Bagian 43

28.9K 1.9K 72
                                    

Araya mengerang lirih ketika tubuhnya seakan tidak bisa digerakkan. Dia mendesis ketika merasa ngilu dan keram di beberapa bagian tubuhnya. Dadanya yang terasa sesak juga menjadi penyebab dia terbangun dari tidurnya.

Mata Araya mengerjap, menyesuaikan dengan cahaya lampu yang terang dari langit-langit kamar. Setelah ingat dimana dia berada dan bersama siapa saat ini, seketika dia terkesiap. Sehingga tubuh pria dewasa yang kini tengah telungkup diatas tubuhnya sedikit bergerak. Araya bisa mendengar erangan lirih.

Dewa menumpu sebagian tubuhnya diatas Araya. Dada telanjang mereka yang saling berdempetan seketika membuat wajah Araya memanas. Sejak kapan Dewa tertidur diatas tubuhnya seperti ini? Tapi jelas dia tidak tahu karena dia sendiri pun tidak sadar kapan tepatnya dia tertidur.

Dewa benar-benar menguasai tubuhnya, seakan melampiaskan apa yang tidak pernah pria itu rasakan lagi selama sembilan tahun belakangan. Dewa terus memberi rangsangan padanya sehingga dia yang sudah terpancing gairah tentu dengan mudah mengikuti apa yang Dewa inginkan. Dewa mendapatkan keinginannya dan Araya mau tidak mau harus mengakui bahwa dia juga menyukai sentuhan pria itu.

Araya menurunkan tatapannya. Kepala Dewa dalam posisi mendongak sehingga Araya bisa melihat wajah pria itu yang terlelap. Bibir Dewa sedikit terbuka, nafas pria itu bahkan berhembus teratur. Araya mengangkat tangannya, mengusap tengkuk Dewa. Dengan posisi tidur seperti ini, apa pria itu tidak akan merasa sakit dilehernya setelah bangun nanti?

Apa yang Dewa lakukan dulu, memang mampu membuat Araya marah. Pria itu membeberkan semua yang sudah dia lakukan untuk menekan keluarganya. Sehingga tidak ada pilihan lain yang bisa dipikirkan Gilang sehingga menjanjikan untuk menikahkan Araya dengan Dewa dua tahun setelah hari pengakuan Dewa jika Araya memang belum kembali.

Dewa dulu sudah membuat Tama ditahan selama beberapa hari di kantor polisi. Dengan berita penahanan Tama, kakak ipar Araya yang hamil besar nyaris kehilangan janinnya karena sempat pendarahan. Gilang yang harus memikirkan jalan untuk menyelesaikan masalah keluarganya juga dihadapi dengan masalah yang menyangkut usaha peternakannya. Sementara Disa dipaksa bersabar karena mendengar gunjingan dari para tetangga yang membicarakan tentang penahanan putranya.

Tapi jelas kemarahan Araya kini seakan tidak ada gunanya lagi karena pria itu sudah mengantongi maaf yang diberikan keluarganya. Araya kini hanya dihadapi kebingungan dengan bagaimana sikapnya menghadapi Dewa setelah ini. Karena sudah jelas bahwa dia adalah istri dari Aditya Dewangga.

Istri Dewa? Dalam benaknya dulu, Araya tidak pernah membayangkan bisa menjadi istri Dewa ketika dirinya kembali. Karena dia pikir, sekalipun mereka berdua bicara baik-baik, hubungan mereka mungkin tidak akan sama walaupun cintanya untuk pria itu tetap ada. Tapi nyatanya status itu lah yang dihadapkan padanya kini.

Tatapan Araya beralih ke dinding. Dia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul empat. Karena dibalik gorden jendela bagian luar masih terlihat gelap, sudah pasti saat ini jam empat subuh.

Araya memegang kedua lengan Dewa. Dengan tenaganya yang memang tidak seberapa, dia mencoba menurunkan tubuh Dewa. Dia sengaja memiringkan tubuhnya agar bisa menjatuhkan Dewa keatas kasur.

Dewa yang merasa terganggu seketika mengerang sebelum memegangi pinggang Araya erat. “Ada apa?” tanya Dewa dengan suara serak. Pria itu membuka dan menutup matanya berulang-ulang. “Kamu mau lagi?”

Memang apa yang dia inginkan selain agar bisa terlepas dari beban berat yang sedang menindihnya seperti ini? “Turun dari tubuhku, Mas. Badanmu berat,” gumam Araya sambil menepuk-nepuk punggung Dewa.

“Jangan pergi lagi,” ucap Dewa lirih.

Dewa menekan wajahnya ke dada Araya sehingga wanita itu kembali terkesiap. Setelah apa yang mereka lakukan semalam, kedekatan seperti ini tentu belum mampu membuatnya langsung terbiasa begitu saja. Wajahnya seketika memerah.

Tied in Love [Tamat]Where stories live. Discover now