EXTRA PART 1

21.8K 1.5K 75
                                    

"Sayang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sayang..."

Ares hendak mencium bibir Bianca, namun wanita itu menghindar. Ares mengernyit bingung. Ia memilih duduk di sebelah istrinya yang sedang menyilangkan tangannya di depan dada sembari mengerucutkan bibir.

"Kenapa? Aku salah apa?" tanya Ares. Ia hendak mengusap pipi Bianca, namun wanita hamil itu lagi-lagi menghindar. Bianca bahkan enggan menatap Ares.

Ares berusaha mengingat apa yang ia lakukan seharian ini. Seingatnya, ia tak melakukan kesalahan apapun.

"Sayang, kenapa?" tanya Ares. Ia menarik dagu Bianca lembut hingga ia dapat melihat wajah cantik istrinya. Sayangnya, Bianca masih enggan menatap Ares.

"Ca, liat aku," ucap Ares, masih berusaha sabar. Mendengar Ares memanggilnya 'Ica' dan bukan 'sayang', ditambah dengan hormon kehamilan, mata Bianca mulai berkaca-kaca, hendak menangis. Melihat itu, Ares semakin panik.

"Sayang, kamu kenapa? Ada yang jahatin kamu? Ada yang ganggu kamu? Atau aku yang salah? Aku ada salah apalagi sama kamu?" panik Ares.

Akhirnya, Bianca menangis terisak. Ia memukul dada Ares kuat-kuat, menyalurkan emosinya. Ares hanya bisa diam, membiarkan Bianca memukulinya. Lagipula, tenaga Bianca tidak cukup kuat untuk membuatnya sakit.

"Udah tenang?" tanya Ares. Ia sudah biasa menangani Bianca yang semakin emosional dan cengeng sejak hamil. Bahkan hanya karena Ares pulang terlambat, Bianca bisa marah-marah dan menangis keras. Kangen, katanya.

Bianca menatap Ares tajam, masih kesal.

"Sekarang kasih tau dong, aku salah apa?" Ares akhirnya berhasil mengusap pipi tembam Bianca dengan jarinya. Ia seperti berbicara dengan anak kecil yang marah karena tak dibolehkan memakan permen.

"Kamu cuma read chat aku!" ucap Bianca serak. Sedangkan Ares? Ia hanya bisa mengelus dada. Ternyata masalahnya se-simple itu.

"Kamu cuma ngomong 'iya', jadi cuma aku read— iya iya, aku salah," ralat Ares begitu Bianca kembali mewek.

"Aku minta maaf, ya," ucap Ares. Ia mengecup bibir Bianca, berusaha merayu.

"Dimaafin, nggak?" tanya Ares. Bianca memalingkan wajah sembari bersedekap. Tanpa sengaja, Ares menghela napas keras.

"Kok jadi kamu yang marah?!"

Ares gelagapan. Sungguh, ia tidak bermaksud marah. Ia hanya menarik napas, lalu membuangnya sedikit kasar. "Nggak, aku nggak marah kok."

"Iya! Kamu emang nggak boleh marah! Yang marah kan harusnya aku! Kamu yang salah, kok!" omel Bianca. Ares hanya bisa mengangguk patuh, tak ingin membantah. Ia tak ingin membuat Bianca semakin murka.

"Kamu udah nggak sayang sama aku, kan?! Kamu pasti punya cewek lain! Ngaku kamu?! Aku sekarang udah nggak cantik lagi. Aku udah gendut. Aku kayak kudanil sekarang. Iya, kan?!"

BETWEEN LOVE AND LIES ✓Where stories live. Discover now