36 || Fell In Pain

5.8K 611 16
                                    

Tara langsung berlari ke luar , dia tidak pernah menyangka jika Lingga berada tepat dibelakang mobilnya, yang diparkir di belakang gedung pertemuan dengan Genta .

Dan begitu Tara sampai, dia langsung memindahkan mobilnya untuk maju ke depan.

Lalu dengan cepat Tara menyingkirkan tumpukan balok kayu, setelah disingkirkan barulah Tara dapat melihat sebuah pintu yang tergembok. Tanpa pikir panjang lagi,Tara mengeluarkan pistolnya, menembak gembok tersebut.

Pintu pun dibuka dengan keras, Tara yang baru melangkah masuk langsung membola, Lingga ada disana dengan nafas pendeknya.

Tanpa pikir panjang lagi Tara langsung bergegas mendekat dan langsung menatap marah begitu melihat genangan air yang bewarna merah, seharusnya tadi dia memukul Genta,dengan menahan emosi Tara mengangkat tubuh lemah Lingga, membawanya ke dalam mobil.

Setelah memastikan Lingga bersandar di kursi mobil dengan benar,Tara langsung melepaskan jaket kulit dan kaosnya, meninggalkan badannya yang telanjang.

Kemudian Tara mengambil gunting di dasboard mobil, menggunting baju Lingga dan melepaskan dari tubuhnya.

Tara langsung menggertakkan giginya, begitu dia melihat kondisi tubuh Lingga yang penuh dengan lebam biru dan ungu dibalik bajunya.

Belum lagi luka-luka lainnya, tidak ingin lebih terbakar emosi Tara pun dengan cepat memakaikan bajunya di badan Lingga . Dan langsung melempar ke bawah baju Lingga yang basah.

Selesai dengan itu Tara pun langsung duduk, membawa Lingga ke rengkuhannya. Lalu Tara mengambil tisu untuk mengelap darah yang keluar dari beberapa luka luar di tubuh Lingga. Tara bahkan tidak peduli jika celananya dan jok mobilnya ikut basah karena celana Lingga yang belum dia ganti.

Yang ada di pikirannya sekarang bagaimana caranya membuat Lingga merasa nyaman, meski Tara tau jika itu tidak akan menghilangkan rasa sakit di tubuh Lingga.

Tara juga sangat marah saat ini,Genta ternyata benar-benar menghajar Lingga tanpa ampun, bahkan syarat yang diberikan Genta tidak sepadan dengan luka yang diberikannya kepada Lingga.

Jika Tara tau akan separah ini seharusnya tadi dia menembak Genta, bukan Pele .

Mengingat Pele, Tara yang tadinya fokus mengelap luka Lingga langsung menghentikan pergerakannya. Dan malah membawa Lingga ke dalam pelukannya.

Tara benar-benar dihadapkan dengan dilema yang besar. Karena Genta akan memberi informasi letak sebenarnya dimana Lingga berada dengan ganti dia harus menembak Pele tepat didepannya.

Tara yang tidak tau harus bagaimana lagi, karena tidak mungkin dia memberi tahukan ke yang lain. Karena Genta tidak akan melepasnya begitu saja.

Tapi melihat wajah tidak sadar Lingga berada di pelukannya.

Tara langsung menangis , tidak seharusnya ia menyesal Lingga berhasil dia selamatkan.

Dan ini sudah lebih dari cukup, membawa Lingga pulang adalah tujuannya.

Tapi meski terus meyakinkan seperti itu, Tubuh Tara masih terus bergetar.

Dia bahkan tidak tau, Pele masih hidup atau tidak. Karena setelah mendengar kata bunuh dari Genta, hati Tara langsung berdegup sangat kencang .

Dan dengan rasa menyesal yang terus mengnguar, Tara membawa tangan Lingga yang penuh luka ke wajahnya lalu menciuminya.

Berharap dengan begitu rasa menyesal mempertaruhkan Pele demi Lingga, bisa ia hilangi.

Lalu Tara berujar dengan sangat pelan berharap rasanya tersampaikan "Maafin gue, janji ini yang terakhir."

Setelah itu, Tara langsung menidurkan Lingga dengan hati-hati di jok bangku yang tersisa, mengelap kasar air matanya dan berpindah ke depan. Menyetir mobilnya, menjauh dari gedung sakit ini.

Rumah Untuk Lingga (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang