22 || Teman di sisi Saya

4.6K 736 60
                                    

Iky menatap kosong ke luar jendela kamar ruang rawatnya. Tadi Tara sudah menjelaskan semuanya, orang yang juga menyekapnya bersama seluruh anak buahnya sudah diringkus polisi.

Mereka ditahan dengan tuduhan penggunaan obat-obatan terlarang, memperjual belikan nya. Penyekapan dan penganiayaan yang dilakukan kepada Iky, dan terakhir kasus penembakan yang dilakukan oleh satu anak buahnya kepada temannya.

Semuanya itu sedang dalam proses dan semua teman-teman Iky yang tadinya tidak ingin diketahui bahwa ada hubungannya dengan Iky. Sekarang berubah, mereka semua siap menjadi saksi untuk Iky di peradilan.

Pele sang ketua rencana pun juga siap untuk ikut ambil bagian paling banyak, dia bersedia menanggung seluruh hukuman dan secara sukarela diskors selama dua Minggu.Dan memohon untuk tidak memperlibatkan yang lainnya karena dia sendiri yang meminta untuk diadakan tawuran. Tapi para pihak sekolah menolak dan tetap bersikukuh untuk memberikan hukuman pada para siswanya.

Polisi juga ikut membantu membujuk, karena atas rencana Pele jugalah mereka berhasil menangkap para penjahat itu setelah Pele menjelaskan secara rinci bagaimana ini semua bisa terjadi.

Terjadi talik ulur antara pihak sekolah dan kepolisian. Dan akhirnya setelah menimbang banyak hal apalagi kebanyakan pelajar yang ikut adalah kelas tiga, pihak sekolah pun memutuskan untuk hanya memberikan hukuman membersihkan sekolah selama seminggu kepada yang lain, kecuali pada Pele dan ditambah Tara yang juga bersedia menanggung. Mereka berdua diskors seminggu.

Dan juga untuk masalah Pele menerobos masuk dan tawuran hingga merusak beberapa jendela rumah pelaku, pihak kepolisian bersepakat untuk tidak menindaklanjuti dan mengungkitnya karena itu semua sudah termasuk pada bagian dari bentuk usaha penyelamatan yang dilakukan oleh teman-teman korban.

"Gimana kabar Lo?"

Iky mengerjap tersadar dari lamunannya, menengok ke arah belakang, mendapatkan sosok Erlang disana yang sedang berdiri menatap lurus ke arah depan.

Iky mengulas senyum dibalik banyaknya perban yang melilit bagian kepalanya yang tampak sakit. Kali ini dia tidak punya lagi alasan untuk berbohong.

Walaupun sekujur tubuhnya merasakan ngilu yang amat sangat, tapi anehnya Iky malah merasa hatinya tampak berbunga-bunga bahagia.

Masih dengan senyum yang merekah, Iky menatap lagi jendela mengikuti arah pandang Erlang.

Dibalik hangatnya sinar sore matahari Iky menjawab dengan riang "Baik, baik sekali hari ini. Saking ngerasa baiknya gue berasa punya sayap dan bisa pergi kemanapun yang gue suka"

Mendengar itu kedua sudut bibir Erlang tak tahan untuk mengulas senyum senangnya.

Sambil terus menatap Jingganya sore yang perlahan-lahan berubah menjadi gelap, Erlang menutup pembicaraan di sore itu.

"Iya, terbang kemanapun yang Lo suka"

Dengan perasaan yang amat lega.

*****

Bara melihat risih, Gara yang masih menatap perut bagian bawahnya yang diberi Plester luka.

"Gar mau sampe kapanpun lo pangtengin tuh perut tetep ajah tuh perut begitu bentuknya gak bakal rubah"

Akhirnya ada juga yang menyuarakan isi hatinya Bara. Sudah gatal sebenarnya Bara ingin mengomentari, tapi melihat betapa paniknya Gara saat dia terkena tembakan tadi, Bara jadi tak enak hati.

Ini juga sebenarnya berkat Lingga jika bukan karena Lingga yang menyuruhnya memakai pelindung itu. Kondisi Bara mungkin lebih parah dari ini.

Bara yang saat itu sedang mengawasi langsung berlari hendak memperingati begitu melihat salah satu penjaga disana tiba-tiba mengeluarkan pistol. Tapi karena memang dalam keadaan panik membuat Bara tidak terlalu memperhatikan sekitar dan begitu dia sudah tepat didepan arah tembakan Bara sudah terlambat untuk menghindar. Untung saja hanya sampai menggores sedikit dan dia juga mendadak lupa jika semuanya sudah memakai perlengkapan anti peluru, kecil kemungkinan untuk tertembak sampai ke bagian dalam.

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now