25 || Lampu Kuning

4.7K 669 49
                                    


Lingga menatap bagian lutut celana abu Bara yang kotor ,tadi kakaknya sudah menjelaskan siapa yang memberi tau.

Ternyata salah satu teman Bara ada yang pernah melihatnya jalan kaki dan baru memberitahukannya saat Bara mengatakan jika Lingga adalah adiknya.

"Kenapa ngeliatin Mulu?"

Lingga langsung mengangkat wajahnya beralih, melihat ke arah Bara yang saat ini tengah menyetir.

"Enggak Kak. Kita mau kemana?". Tanya Lingga begitu melihat ke arah depan.

Mereka berdua dalam perjalanan pulang saat ini, tapi Bara mengambil jalan yang bukan biasanya mereka lalui saat pulang.

Bara tidak langsung menjawab ,dia sibuk mengambil rem begitu lampu lalulintas bewarna merah didepannya. Kemudian Bara melakukan  peregangan di tangannya.

Setelah itu Bara menoleh pada Lingga dan menemukan wajah lempengnya melihat jalanan. Tersenyum jahil Bara pun kemudian menarik hidung Lingga, membuat anak itu terlonjak kaget karena pergerakan Bara yang tiba-tiba.

Bara terkekeh sesudahnya.

Hidung Lingga memerah, Bara menjadi makin gemas.

Sekali lagi tangan usilnya menarik pipi Lingga, Lingga yang sedang menghilangkan rasa sakit di hidung dengan usapan tanganya,langsung saja memekik tanpa sadar.

"Kakak!"

Kali ini Bara tidak bisa lagi menahan tawanya ia pun tertawa kencang.

"Makanya jangan terlalu serius gitu, santai ajah mukanya gak usah tegang"

Lingga cemberut  "Siapa yang serius!"

"Nah itu, gitu doang juga marah kalo gak serius pasti biasa ajah ya kan?"

"Tapi, ini sakit kak.."

"Ututu mana yang sakit, sini diobatin sama kakak ganteng" Bara menggoda Lingga yang kini merenggut tak suka, seraya mencolek lengan Lingga.

Lingga yang mendapat jahilan Bara membalasnya dengan datar, baru dia tau jika Bara bisa keterlaluan menyebalkannya.

Dan tanpa pikir panjang Lingga berkata "Dompet yang sakit kak, Minta diobati."

Mendengar itu Bara langsung menutup mulutnya, lalu membukanya dan berucap dengan wajah menyebalkan. "Adik gue yang bungsu, akhirnya bisa bercanda juga!." Pekiknya dengan dramatisir dan kembali menutup mulutnya.

Memilih mengabaikan, Lingga malah mendorong-dorong  bahu Bara meminta kakaknya itu untuk kembali melihat ke depan karena lampu sudah bewarna kuning.

Melihat tingkah adiknya, Bara malah terkekeh geli "Iyaaa,Lingga Iyaaa... tau " Ucapnya seraya mencubit pipi Lingga sekali Lagi.

Dan langsung fokus mempersiapkan mobil untuk kembali berjalan  sebelum Lingga memekikkan namanya lagi.

Padahal dalam hati,Bara  sedang menjerit-jerit. Akhirnya dia bisa bercanda dengan Lingga awalnya dia juga tidak menyangka akan semulus itu dia pikir akan berakhir dengan canggung.

Tapi tanpa Bara sadari, Lingga disampingnya berubah murung.

*****

Topan yang baru bangun tidur, dikagetkan dengan kedatangan Bara dan buntutnya di depan kamar kostnya.

"Pan terakhir Lo nyuci kapan?" Tanya Bara yang sudah masuk itu, matanya melihat banyak baju dan kolor berceceran di lantai. Ditambah juga sampah bekas makanan instan berserakan dimana-mana. Bara jadi bingung ingin duduk dimana.

Topan yang masih mengantuk tidak menjawab melainkan mengambil baju kotornya asal dan melemparkannya di kasur yang berantakan "Sini duduk disini!" Seru Topan sambil menepuk-nepuk lantai yang bersih dari bajunya, pada Lingga yang terlihat seperti anak ayam yang mengikuti Bara kemana-mana.

Lingga menengok ke kakaknya, Bara mengangguk. Mendapat respon itu barulah Lingga duduk canggung di samping topan yang sedang menguap lebar.

Sedangkan Bara menggeser baju kotor temannya itu dengan kaki, lalu kemudian duduk.

Topan sama sekali tidak mempersalahkan.

"Gue belum selesai nyarinya Bar kalo Lo mau tau" ucap Topan saat Bara telah duduk di depannya.

Bara menyerengit heran, tumben sekali "Ini udah hampir sebulan dan Lo belum nemuin siapa yang nyuruh si Ardy?"

Topan memangku dagu, menatap malas Bossnya "Lo pikir gampang, kalo gue udah ketemu tuh orang udah gue bejek duluan Bar sebelum ngomong ke elu" Jawab Topan yang setengah bercanda pada perkataannya.

Bara mendesah frustasi "Gue gak punya waktu,  bentar lagi gue lulus. Gue gak tenang kalo sampai kasus ini belum kelar"

Topan melirik Lingga disampingnya "Heh, bocah Lo tau rokok kan?" Lingga disampingnya memiringkan kepala.

"Gimana kak?"

Bara melotot tak terima mendengar Topan berbicara seperti itu "Lo pikir adek gue anak esdeh!" Protesnya.

Topan tersenyum miring. "Adik Lo kek model cowok yang belum kenal coli Bar" 

Bara langsung menatap tak percaya temannya "Topan!" Pekiknya panik.

Topan tidak menggubris, dia mengeluarkan uang seratus ribu dari saku celananya.

"Beliin gue rokok U mild sebungkus. Kembaliannya buat elu. Warungnya di depan  jalan pas mau ke kost. Lo tau kan?"

Lingga mengangguk, Bara hendak mengantarnya tapi Topan keburu menatapnya serius.

Bara mengerti, dia kembali duduk.

Setelah memastikan Lingga benar-benar telah pergi.

Topan mengambil rokoknya dari saku, sebenarnya dia punya dan isinya pun masih banyak. Topan hanya ingin membicarakannya dengan Bara.

"Bar, sebenarnya gue udah ketemu siapa yang nyuruh Ardy" ucapnya disela-sela menghisap rokok.

Bara langsung menatap tajam temannya.

"Lo gak bilang!"

Topan tersenyum masam "Tapi itu masih perkiraan"

"Maksudnya?"

"Pele bilang ke gue ini masih perkiraan"

Bara lagi-lagi dibuat tidak percaya dengan semua ini, Pele ternyata juga sudah tau tapi tidak memberitahukannya!.

"Kenapa Lo berdua sembunyiin hal penting kayak gini dari gue, udah gak anggap gue, Lo pada?!" Amuk Bara sambil memukul lantai kasar.

Topan bukannya takut dia malah melihat ngeri tangan Bara, pasti sakit. Ujarnya dalam hati.

Topan kembali melihat Bara menatap serius lawan bicaranya.

"Alesan kita gak bilang Lo, karena anak itu Deket sama si Iky"

Bara seketika tercekat, itu berarti begitu dekat dengan mereka "Siapa?" Tanya Bara yang kini tampak gusar sendiri.

Topan mengambil rokoknya yang berada di mulut, mengeluarkan asapnya bulat-bulat.

Mematikan rokoknya, lalu menatap Bara dengan raut wajah yang tidak terbaca.

*****

Disisi lain Pele yang memakai baju,topi dan masker serba hitam.

Tersenyum lebar begitu berhasil mengambil gambar diam-diam seseorang disana yang sedang melakukan transaksi jual beli Narkoba dari jauh.

Tak sia-sia ia memberikan kembali narkoba milik Oka meski beresiko. Setelah ditelusuri lebih dulu ternyata Oka bukanlah orang pertama yang membeli barang itu. Melainkan dia mendapatkan dari seseorang perantara , yang ternyata perantara itu terhubung dengan seseorang yang memiliki akses kepada penjual, yang juga seseorang yang memiliki akses ini dia merupakan seseorang yang begitu amat dekat dengannya.














Genta.

Seseorang yang tak pernah disangka itu, kini sedang melirik waspada sekitar sebelum meninggalkan bangunan kosong.

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now