16 || Utang Budi

5.4K 735 48
                                    

"Tau gak kenapa bintang itu di langit?"

"Hmm, karena takdir?"

"Salah... Bintang di taruh di langit itu karena di bumi udah ada yang lebih bersinar terangggg....Sekali. saking terangnya sampai-sampai buat bintangnya minder makanya bintang di taruh langit "

"Masa sih? Emangnya apa itu sampai-sampai buat bintangnya minder?"

Bocah yang sejak tadi melihat langit malam itu, langsung menunduk dan menengok ke arah teman kecilnya yang sedang menatap ke arahnya dengan raut wajah bingung.

Bocah itu kemudian tersenyum lebar sampai memperlihatkan gigi susunya.

"Kebaikan hati" jawabnya.

*****

Bara menatap nanar ke arah aquarium kecil yang berisi ikan France Angelfish , milik dia dan adik-adiknya.

Walaupun tatapan matanya pada ikan-ikan tapi pikiran bara melayang pada kejadian tadi sore. Dimana ia mengingat kembali percakapannya dengan Lingga yang memaparkan dengan jelas bagaimana dia bisa kenal dengan Pele.

Lalu Bara menggeleng-gelengkan kepala, mencoba menyadarkan pikirannya. Dan bergerak ke dekat aquarium, mengambil makanan ikan. "Makan yang banyak ya kan,, walaupun gue telat kenal sama pemilik Lo,,,tapi seenggaknya gue yang nemuin Lo duluan"

*****

"Pel, serius?! kok lu bisa kenal anak baru itu?,,terus tau dia adik gue darimana?!" Tanya Bara kepada Pele yang kini tengah melihat aquarium besar miliknya.

Mendengar pertanyaan itu, Pele terkekeh kecil. Ada kata yang membuatnya tertarik.

"Sejak kapan. Seorang Megantara jadi orang dermawan"

Tara langsung menarik kasar pundak Pele,membaliknya paksa. "Maksud Lo. Apaan?" Sentaknya.

Melihat Tara yang emosi malah membuat seringai di wajah Pele makin lebar. Mudah sekali memancing Tara. " Iya. Sejak kapan Lo mudah bagi tempat ke orang lain?".

Tara langsung berdecak, dia kira apa. "Ngasih tempat ke orang lain, gak bakal ganti posisi gue di kehidupan kali"

Pele mendengarnya malah tertawa kencang membuat Tara kebingungan, dimana letak lucu ucapannya. Melihat raut Tara itu, Pele pun berhenti dan menatap kasihan Tara "Tara Lo itu naif ya" Tara kembali menatap tak senang dengan perkataan Pele, saat Tara akan membalas. Pele telah lebih dulu membuka suara.

"Gue ketemu Lingga waktu umur delapan tahun, pas gue pindah ke Bogor tiga bulanan waktu itu. Gue pernah nyasar di hutan dan hampir mati kalo Lingga gak ada disitu"Pele memejamkan matanya begitu dia merasakan sensasi merinding saat mengingat kembali dia pernah berada di ujung kematian.

Tapi kemudian muncul wajah kecil Lingga yang menolongnya, membuat Pele kembali tenang "Lo inget? pas Lo ngajak hiking ke gunung gue selalu tolak"

Tara langsung membola, pantas Pele selalu memasang wajah menyebalkan ketika dia mengajaknya Hiking beberapa kali.

"Karena Lo belum ngerasain jatuh ke jurang dan sekarat" Ucap Pele pelan lalu dia berbalik menghadap Tara dan bergerak menyibakkan poni rambutnya ke belakang, memperlihatkan dahi yang selama ini ia selalu tutupi. "Ini adalah bukti kalo gue pernah hampir mati dan juga sekaligus sebagai pengingat kalo Lingga pernah nyelamatin nyawa Gue" Tara tak bisa berkata-kata lagi, begitu dia melihat luka jahitan panjang di dahi Pele.

"Jadi Tara biar gue tanya lagi. Lo itu sebenarnya berada di sisi mana? Biar gue jelas anggap Lo apa?".

Tara menatap tak mengerti dengan ucapan Pele. "Maksud Lo apaan sih?. Gak jelas dari tadi!"

Rumah Untuk Lingga (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang