19 || Minum Air

4.8K 622 56
                                    

Suara dentingan sendok makan yang menyentuh permukaan piring menjadi satu-satunya bunyi yang mendominasi. Tidak ada candaan seperti biasanya, Bara dan Tara terutama, yang biasanya selalu ribut mendadak juga ikut diam begitu melihat keadaan orang tuanya yang saling bungkam.

Entah dimulai dari kapan tapi pastinya setelah pulang dari perjalanan keduanya seperti memberi jarak satu sama lain. Lingga yang sedang sakit juga hanya berada di kamar dan begitu selesai makan Vania langsung bergegas meninggalkan ruang makan tanpa bicara pada Bara dan Tara, hanya tersenyum sekilas lalu pergi ke kamar Lingga.

Ferdi juga sama, begitu selesai dia langsung pergi naik ke atas meninggalkan kedua putranya.

Bara yang melihat keadaan orang tuanya, mengerang frustasi. "Sumpah, kenapa sih orang-orang hari ini. Kayaknya gatel ajah gitu kalo gak buat masalah!"

Tara yang mendengar itu malah terkekeh geli. Menatap Bara dengan kasihan lalu menepuk pundak kakaknya dan berujar menasehati "Namanya juga hidup Bar, kalo gak mau ada masalah ya jangan hiduplah"

"Emang elo gak stress apa?, masalah di sekolah ajah belum kelar malah makin banyak. Ditambah mamah sama papah begini. Lo gak ada niatan kesel gitu?"

"Kenapa gue harus kesel, lagipula jalanin ajahlah Bar kek minum air" Jawab Tara lalu dengan satu tarikan Tara pun beranjak dari meja makan dan meninggalkan Bara yang masih mencerna ucapannya.

Bara mengangkat gelasnya mengamati air di dalam sana "Minum air?...Lah iya gue belum minum pantes berasa haus" setelah meminum Bara kemudian tersenyum.

"Haus kasih sayang maksudnya"

*****

"Masih pusing?"

Lingga menggeleng kecil. "Udah enggak cuman lemes ajah" Jawab Lingga dengan suara seraknya.

Vania tersenyum, lalu dengan lembut mengusap rambut anaknya "Lingga, kangen nenek enggak?"

Mendengar pertanyaan itu Lingga langsung bangkit dari tiduran dan duduk "Kenapa?Aku mau dipulangin lagi ke rumah nenek?"

Vania tidak menjawab malahan dia membawa tangan kurus Lingga ke pangkuannya, menyamakan dengan tangannya "Kecil, masa kalah sama punya mamah"

Lingga tidak menjawab.

Tiba-tiba saja Lingga merasa tidak nyaman begitu Vania Bundanya itu kini tengah menatapnya, dengan gurat sedih yang sangat kentara.

Dan Lingga yakin apapun itu, pasti setelahnya tidak pernah baik-baik saja.

*****

Pagi-pagi sekali Bara dan Lingga sudah berada di sekolah. Karena sudah menjadi rutinitas keduanya selalu pergi bersama. Dan lambat laun pun kabar jika Bara punya adik lagi, tersebar seiring dengan berjalannya waktu.

"Lingga nanti pulangnya sama angkot dulu, ini uangnya. Inget langsung pulang. Jangan mampir kemana-mana! Kalo ada apa-apa hubungi gue" Lingga hendak menolak uang ongkos itu tapi Bara keburu pergi, terburu-buru meninggalkannya.

Lingga menatap uang lima puluh ribu ditangannya. Terlalu banyak bahkan untuk sekedar ongkos pulang sisanya masih banyak.

Tapi sekali lagi karena Lingga orangnya tidak ingin ambil pusing, uang itu pun dimasukkan ke sakunya.

Lumayan buat isi celengan.

*****

Bara datang dengan tergesa-gesa, dan langsung saja masuk ke dalam ruangan yang sudah ada beberapa orang disana tengah menungguinya.

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now