33 || Sisi Gelap

4.9K 666 70
                                    

"Gue gak make"

Ujar Tara begitu sadar dari keterkejutannya, dan langsung berdiri mendekati Lingga yang masih diam menatapnya.

"Barang ginian terlalu bahaya buat Lo pegang" Tara menatap tajam Lingga dan kemudian mengambil barangnya.

Lagi-lagi Lingga hanya bisa menatapnya diam, dan begitu melihat punggung Tara mulai menjauh entah keberanian dari mana Lingga langsung bergerak cepat dan mencekal tangan Tara.

"Kakak jangan bohong"

Tara tertawa geli, lalu menatap Lingga dengan remeh.

"Lo tau apa tentang gue?"

Mendengar itu Lingga langsung tercekat ia diam membisu keberanian yang tadi menggebu-gebu mendadak hilang ditelan penghakiman Tara kepadanya, Lingga pun menurunkan tangannya.

Tara berdecih melihatnya, tapi sebelum dia pergi Tara mendekat ke arah Lingga berbisik tepat di depan telinganya.

"Lagipula temen gue anak kepala BNN, mana bisa gue ngelabuhin tuh anak"

Setelah mengatakan itu Tara pun pergi dengan senyum miring yang terpatri, meninggalkan Lingga yang saat ini menatapnya dengan penuh kelegaan.

*****

Vania tersenyum sedih, sejak Lingga pergi. Bara belum berbicara dengannya dan selalu menghindar.

Bahkan saat pulang sekolah Bara yang biasanya selalu meluangkan waktu untuk bermanja dengannya malah langsung naik tanpa berkata apa-apa.

Vania juga bingung dengan Tara yang sudah lebih dulu, berjarak dengannya.

Kedua putranya tampak berbeda, dan Vania menyangka mungkin saja itu salahnya karena telah memisahkan Lingga dengan Bara dan Tara.

Wanita berusia 38 tahun itu pun mengambil ponselnya, mencoba menghubungi ibunya.

Bara yang sedang tiduran di kamarnya dengan tatapan kosong, mendengar percakapan ibunya langsung tersenyum getir dia bahkan tidak tau apakah simpati dan rasa sayang masih ada.

Begitu Bara mendengar Lingga ternyata tidak pulang rumahnya yang ada di kampung.

*****

"Lo, udah bilang kalo Lingga adik kandung?"

Tanya Pele begitu melihat Tara datang, bahkan Pele tidak menunggu temannya itu duduk terlebih dahulu.

"Belum, gue cuman bilang kalo nyokapnya selingkuhan"

Jawab Tara, setelah mengatakan itu dia jadi ingat bunga anyelir kuning pemberiannya dia temukan di tong sampah. Mengingat itu, Tara tertawa dalam hati. Dia masih belum puas.

Pele yang tadi mendengar jawaban Tara mengangguk tanpa protes dan bertanya lebih lanjut dan sedikit lega ternyata Tara sama sepertinya tidak ingin mengambil resiko besar tentang Lingga, Tara pun mengambil kursi dan duduk.

"Sementara itu, gimana si Genta. Lo punya rencana apa untuk kedepannya?"

Pele mengangkat bahunya.

"Entahlah, gimana rencana si Iky. Gue yakin tuh anak udah lebih siap ngehadapin daripada gue jadi tunggu aba-aba dari dia ajah"

Mendengar jawaban itu, Tara yang hendak minum langsung kembali menaruh gelasnya.

"Masalah Lo nyeret gue Njing! Gue gak mau tau pokoknya si Genta harus ditangkep dan gue harus mastiin tuh anak ngedekem di penjara!"

Mendengar keluhan Tara ,Pele tertawa.

"Hidup itu keras bung!"

Tara mendengarnya langsung mencibir, tidak terima.

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now