BLL | 21

18.5K 1.9K 16
                                    

"Kamu kenapa jadi manja gini, sih?" tanya Bianca heran

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

"Kamu kenapa jadi manja gini, sih?" tanya Bianca heran. Arsa yang asyik tiduran dengan paha Bianca sebagai bantalan, menggeleng sambil terpejam. Bianca melepaskan tangannya dari rambut Arsa, namun Arsa kembali mencari-cari tangan gadis itu, meletakannya kembali di kepalanya.

"Jangan berhenti," gumamnya. Bianca mengernyit, lalu kembali mengelus kepala Arsa. Ia bingung sekaligus gemas dengan tingkah Arsa yang ajaib ini.

Tadinya, Bianca pikir, Arsa akan marah-marah karena Dean. Namun ternyata, laki-laki itu malah jadi semakin manja pada Bianca. Ia bahkan tak melepas Bianca sedikitpun, kecuali saat gadis itu ke kamar mandi.

Gadis itu sama sekali tak mengetahui tentang percakapan Fajar dan Arsa di depan ruang kepala sekolah tadi. Arsa pun tak akan pernah memberi tahu Bianca, membiarkan dirinya menanggung beban pikiran itu sendiri.

"Ica," Arsa membalikkan tubuhnya, menatap Bianca. Gadis itu membalas tatapan Arsa. "Hmm?"

"Kamu... udah cinta sama aku, belum?" tanya Arsa. Bianca terdiam sebentar lalu mengangguk, membuat kedua mata Arsa terbelalak lebar. Ia langsung terduduk, menatap netra gadis itu lamat-lamat, mencari kebohongan di sana. "Beneran?"

"Nggak tau, sih," jawab Bianca acuh, membuat bahu Arsa luruh seketika. Ternyata, usahanya selama ini masih belum membuat Bianca jatuh cinta padanya.

"Tapi... tiap ngeliat kamu, jantung aku deg-deg an. Aku juga sering kepikiran kamu. Sering kangen. Menurut kamu gimana?"

Arsa tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Laki-laki itu sampai tertawa senang, lalu memeluk Bianca erat. Baru setelah Bianca protes karena kesulitan bernapas, Arsa melepas pelukannya.

"Beneran?" tanyanya lagi, memastikan. Bianca mengangguk, malu.

Bianca memang sudah menerima Arsa sepenuhnya. Bisa dibilang, ia sudah jatuh hati pada laki-laki itu.

Selama ini, tak pernah terlintas di benak Bianca, bahwa ia akan jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Sahabat yang sudah menemaninya melewati suka dan duka, sejak sepuluh tahun yang lalu.

Selama ini, baik Bianca maupun Arsa, selalu menyangkal setiap ada yang mengatakan, bahwa di setiap persahabatan antara laki-laki dan perempuan, pasti ada salah satu yang memendam rasa. Namun kali ini, mereka seperti menjilat ludah sendiri.

"I love you," ucap Arsa berkali-kali, sambil menciumi seluruh wajah Bianca. Gadis itu tertawa. "Geli, Arsa!"

"Kamu bales dulu dong," ucap Arsa, sebelum kembali menciumi Bianca. "Kalo nggak, aku nggak berhenti."

"I love you too," gumam Bianca. Sungguh, wajahnya pasti sudah merah padam sekarang.

"Nggak denger," ucap Arsa.

"I love you too, Arsa Dyllano Govan!" seru Bianca. Sedetik kemudian, ia menubrukkan tubuhnya pada Arsa, menyembunyikan wajahnya di bidang laki-laki itu. Arsa terkekeh senang, membalas pelukan gadis mungilnya erat-erat.

BETWEEN LOVE AND LIES ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant