Bagian 31

22.9K 1.8K 75
                                    

Disaat suasana hatinya sangat buruk, Araya sejujurnya membutuhkan waktu sendiri. Paling tidak dia menjauh dulu agar tidak ada yang menyadari raut wajahnya yang berbeda. Araya sadar jika dirinya terlalu mudah untuk dibaca. Karena itu dia tidak ingin ada yang tahu isi hatinya kini.

Kemarin setelah mendengar kabar yang cukup mengguncangnya, Araya pulang ke kos. Dia memberi alasan kepada keluarganya bahwa dia harus berangkat lebih pagi ke rumah sakit serta kamarnya juga perlu dibersihkan. Meskipun bundanya sedikit heran, Araya tetap mencoba meyakinkan sehingga dia bisa bermalam di kos-nya.

Kabar Dewa yang ternyata sudah menikah sangat mampu menyakiti hatinya. Jika diibaratkan, setelah dibawa melambung tinggi dengan sesuatu yang Dewa yakinkan untuknya lalu dihempaskan dengan kenyataan yang ada. Dan siapapun yang berada diposisi nya ini sudah pasti akan patah hati seperti dirinya.

Dan setelah berpikir lama, Araya baru tahu jawaban atas pertanyaan Dian dulu. “Apa karena kemungkinan Dewa yang bisa saja sudah bersama wanita lain sekarang?” Jawabannya adalah ya. Hal itu lah yang membuatnya merasa tidak siap bertemu Dewa sebelumnya selain karena kisah masa lalu diantara mereka.

Tapi yang tidak Araya sangka, Dewa ternyata memang sudah bersama wanita lain sekarang. Lebih parahnya lagi mereka sudah menikah. Apalah dayanya jika sekalipun Dewa mencintainya? Karena fakta bahwa ada wanita lain yang berhak atas Dewa secara hukum dan agama tidak membuat cinta itu ada artinya lagi.

Dan pria itu meminta ijin kepada keluarganya agar bisa memilikinya? Apa yang ada didalam pikiran Dewa? Sampai mati pun Araya tidak ingin menjadi istri kedua ataupun di madu. Apalagi menjadi alasan kegagalan rumah tangga orang lain. Dia tidak akan menempatkan posisinya di dalam hubungan yang seperti itu.

Sebab baginya itu sudah menunjukkan betapa gagalnya dia menjadi seorang perempuan. Mengambil hati suami orang hingga menjadi penyebab perceraian ataupun menjadi istri kedua. Dia sendiri pun tidak akan memberikan ijin untuk suaminya agar bisa menikah lagi. Bagaimana dia bisa menyakiti sedangkan dia sendiri tidak ingin disakiti?

Meskipun dirinya sedang terluka, Araya membutuhkan teman bicara. Setelah menyendiri sejak siang kemarin, Araya butuh berbagi pikiran. Dan dibandingkan mencurahkan hati kepada kedua orang tuanya ataupun adiknya, Araya memilih Dian.

Kantin rumah sakit di sabtu siang seperti ini tidak terlalu ramai. Araya dan Dian duduk saling berhadapan di bagian paling ujung kantin. Sengaja memisahkan diri agar bisa berbicara berdua tanpa ada yang mendengarkan pembicaraan mereka.

“Kenapa hubungan kalian begitu rumit, Ra? Sudah minta penjelasan dari Dewa?” tanya Dian setelah Araya bercerita tentang kesalahpahaman yang terjadi dulu antara dirinya dan Dewa hingga kabar pernikahan Dewa.

Araya menggeleng. Panggilan dari Dewa pun tidak diangkatnya sama sekali. Araya bahkan sengaja mematikan ponsel Dewa karena terlalu sering panggilan masuk di ponsel itu. “Belum. Dewa bilang akan datang hari ini atau besok. Hanya saja aku merasa takut, Di.”

“Takut dengan penjelasan Dewa?”

Pertanyaan Dian tepat sasaran. “Ya!” jawab Araya mantap. Tiba-tiba ada banyak hal yang dia takutkan. “Aku percaya saat dia bilang mencintaiku. Tapi ketika aku tau dia sudah menikah, aku takut mendengar penjelasannya. Aku takut jika nyatanya dia bohong karena merasa bersalah atas kehidupanku selama ini. Dan ujung-ujungnya hatiku terluka lebih besar.”

Dian menatap Araya lekat. Kedua tangannya terlipat diatas meja. “Menurutku kamu butuh bicarakan ini dengan Dewa secepat mungkin, Ra. Dulu kesalahpahaman kalian juga berawal dengan kondisi seperti ini. Kamu mendengar dari orang lain tanpa meminta penjelasan dari Dewa. Kamu menyimpulkannya sendiri lalu memilih diam sehingga butuh waktu lama agar semua baru bisa terselesaikan.”

Tied in Love [Tamat]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें