20 || Petasan Yang Menyala

4.5K 634 47
                                    


Pecah, aksi saling serang di sosmed berujung tawuran menyebabkan banyak pelajar yang kritis akibat luka serangan senjata tajam

Orang tua pelajar histeris, begitu tau anaknya ikut tawuran

Pihak sekolah dan kepolisian bekerja sama untuk menindak para peserta tawuran

Tawuran antar pelajar memakan korban jiwa

Bara mematikan layar ponselnya lalu memasukkannya kembali ke dalam saku jaket kulit warna cokelat tua yang ia kenakan. Membuang nafas, lalu Bara bergerak memakai helm pada kepalanya.

Bunyi deru mesin motor yang sudah lama tidak dipakai,menyapa gendang telinganya begitu Bara menstrater motor merahnya, setelah sekian lama akhirnya datang lagi saat-saat dimana Bara menggunakan kembali motor kebanggaannya ini.

Masa jaya yang sudah lama terlupa. Kini kembali lagi walau hanya sebentar, Ah Bara jadi rindu masa nakalnya saat SMP.

Tapi sekarang bukan waktunya untuk bernostalgia, karena kali ini Bara menggunakannya untuk menyelamatkan nyawa.

Maka dari itu setelah sekian lama terlarut dalam pikirannya Bara pun kini membawa motornya pergi, bergabung dengan puluhan lainnya yang sudah menantikannya di ujung jalan.

"Yo Bar!"

Gara salah satu langganan lawan tawuran antar sekolahnya. Menyapa diatas motor scooter hitamnya.

"Semuanya udah di posisi kan?".

"Udah, si Pele juga udah lagi sama Erlang. Tinggal nunggu kita. Topan udah ada di posisinya. Tara juga sama Zevan, terus ditambah anak buah gue buat mantau udah siap sedia semuanya".

Bara manggut-manggut tapi kemudian dia menengok ke arah rekannya itu, dan menatap serius di balik helmnya."Lo gak lupa pake jas anti peluru kan?"

Gara tertawa geli. "Lo khawatir gue ketembak ya?"

Bara mendengus. " Iya entar kalo Lo ketembak, gue yang repot"

"Santai, Bar. Aman pokoknya"

"Awas aman-aman ternyata malah makan rekan sendiri"

Gara terkekeh lucu, mendengar jawaban sarkas dari Bara "Enggak lah seharian ini kita full kawan Bar, sumpahhh"

Bara tidak menjawab. Ia malah segera menyalakan kembali motornya, bersiap. Kemudian mengangkat satu tangannya tinggi-tinggi. Gara yang disampingnya langsung mengambil posisi siap juga.

Semua yang dibelakang Bara menangkap kode itu langsung bersiap-siap menyalakan lagi mesin motornya, sehingga terdengar suara riuh mesin motor menyala bersautan-sautan dengan kencang. Dan begitu Bara menurunkan Tangannya semua motor itu berjalan pergi dengan dipimpin Gara di paling depan.

Setelah semuanya pergi barulah Bara mengikuti dari belakang menjaga agar tetap aman bersama anggota timur lainnya.

*****

Pria bertubuh besar berwajah garang, menatap marah ke arah Iky yang sudah babak belur dipukuli oleh rekannya. Melihat Iky yang tetap enggan menurut membuat Pria itu akhirnya menyerah dan berkata dengan marah "Terserah, mau make sekarang atau enggak. Akhirnya Lo juga bakal tetep make jadi nikmatin waktu bersih Lo sekarang. Karena gak lama Lo bakal hancur"

Setelah berkata seperti itu dengan kejamnya, pria itu meninggalkan Iky yang kini terlihat putus asa sambil melihat serbuk putih yang berceceran di lantai. Iky hampir saja dicekoki untung saja dirinya melawan dan berhasil mengulur waktu meski dia harus mengorbankan badannya.

Selama sebulan ini Iky telah disekap oleh bossnya, yang mempunyai tempat hiburan klub malam dimana Iky dan Walinya tinggal dan di besarkan. Sebenarnya bukan sepenuhnya disebut wali karena nyatanya Serlin hanyalah seorang wanita penghibur yang mengasuh Iky dengan sukarela saat Ibunya Iky yang merupakan senior Serlin, meninggalkan Iky begitu saja setelah melahirkan dan pergi merajut hidup baru dengan mantan kekasihnya.

Dan Iky malah ditinggalkan tanpa belas kasih, bahkan sampai harus menanggung utang Ibunya.

Sehingga jika Iky ingin keluar dari tempat itu, Iky harus membayar ratusan juta. Iky yang tidak punya uang tentu lebih memilih untuk tetap tinggal dan bertahan, toh ditempat ini dia masih punya Serlin yang menyanginya.

Iky pikir dia akan tetap aman selama menurut dan bekerja tanpa upah.

Tapi lagi-lagi Iky salah, ternyata orang-orang ini tidak memiliki rasa hati nurani sedikit pun dan akan menjadikan Iky sebagai seorang pemakai dan setelah itu menjadikannya sebagai kambing hitam untuk melindungi orang-orang itu.

Sekarang Iky benar-benar diambang batas, perjuangannya untuk tetap menjaga kesadarannya tidak lagi bisa Iky pertahankan. Dan sebelum sepenuhnya kesadarannya hilang Iky menyeret tubuhnya mengambil botol minuman keras di meja, lalu dengan sisa kekuatan melempar botol itu ke tembok.

Begitu botol itu pecah dan pecahan kacanya berceceran, Iky mengambil satu pecahan yang terdekat.

Tubuhnya yang tadi tengkurap dibaliknya, sehingga Iky dapat melihat jelas lampu kristal diatas. Iky jadi teringat Lingga, entah kenapa disaat seperti ini Iky malah mengingatnya kejadian dimana Lingga dengan baik mau selalu membagi lauknya kepada Iky, Bahkan sampai-sampai anak itu selalu membawa lauk yang banyak dan ternyata sebagian itu untuk Iky.

Merasakan matanya mulai memanas, Iky langsung membawa lengannya yang menganggur untuk menutupi matanya. Iky merasa begitu dicintai.

"Sial, gue gak mau matii, hah" Lirih ungkapnya dengan putus asa.

"Tapi gue gak mau jadi pecandu"

*****

Topan yang mengawasi lewat teropong dari jarak jauh di dalam ruang hotel yang dipesannya, langsung mengambil handphone di sampingnya yang telah tersambung sejak tadi. "Timur udah sampai" Ucapnya dengan mata yang terus mengawasi.

Diseberang sana, Zevan yang memimpin barisan depan langsung mengangguk. Lalu sama halnya dengan Bara. Zevan pun mengangkat tangannya memberi aba-aba. Tara yang di belakang langsung maju bersama anak lainnya dan Zevan mengikuti dari belakang.

Tanpa sepengetahuan mereka, Lingga diam-diam ikut ada disana menebeng entah pada siapa. Tanpa memakai perlengkapan apa-apa, membaur bersama.

******

"Gimana udah?". Tanya Erlang cemas, yang berada dibalik kemudi.

Pele menggeleng. "Belum, mereka baru mulai"

*****

"Bos..Boss. Bos."

Yang dipanggil Boss langsung melotot kesal karena diganggu acara main kartunya. "Ada apa?" Sentaknya seraya membanting kartunya di meja membuat ketiga orang lainnya yang menemani langsung melihat kartu itu dengan senang.

Orang yang memanggil itu langsung menciut takut. "Anu, Bos. Di depan ada tawuran sampe lempar batu kemari"

Yang dipanggil Boss itu lantas bergerak berdiri begitu pun ketiga anak buahnya.

"Gimana bisa?!!"

"Gak tau boss?,, Tau-tau dari arah kanan dan kiri banyak orang pake motor saling serang"

"Ya udah biarin ajah, nanti juga bu-

DWARR

DWARRR

DWARRRR

"Brengsek Tawuran apaan tuh, sampe bunyi petasan begitu. Sana Lo semua jaga depan jangan sampe markas ikut di serang!"

"Boss sendiri, bagaimana?"

"Mau Boker gue, denger yang tawuran ngedadak jadi mules"

Semuanya yang ada disitu mengangguk patuh dan bergegas menjaga depan.

*****

Sementara itu di lain tempat.

"Gara-gara ide si Pele, gue harus berurusan sama beginian kek bocil waktu tarawih,mana suaranya kenceng lagi". Keluh Tara yang sudah melemparkan petasan korek itu ke dekat rumah yang menjadi target mereka.

Sedangkan temannya yang lain sibuk berakting berkelahi. Dan beberapa lainnya melempar batu, memancing.






Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now