BLL | 52

16.3K 1.4K 44
                                    

Setelah melewati serentetan ujian, akhirnya siswa-siswi kelas dua belas berhasil sampai di garis akhir

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Setelah melewati serentetan ujian, akhirnya siswa-siswi kelas dua belas berhasil sampai di garis akhir. Beberapa hari yang lalu, mereka menyelesaikan Ujian Nasional hari terakhir.

Ujian Nasional selesai, berarti sudah satu bulan sejak pertemuan Ares dan Fransisco. Pria itu sama sekali tak menghubungi Ares, benar-benar memberikan waktu bagi Ares untuk berpikir. Dan hari ini, setelah ia berpikir lama, akhirnya Ares menghubungi ayahnya.

Bianca bisa merasakan genggaman tangan Ares menguat begitu mereka memasuki cafe yang sudah dipilih Ares. Laki-laki itu mengedarkan pandangannya, dan mendapati Fransisco sedang duduk sembari menikmati secangkir kopi.

"Ada?" tanya Bianca. Ia sama sekali belum pernah melihat Fransisco. Saat Ares mengangguk, Bianca langsung mengusap lengan laki-laki itu.

"It'll be fine," ucap Bianca. Ares tersenyum tipis, mengangguk. Ia berjalan mendekati Fransisco.

Senyum Fransisco mengembang saat melihat Ares. Ares menghindar saat Fransisco hendak memeluknya. Senyum bahagia Fransisco berubah getir untuk beberapa saat, dan hal itu tertangkap oleh mata Bianca.

"Have a seat," ucap Fransisco. Bianca dan Ares duduk bersebelahan, dengan Fransisco di hadapan Ares. Tatapan laki-laki itu tak lepas dari Fransisco.

"Your girlfriend?" tanya Fransisco sembari menunjuk Bianca. Tatapan Ares menajam, menarik tubuh Bianca mendekat ke arahnya. Tangannya yang tadi menggenggam tangan Bianca, sekarang beralih ke pinggang gadis itu.

"Ares," tegur Bianca, yang sama sekali tak digubris Ares. Padahal, saat ini Bianca benar-benar malu.

Fransisco tertawa melihat tingkah anaknya. "Dad nggak segila itu sampai merebut dia dari kamu, Nak. Jangan khawatir," katanya. "What's your name?"

"Anda nggak perlu tau," sahut Ares cepat sebelum Bianca sempat membuka mulut. "Langsung ke poinnya aja."

Fransisco tersenyum sembari mengangguk singkat. "Kalian nggak mau pesan minum dulu?"

"Bo—"

"Nggak usah!" sela Ares lagi. Bianca menatap Ares kesal.

"Saya perlu bukti, kalau anda benar-benar papa saya," lanjut Ares.

Fransisco menyodorkan sebuah amplop cokelat. Ares mengeluarkan isi amplop itu. Terdapat beberapa foto di dalamnya. Ares menatap foto itu satu persatu, seiring dengan detak jantungnya yang semakin cepat.

"Itu foto Dad waktu masih muda," Fransisco berkata. "Sangat mirip kamu, kan?"

Harus Ares akui, Fransisco benar-benar mirip dirinya dan Arsa. Bianca yang melhat pun ikut tercengang. Mereka seperti orang yang sama di zaman berbeda.

Tangan Ares bergetar saat mendapati foto Fransisco bersama Adelia, mamanya. "That's me and your mom, about twenty years ago, pertemuan pertama dan terakhir kita di klub."

BETWEEN LOVE AND LIES ✓Where stories live. Discover now