8 || Rival Bara

7.8K 850 15
                                    

Karena acara ulang tahun sekolah yang semakin dekat, maka diadakanlah gladi bersih untuk mensukseskan kegiatan acara.

Begitu pun juga dengan anggota OSIS yang tambah sibuk mempersiapkan segala hal.

Bara yang menjabat sebagai ketua OSIS tentunya adalah orang yang paling sibuk mengkordinir sana sini, apalagi untuk kali ini, acara terakhir yang akan ditanganinya karena berikutnya sudah menjadi tanggung jawab ketua OSIS yang baru, menggantikan Bara yang sudah kelas tiga semester satu itu.

Maka dari itu Bara mempersiapkannya dengan matang-matang sekali, ia tidak ingin memberikan kesan yang gagal dalam masa kepemimpinannya.

"Oka, Lo udah cek panggung kan?" Tanyanya begitu menangkap sosok Oka masuk ke dalam ruangan.

"Udah Bar, gue udah cek untuk kesekiannya. Aman udah." Oka menjawab dengan tatapan amat malas.

"Oke, kalo gitu Lo lanjutin cek ke bagian yang lain, kalo kurang sesuatu balik lagi ke gue."

"Lah emang Renata kemana? Kok gue mulu dari tadi." Protes Oka yang tidak terima dengan titahan Bara.

Bara yang mendengar penolakan keras Oka, menyilangkan tangannya di depan kemudian menatap datar Oka yang juga sedang menatapnya dengan berani.

"Itu kan tugas Lo sebagai wakil, kalo gue yang turun terus apa fungsinya wakil? Toh pekerjaan mengecek bukan sesuatu yang sesulit itu. Lagipula si Renata udah gue tugasin buat ke ruang Kepala minta tanda tangan. Jadi gak usah ngeluh dan cepat kerjain tugas Lo!"

Ucap Bara dengan penuh penekanan aura anak itu pun berubah menjadi sosok tegas seperti layaknya seorang yang tidak ingin dibantah meninggalkan kesan ramah yang tadi sempat ia pasang di wajahnya, Oka yang tadinya kesal lama-lama menciut juga ia pun lantas membuang nafas, dan dengan sisa-sisa amarah yang masih tersisa ia pun mendekati Bara yang tengah duduk didepan Komputer.

"Ini! Jangan lupa dicek daftar anak-anak eskul yang mau tampil besok." Seru Oka seraya menyerahkan selembar panjang kertas berisi daftar nama-nama murid, Bara pun mengambil lembaran itu. Setelah itu Oka pun pergi sambil mendengus, Bara yang melihatnya di tempat hanya bisa mengelus dada.

Nasib kerja, sama saingan.

Ujarnya dalam hati.

Setelah itu Bara pun langsung memindai nama siapa saja yang akan tampil besok, dan begitu Bara mendapati nama PEHASIS pemuda itu memicingkan matanya dan benar saja, ternyata hal yang selama ini ditakuti Bara ternyata betulan kejadian. Karena sekarang nama Lingga tersemat termasuk ke dalam anggota.

"Gue yakin si Iky ini udah pake jampe-jampe!" Tuduh Bara dengan mengabaikan fakta bahwa basic dari ekskul PEHASIS adalah sebuah organisasi seperti OSIS bukan sebuah eskul dengan kegiatan tertentu yang bisa ditampilkan ke khalayak umum untuk dinikmati.

Jadi apa yang akan ditampilkan PEHASIS, untuk memeriahkan acara ulang tahun sekolah?

Ternyata lebih kurang penting dari perihal masuknya nama Lingga didalamnya.

Ah apa Bara sekarang benar-benar sudah mulai membuka hati?

*****

"Udah Gue bilang gue gak mau pake!"

Pekik Erlang dengan keras, sementara anggota lainnya hanya diam menonton acara pembujukan yang berlangsung dramatis itu.

Bagaimana tidak disebut demikian, Jika Iky tidak duduk berlutut sambil memegang pakaian yang sudah beberapa kali ditolak mentah-mentah oleh Erlang begitu Iky membawanya masuk.

"Gue yakin kalo lo pake baju ini, lo tambah ganteng sumpah,,entar adik-adik kelas pada nyantol sama lu." Mata Iky berkilauan saat menjelaskan wajah yang biasa jenaka itu pun tampak lebih serius dari biasanya.

Tapi Erlang tetap Erlang, yang tidak akan pernah luluh dengan segala usaha Iky yang menurut Erlang,selalu mengajaknya dalam kesesatan.

"Denger ya Mahluk Purba!! Lo boleh bertingkah! Tapi jangan bawa gue!"

"Demi Tuhan Sultan! Gue gak lagi ngajak Lo mati bareng,,,gue cuman nyuruh Lo pake baju ini!" Iky tampaknya mulai tersulut emosi, pemuda itu hampir tiga puluh menit lamanya membujuk tapi Erlang tetap begitu amat teguh pada pendiriannya ia pun bangkit dan langsung kembali mendesak dengan tidak sabar.

"Gue gak mau."

"Gak, pokoknya harus gue gak nerima penolakan."

"Dih siapa lo? Maksa-maksa gue?"

"Kenalin, gue si yang nyiptain PEHASIS!"

"Dih cuman gitu doang bangga, gue nih ketuanya!"

Dibilang begitu Iky langsung mengedipkan matanya, benar juga. Jika dipikir-pikir si Erlang kan ketuanya, tapi memang dasarnya Iky ini tidak pernah ada kata menyerah dalam melawan Erlang. Ia pun kembali berseru lantang.

"Bodo amat! Lu cuman ketua gue yang nyiptain, gak ada gue PEHASIS juga gak bakal ada dan Lo gak bakal jadi siapa-siapa!" Iky berkata dengan penuh api di dalam matanya, bahkan ia sampai menyentuh-nyentuh dada Erlang dengan telunjuk jarinya.

Genta yang sedari tadi anteng melihat, kini ia merasa mulai jengkel juga. Pemuda dengan badan paling bongsor itu pun menghampiri dan menjauhkan keduanya dengan mendorong dada keduanya untuk berjarak dengan kedua tangan besarnya, lama berteman membuat Genta sudah tidak mengenal sopan santun.

"Udah, mending ngantin. Kalian rese kalo lagi laper."

Keduanya yang mendapatkan serangan tak terduga dan ucapan dari Genta kompak menampar kedua sisi pipi Genta kencang. Membuat Genta mengaduh kesakitan setelahnya.

"Lingga, niat masuk PMR gak?"

Tanya Saga untuk kesekiannya di hari itu, pada Lingga yang tengah duduk anteng disampingnya. Dua hari mengikuti kegiatan ekskul, Saga sadar jika klubnya itu tidak beres, contoh kecilnya, terdapat pada isi motto klub, dimana pada kenyataannya motto klub itu tidak sesuai dengan keadaan di dalam klub, ternyata yang perlu ditolong adalah orang dalam klub sendiri bukan orang lain.

Lingga tidak menjawab malah dia memeluk lutut dan terus melanjutkan acara mari menonton 'Drama bujuk rayu Iky', yang  lama-lama membuat geli sendiri.

Saga yang sadar jika Lingga mengulas senyum untuk pertama kali selama berkenalan dengannya, ikut tertular tersenyum juga, lalu Saga kembali melihat ke arah depan karena Lingga tampaknya tidak mendengarkannya.

Tapi begitu baru menghadap kembali ke depan, Saga melunturkan kembali senyumnya.

Saat matanya kini melihat ada pergulatan dadakan seperti sekolompok wanita yang tengah berkelahi, saling adu jambak-jambakan yang terjadi antara Iky, Erlang dan Genta yang kini sebagai penengah juga ikut andil jadi sasaran.

"Lingga Lo yakin gak mau pertimbangin antara PMR sama Pramuka katanya mereka nerima anggota tiap hari?"

*****

Oka yang sudah mengecek seluruh bagian yang dimaksud Bara, berjalan cepat kembali menuju tempat Bara untuk memberikan laporannya.

Karena jujur saja, ini benar-benar melelahkan belum lagi dia juga harus siap siaga menolong saat tiba di tempat-tempat yang didatangi butuh bantuan, yang mau tak mau Oka harus membantu sebagai bentuk tanggung jawab. Sedikit setuju juga dengan Bara karena bisa saja jika itu Renata yang disuruh mungkin gadis itu tidak akan sanggup.

Oka yang saat ini sedang membaca lagi laporannya sambil berjalan otomatis matanya tidak melihat ke arah depan. Dan begitu tiba diantara belokkan dia tidak sengaja menabrak seseorang didepannya.

"Maaf-maaf gak sengaja."

Maaf Oka sambil membungkuk memungut laporan yang berserakan karena dorongan tubrukan yang begitu kencang mengakibatkan lembaran kertas yang ia bawa jatuh.

"Eh ada Abang Oka, apa kabar bang?"

Oka langsung mengeraskan rahangnya begitu mendengar suara familiar dari seseorang yang paling dihindarinya untuk bertemu tangannya mendadak mengepal, dan benar saja begitu dia mengangkat wajahnya sudah ada seseorang yang berdiri menjulang sambil berseringai penuh arti.

"Tara." Ucapnya.








23 Juli 2022 (Revisi)


Rumah Untuk Lingga (Completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora