Bagian 9

23.8K 1.8K 12
                                    

Nyatanya Dewa memang benar ketika mengatakan bahwa dia sangat mudah untuk menarik perhatian gadis-gadis. Araya memang mengakui itu. Dia memang tidak pernah melihat lelaki itu menggoda ataupun merayu murid perempuan di sekolah.

Hingga hari ini pun, sudah lebih dari tiga bulan lamanya Dewa berada di sekolah ini, Araya tidak melihat lelaki itu bersikap seperti itu. Bahkan mendengar dari mulut ke mulut tentang rayuan Dewa pun tidak pernah.

Hanya dengan duduk diam di sebelah Araya ketika saat di kantin, beberapa murid perempuan akan menyapa Dewa dengan suara lembut dan dengan senyuman manis yang menggoda. Mulai dari mengajak untuk pulang bersama hingga ada yang berani mengajak Dewa untuk menikmati hari minggu dengan berkencan. Ajakan yang memang berakhir dengan penolakan Dewa.

Entah tidak ada yang menarik disini bagi lelaki itu atau memang Dewa sudah memiliki kekasih di lingkungan lamanya. Araya tidak tahu dan tidak juga bertanya walau beberapa murid perempuan sengaja mendekatinya demi mendapatkan informasi itu.

Bahkan Yuri —murid perempuan yang menjadi incaran murid laki-laki di sekolah ini— pun tidak mampu membuat Dewa bisa didekati dengan mudah. Sejak Dewa mulai menarik perhatian hingga sekarang, Yuri terlihat belum mendapatkan apapun yang spesial dari Dewa kecuali lelaki itu mau mendengarnya bicara.

Setidaknya hal itu sudah cukup membuat Yuri berbangga hati. Padahal selain Araya, Dian dan Juni saja sering berbicara dengan lelaki itu.

“Yuri dan kawanannya masih belum menyerah juga ya?” gumam Juni dengan mata yang melirik ke arah belakang Araya sekilas.

Araya berbalik sebentar dan menemukan keberadaan Dewa, berdiri dengan tiga murid perempuan didekatnya. Dia menyipitkan mata untuk memastikan siapa tiga murid perempuan itu. Araya segera berbalik setelah mengetahuinya. Yuri dan dua teman dekatnya.

Mereka seperti terlibat pembicaraan yang mungkin saja menyenangkan sebab Yuri dan kedua temannya tersenyum malu-malu. Araya tidak bisa melihat bagaimana ekspresi Dewa tadi sebab lelaki itu membelakanginya

“Baginya mendekati Dewa mungkin sebuah tantangan baru. Mengingat murid laki-laki lain akan langsung mudah dia dapatkan sementara Dewa enggak,” ucap Dian.

Juni mengangguk. “Dan salah satunya adalah si brengsek itu,” curhatnya. Lagi-lagi gadis itu menyinggung tentang mantan kekasihnya.

Tangan Araya menepuk pundak Juni dengan wajah yang menampilkan ekspresi prihatin. “Sudah kami duga kalau kamu memang belum move on sampai saat ini. Enggak apa-apa Jun. Kami akan tetap mendukungmu.”

“Tanpa kamu bertanya pun, sudah terlihat jelas kalau Juni masih belum melupakan mantan pacarnya, Ra.” Dian mencibir Juni yang membuat gadis itu mengerucut sebal. “Lagi pula, wajar Juni belum bisaa move on. Mengingat si brengsek itu adalah si mantan terindah.”

Kepala Araya mengangguk-angguk. “Mantan terindah yang memberi kenangan indah dan juga buruk sekaligus. Semoga kamu segera mendapatkan yang baru. Lelaki yang jauh lebih baik darinya.”

“Aku sudah move on. Hanya susah lupa aja,” ucap Juni dengan suara ketus. Kini wajahnya menunjukkan penolakan dengan apa yang Araya dan Dian tuduhkan.

“Dan kamu terus mengungkitnya berulang kali,” ucap Araya. “Oh benar sekali! Aku sangat percaya kalau kamu sudah move on.”

“Kalau kamu menjadi aku, apa kamu akan mudah melupakan apa yang terjadi begitu saja?” tanya Juni menantang. “Aku jamin kamh juga akan sering mengingat semua perbuatan buruk yang dilakukan oleh mantan pacarmu, Araya.”

“Kamu pernah pacaran?”

Tubuh Araya tersentak ketika mendengar pertanyaan yang disertai dengan hembusan nafas yang terasa di telinga kanannya. Dewa terkekeh melihat respon Araya walau tatapan lelaki itu seakan menunggu jawaban.

Tied in Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang