Bagian 5

32K 2.1K 12
                                    

Aditya Dewangga. Lelaki yang biasa dipanggil Dewa itu adalah kakak sepupu Araya. Dewa merupakan anak bungsu Regina, adik tiri Ayah Araya yang ikut suaminya tinggal di luar kota setelah menikah. Umur Dewa dua tahun lebih tua diatasnya. Dan seingat Araya, lelaki itu bahkan dua tahun lebih awal masuk sekolah dibandingkan dengannya.

Tapi kenapa Kak Dewa bisa ada di sini?

Dan anehnya lagi lelaki itu masih menjadi murid sekolah menengah atas. Araya tidak bisa menebak alasannya. Padahal seharusnya Dewa sudah berada di perguruan tinggi sekarang.

Seingat Araya, terakhir kali dia bertemu dengan Dewa adalah saat dia masih menjadi murid sekolah dasar. Entah saat kelas empat, lima atau mungkin kelas enam saat itu. Dia tidak terlalu ingat pastinya karena tidak banyak ingatannya tentang Dewa karena minimnya komunikasi diantara mereka.

Tapi yang Araya tahu, sejak setelah pertemuan itu Dewa tidak pernah lagi ikut dengan Regina saat pulang kampung. Lelaki itu juga tidak pernah muncul lagi di rumah Nenek mereka. Termasuk ketika di hari raya ataupun hari pemakaman Nenek.

Araya tidak tahu alasan kenapa Dewa tidak pernah muncul dan menampakkan dirinya lagi sehingga seakan-akan lelaki itu tidak pernah ada. Prabu —Ayah Dewa— dan Regina pun tidak pernah membahas tentang Dewa saat semua keluarga sedang berkumpul.

Dia sendiri pun tidak pernah penasaran dengan itu sehingga tidak pernah bertanya tentang hal lain selain kabar kakak sepupunya yang satu itu. Dari yang dia dengar, Dewa masih hidup dan dalam kondisi yang baik-baik saja. Dan itu menurut Araya sudah cukup untuk sekedar basa-basi saja.

Tapi kenapa Kak Dewa bisa ada di sini sekarang?

Pertanyaan itu muncul lagi di dalam kepala Araya. Dan mungkin saja pertanyaan itu akan terus ada sampai dia mendapatkan jawaban. Araya benar-benar ingin tahu.

Sebelah tangannya menumpu dagu dengan siku yang ditekan ke atas meja. Araya bukan kelelahan karena gotong royong tadi melainkan pikirannya masih belum lepas dari sosok Dewa. Lelaki tampan yang tidak lain adalah sepupunya itu benar-benar bisa mengalihkan perhatian Araya.

Kalimat apapun yang dikatakan oleh Pak Yudi didepan kelas sana sama sekali tidak tertangkap dengan baik oleh telinganya. Hanya terdengar samar-samar saja. Fokusnya sekarang bukan pada apa yang beliau sampaikan. Tapi tentang Dewa dan alasan keberadaan lelaki itu disini.

“Kak Dewa? Apa yang Kakak lakukan di sini?”

Dewa menatap Araya datar. “Tentu saja untuk belajar. Memangnya apalagi jika bukan untuk itu? Masuk lah ke kelas mu, Araya. Dan ingat satu hal! Jangan jadi lemah lagi hingga mudah dipermainkan begitu. Aku harus kembali ke kelasku.”

Hanya itu yang Dewa katakan sebelum meninggalkan Araya yang berdiri menatap punggung lelaki itu bingung. Dewa tidak terlihat peduli dengan rasa penasaran Araya yang sudah menggunung. Harusnya lelaki itu paham maksud dari pertanyaannya.

Selain karena Araya yang bertanya-tanya tentang alasan keberadaan Dewa disini, wajah lelaki itu jelas membuatnya jadi terbayang-bayang. Wajah yang tampan dan senyum di bibir yang menawan itu benar-benar mampu membuatnya kehilangan akal. Dewa mungkin akan jadi godaan terbesar bagi gadis muda sepertinya.

Araya tidak menyangka kakak sepupunya itu bisa tumbuh dengan baik dan begitu tampan. Wajah itu sedikit berbeda dibandingkan dengan yang ada di dalam ingatannya. Berbeda dalam artian yang baik tentunya. Lebih tampan, lebih menawan dan lebih dewasa.

Andai saja jika Araya terus bertemu setidaknya sekali dalam satu tahun dengan Dewa. Mungkin dia tidak akan sekaget tadi karena wajah tampan kakak sepupunya itu. Sepertinya Dewa bisa menjadi idola baru di sekolah ini.

Tied in Love [Tamat]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora