BLL | 53

21.7K 1.5K 60
                                    

"Gunadi Govan, salah satu pengusaha yang termasuk jajaran orang terkaya di Indonesia ditangkap di kediamannya kemarin malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gunadi Govan, salah satu pengusaha yang termasuk jajaran orang terkaya di Indonesia ditangkap di kediamannya kemarin malam. Gunadi ditangkap atas tuduhan—"

BIIP.

Ares mematikan TV, lalu menghela napas.

Hanya dalam hitungan hari, berita mengenai Gunadi sudah menjadi topik utama di semua media, baik cetak maupun elektronik. Banyak sekali kebusukan yang ia lakukan sepanjang hidupnya. Korupsi, penyuapan, pelecehan seksual terhadap banyak remaja laki-laki, dan masih banyak lagi.

Atas kuasa Fransisco, Gunadi langsung dijebloskan ke penjara setelah dilarikan ke rumah sakit. Ia dijebloskan ke dalam sel berisi narapidana yang dipenjara akibat tindakan pemerkosaan dan pelecehan seksual. Bisa dipastikan, Gunadi tak akan bisa keluar dalam keadaan waras.

Ares duduk di depan TV, menatap kosong ke depan dengan pikiran yang berkecamuk. Ada rasa kasihan yang timbul dalam hati Ares, namun mengingat perbuatan keji Gunadi kepada keluarganya, Ares mengeraskan hati.

Fransisco menatap putranya, lalu tersenyum tipis. Ia duduk di samping Ares dengan dua cangkir kopi panas tanpa campuran creamer atau susu. Selera mereka benar-benar sama, kopi. Semakin pahit, mereka akan semakin suka.

"You okay?" tanya Fransisco, membuyarkan lamunan Ares. Laki-laki itu menoleh, mengangguk singkat. Ares menyesap kopi buatan Fransisco setelah menggumamkan terima kasih.

"Setelah ini, rencana kamu apa?" tanya Fransisco.

"Nggak tau," balas Ares. "Kuliah?"

Fransisco terkekeh kecil. "Itu sebuah keharusan. Kamu mau, istrimu punya suami lulusan SMA nanti?"

"Gelar nggak menentukan kemampuan dan derajat seseorang," balas Ares. "Banyak orang yang DO dan dikeluarkan dari sekolah, tapi bisa sukses."

"I agree. Tapi pendidikan tetap penting. Kamu perlu dasar untuk mengelola perusahaan. Lagipula, kamu anak yang cerdas. Kuliah tidak akan membebanimu."

Ares hanya mengangguk paham. Sejujurnya, ia masih sedikit canggung berada di dekat Fransisco. Mereka baru bertemu beberapa kali.

"Ikutlah Dad ke Kanada."

Mata Ares melotot. "No!"

Fransisco lagi-lagi tersenyum. "Kalau kamu tidak mau tinggal di sana, tidak masalah. Tapi setidaknya, untuk beberapa minggu saja. Dad mau memperkenalkan kamu pada keluarga kita di sana."

Mendengar kata 'keluarga', tubuh Ares meremang.

"Dad ingin kamu mengenal kakek, nenek, istri, dan anak-anak Dad di sana. Marina juga sudah menunggumu di sana, ia ingin mengenalkanmu pada sepupu-sepupumu."

Marina memang sudah pulang ke Kanada beberapa hari setelah mereka bertemu pertama kali. Ada pekerjaan yang tak bisa ia tinggalkan terlalu lama.

Melihat binar keraguan dari mata Ares, Fransisco kembali melanjutkan. "Mereka sudah tahu tentang kamu, Adelia, dan Arsa. Jangan khawatir, mereka akan menerima kamu dengan baik. Bahkan mereka sudah tak sabar bertemu dengan kamu."

BETWEEN LOVE AND LIES ✓Where stories live. Discover now