BLL | 16

20.7K 2K 31
                                    

"Hiks

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hiks..."

Bianca menatap iba Nela yang sedang menenggelamkan wajahnya di bantal sambil terisak. Yang bisa ia lakukan hanya mengusap punggung sahabatnya agar tenang, tanpa mengatakan apapun. Bianca takut salah bicara dan malah semakin membuat Nela sedih.

"Bi... gue patah hati... huaaaa..." Nela sudah meracaukan kalimat yang sama berkali-kali. Sebentar lagi, pasti akan terdengar suara tarikan ing—

Srooottttt

-us.

"Mungkin emang bukan Mars orangnya, La. Kali aja Tuhan udah nyiapin yang jauh lebih ganteng," ucap Bianca, berusaha menghibur. Entah akan berhasil atau tidak. Bianca hampir tidak pernah menghibur orang menangis. Biasanya ia yang dihibur oleh Arsa.

"T-tapi kan gue sukanya sama Mars," jawab Nela. Gadis itu mengangkat wajahnya, menatap Bianca dengan mata sembabnya, membuat Bianca semakin iba. Belum sempat Bianca bersuara, Nela sudah bangkit, menerjang Bianca, memeluknya erat-erat.

"Huaaaaa.... Gue s-sedih hiks... Bianca gue harus gimanaaaaaa...."

Bianca masih berusaha menyamankan posisinya, membalas pelukan Nela. Gadis itu kembali mengusap punggung Nela, meskipun ia yakin hal itu tidak banyak membantu.

"Makan dulu aja, ya? Ini udah jam delapan lho, La. Kamu belum makan. Aku udah bawain makanan buat kamu," ajak Bianca. Nela menggeleng.

"Nggak laper!" gerutunya. Meskipun sedang sedih, Nela masih saja galak.

"Nangis juga butuh tenaga, La. Ayo makan dulu, biar kuat ntar nangisnya," ucap Bianca, mencuri kata-kata Arsa beberapa tahun yang lalu, saat berusaha menenangkannya yang menangis meraung-raung.

Berhasil. Nela melepaskan pelukannya. Lalu dengan cepat, Bianca keluar dari kamar, bergerak menuju dapur untuk menyiapkan makan malam mereka. Gadis itu asyik berkutat sendirian di dapur apartemen Nela, karena memang selama ini Nela tinggal sendirian. Kakak laki-laki Nela tinggal di luar kota bersama keluarga kecilnya, sedangkan kedua orang tua Nela sudah bercerai saat Nela masih kecil. Selama ini, Nela hanya tinggal bersama kakaknya, namun mereka berpisah sejak kakak Nela menikah. Meski begitu, kakak Nela masih membiayai penuh kebutuhan adiknya.

Saat Bianca sibuk menyiapkan makanan, bel apartemen Nela berbunyi. Gadis itu melangkah mendekati pintu, mengintip dari doorviewer. Dahi Bianca berkerut saat melihat Brian di sana.

"Eh, Bianca," sapa Brian. "Nenek Lampir di dalem?"

Bianca mengangguk. Ia membuka pintu lebih lebar, mempersilahkan Brian masuk. Namun saat gadis itu hendak menutup pintu, sebuah lengan kekar menahannya dari luar. Kedua mata Bianca membulat saat mendapati sang pelaku menatapnya tajam.

"Udah berani pergi tanpa izin aku?"

***

Sepanjang perjalanan pulang, Bianca sibuk menyusun kata-kata yang tepat agar tak membuat Arsa marah. Memang salahnya tak bilang pada Arsa kalau ia ingin mengunjungi Nela. Sebenarnya Bianca punya alasan. Karena Arsa tak akan mengizinkan Bianca pergi. Setelah pertandingan basket tadi siang, Arsa pasti menyuruhnya istirahat, dengan alasan takut Bianca sakit.

BETWEEN LOVE AND LIES ✓Where stories live. Discover now