengambil sesuatu dari tas kerjanya, dan membawa sebatang coklat sebagai hadiah. Kia yang menerimanya langsung berbinar senang dan mencium pipi Tara spontan.

Tara yang melihat Kia senang dia juga Ikut senang, meski dia tidak mau menyamakan tapi, dia tidak bisa menampik.

Kia terlalu mirip dengannya.

*****

"Yo, Tar. Lo udah makan?"

Disambut dengan pertanyaan seperti itu, Tara menggelengkan kepalanya dia baru saja sampai di toko hewan milik temannya ini, tadinya Tara hanya ingin membeli makanan Ikan lalu pulang.

Tapi melihat Oka yang sedang sarapan dengan nasi goreng udang di meja , Tara malah ikutan duduk di sofa yang berada di belakang kasir dan dengan kurang ajar Tara menarik piring Oka yang berada di meja depan sofa itu,menggesernya ke hadapannya, lalu mulai menyuap.

Oka yang melihatnya langsung melongo tidak bisa berkata-kata, niatnya tadi dia hanya basa-basi tapi siapa sangka Tara menanggapinya dengan serius.

Niat hati ingin memaki, tapi begitu melihat Tara memakannya dengan lahap. Oka langsung mengurungkan niatnya itu. Dan memilih untuk meminum air.

"Ngomong-ngomong istri Lo mana?"

Tanya Tara yang telah selesai menghabisi sarapan pagi Oka.

Oka yang sedang minum langsung tersedak, dia tetap merasa agak sedikit tidak nyaman Tara menanyai istrinya. Meski ini sudah tahun ketiga.

Tara yang melihat tingkah laku Oka itu, terkekeh merasa lucu.

"Serius?, Lo masih gak enak sama gue karena udah nikahin si Wanda?"

Oka yang mendengar itu langsung melotot dan menggeleng cepat, sial dia mendadak jadi malu sendiri.

Berbeda dengan Oka yang sudah tidak tenang ditempatnya. Tara malah terlihat nyaman sekali, terlihat dari bagaimana Tara menyadarkan sepenuhnya tubuhnya di sofa mencoba merilekskan diri.

"Rasanya, kayak kemarin gue liat Lo si lemah yang koma di rumah sakit gara-gara dihajar orang. Tapi sekarang Liat Lo lagi gue baru sadar, kayaknya banyak hal yang udah gue lewatin sampai titik ini. Dan syukurnya gue masih nafas. Dan bisa nyaksiin Lo semua tumbuh"

Oka yang mendengar itu langsung saja menatap nyalang ke arah Tara, Tara itu tipikal orang yang tidak membeberkan isi hatinya. Tapi hari ini mendengar ungkapan Tara bukannya senang Oka malah merasa seperti tersengat. Hatinya mendadak pilu.

"Oka seperti yang gue bilang, gue ini baik-baik ajah sama seperti halnya gue ngelepas Wanda. Gue bener-bener dalam kondisi baik-baik ajah. Oka.. jadi gue mohon..kedepannya Lo bersikap biasa ajah. Karena bagaimanapun sesuatu hal yang terjadi waktu dulu itu udah lewat. Sekarang ya sekarang"

Tidak, Oka benar-benar tidak memikirkan lagi tentang hubungan istrinya dengan Tara. Tapi saat ini ada sesuatu hal yang lain di pikirannya, yang dia yakin juga saat ini Tara sedang mencoba tegar karena hal itu.

Karena Oka tau betul, Tara tidak pernah baik-baik saja semenjak kejadian tujuh tahun lalu.

Meski Tara saat ini sedang menampilkan senyum terbaiknya di hadapan Oka.

Tara tidak bisa berbohong.

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now