2 || Sepatu Tara

12.7K 1.3K 13
                                    

Setelah proses yang panjang dan beberapa kali bolak-balik, akhirnya Lingga resmi pindah ke kota ikut ibunya, sebelum hari kepindahannya, lingga juga sudah pamitan dengan beberapa orang disana termasuk ke Juna teman dari kecilnya.

Tapi semenjak kejadian tempo kemarin, Juna masih enggan menemui Lingga. Tapi Lingga tidak terlalu mempermasalahkannya, jadi bahkan ketika Juna tidak mengantarkannya Lingga tidak merasa sedih sama sekali.

Begitu pun dengan perihal pembicaraan nenek dengan ibunya, Lingga sama sekali tidak terlalu memikirkan atau sakit hati karenanya.

Dan terhitung sudah dua minggu Lingga di rumah barunya, tidak ada perubahan besar dari kepribadiannya dia masih tetap banyak diam seperti biasa, bahkan ketika semua orang dimeja makan tengah berbincang-bincang hangat hanya Lingga disana yang diam. Ibunya bahkan sudah tak membujuk lagi begitupun dengan yang lainnya, yang tampak tak ingin repot-repot lagi mendekatkan diri dan membangun hubungan dengan Lingga.

Padahal disampingnya ada Tara dan didepannya lagi juga ada Bara, yang dimana keduanya sama-sama sedang ribut meributkan ayam yang tinggal satu, sampai-sampai saking gaduhnya membuat beberapa kali Tara menyenggol Lingga.

Sementara Ibunya yang berada di samping Bara pun memilih membiarkan dan lanjut mengobrol dengan ayah barunya tanpa terganggu.

Lingga yang sudah dari tadi selesai makan memilih diam ditempat duduk kursi makan sampai salah satu diantara kedua saudaranya itu ada yang beranjak, dan begitu Baralah menarik diri, Lingga pun ikut berdiri lalu dengan gerakan cepat mengambil tasnya dikamar dan dengan segera memakai cepat sepatunya.

Dan begitu terdengar suara mesin motor dan mobil, Lingga cepat-cepat pergi keluar kamar, saat sudah berada di dekat pintu rumah, langkahnya terhenti.

Lagi-lagi ia ditinggal.

Vania yang turun dari lantai atas, menghampiri Lingga begitu melihat putranya belum berangkat.

"Loh kok belum berangkat?"

Lingga yang mendengar ibunya, memutar badan ia berbalik lalu mengambil tangan Vania dan menciumnya.

"Lingga berangkat, assalamualaikum."

Pamitnya singkat tanpa membalas pertanyaan Vania, setelah itu Lingga pun berjalan ke luar rumah, tidak berniat mengadu sama sekali jika dia ditinggal saudaranya.

Vania hanya mengangguk dan membalas salam Lingga. Dan setelahnya ia naik ke lantai atas.

Tanpa tau jika Lingga sebenarnya jalan kaki ke sekolahnya.

***

Sesampainya di parkiran Tara tidak langsung masuk, Remaja dengan jambul khasnya itu malah memilih tetap duduk di atas motor, menunggu Bara. Dan begitu mobil hitam yang sangat dikenal memasuki parkiran, Tara bersiul senang.

"Bro lu tinggalin lagi si anak baru." Kata Tara begitu matanya menangkap sosok Bara yang keluar dari mobil yang tepat diparkirkan di sebelah motornya.


Diingatkan seperti itu oleh Tara , Bara meresponnya dengan kerutan di keningnya.

"Kan Lo yang berangkat terakhir?"

Jawab Bara, Tara yang mendengar Jawaban Bara malah terkekeh lucu sebelum akhirnya berhenti, kemudian ia menatap penuh arti ke arah Bara dan berucap dengan seringai penuh arti. "Kan, Lo paling tau gue dengan jelas Bar? ya kali gue, berangkat bareng bocah itu, Bara-Bara Lo tuh sama ajah kayak gue. Sama-sama jahat. Bedanya gue ngaku dan Lo enggak, dan gue pikir anak itu mau nebengnya ke Lo."

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now