Prolog

61.9K 4.5K 49
                                    

Seorang pria melangkahkan kaki keluar dari gate kedatangan di bandara dengan tangan yang menyeret sebuah koper berukuran sedang berwarna hitam. Dia merapatkan jaket yang menutupi tubuhnya ketika merasakan udara yang terasa cukup dingin. Seakan-akan jika tidak melakukannya, maka udara dingin itu mampu menembus tubuhnya.

Kepala pria itu menoleh ke kiri dan kanan sebelum terhenti ketika seorang pria berpakaian rapi berjalan dengan langkah mantap dan mendekatinya. Dalam hitungan detik koper itu sudah beralih tangan.

“Bagaimana perjalanan anda?” tanya pria berpakaian rapi itu.

“Seperti biasa. Tidak ada yang mampu membuatku senang. Seharusnya aku mengirim kamu saja untuk mewakili ku.”

Pria berpakaian rapi tersenyum tipis dengan tangan yang menarik koper. Keduanya berjalan ke arah luar. “Teman anda jelas tidak akan menyukai ide itu.”

“Setidaknya aku akan mengirim hadiah mahal untuk menyenangkannya.” Pria itu melirik jam ditangannya sebelum menghela nafas. Pasti pekerjaannya sudah menumpuk saat ini setelah ditinggal beberapa hari.

“Tapi kehadiran anda lebih membuatnya senang.”

“Ya! Dia tampak senang saat menyodorkan banyak wanita padaku.”

“Mungkin karena anda belum memberi tahu tentang status anda, Pak.” Jawaban dari pria berpakaian rapi tidak lagi mendapat balasan.

Kedua pria itu berdiri dalam diam sejenak sebelum satu mobil hitam berhenti di depan mereka. Tanpa menunggu lama pria yang baru saja kembali setelah menempuh perjalanan jauh dalam rangka memenuhi undangan pernikahan temannya segera masuk terlebih dulu. Meninggalkan pria berpakaian rapi yang sedang memasukkan koper ke dalam bagasi mobil dengan bantuan supir pribadi.

Beberapa saat setelah mobil mulai berjalan, pria berpakaian rapi yang duduk di depan —tepat di samping supir— menolehkan kepala ke belakang. Tangannya menjulurkan satu tablet kepada pria yang duduk di kursi belakang.

“Anda harus melihat ini. Saya rasa kabar baik ini bisa membangkitkan semangat anda."

“Kabar apa?”

“Kami sudah menemukannya.”

Pria yang sudah melepaskan jaket dari tubuhnya itu langsung memperhatikan foto yang terlihat di layar tablet. Matanya bisa menangkap keberadaan beberapa orang manusia —mungkin lebih dari tiga puluh orang— yang berdiri merapat dan saling tersenyum dengan arah tatapan yang sama. Anak-anak, orang tua, beberapa wajah yang pria itu kenali dan perempuan itu.

Pria itu memperbesar foto tepat pada wajah satu perempuan yang terlihat bahagia sekali. Wajah dewasanya tidak meninggalkan kesan yang persis sama seperti dia lihat saat mereka masih remaja. Tetap cantik dan enak dipandang. Senyum yang tampak di bibirnya sama sekali tidak menunjukkan kesan kepedihan dalam hidup. Kehidupan perempuan itu sepertinya benar-benar baik.

“Kamu bersembunyi disini rupanya,” gumam pria itu. “Di tempat yang nggak pernah aku duga sama sekali.” Bibir yang tersenyum sinis itu kemudian tertutup rapat. Rahangnya mengeras. Pandangannya berubah datar. “Dan sepertinya ada yang sudah mengkhianati ku. Kapan kamu mendapatkan ini?”

“Dua hari yang lalu, Pak. Ketika saya memeriksa laporan awal mengenai penerima bantuan perusahaan. Saya langsung mengirim orang untuk memastikannya terlebih dulu. Kami sudah mengumpulkan semua informasi terbaru tentangnya yang mungkin anda butuhkan. Sudah saya kirimkan ke email anda.”

“Kerja bagus. Persiapkan perjalananku untuk menemuinya secepat mungkin,” perintah pria itu. Dia tidak sabar untuk memberikan kejutan kepada perempuan itu.

Araya Maharani. Bagaimana kamu bisa hidup dengan bahagia seperti itu setelah pergi dariku?

***

Stay safe and healthy semua 😉
Semoga Suka 🤗

Salam Sayang 😘
~fansdeviyy,,

Tied in Love [Tamat]Where stories live. Discover now