Bagian 7

25.1K 1.9K 30
                                    

Misteri tentang kepindahan Dewa sudah dapat Araya pecahkan. Tadi pagi lelaki itu memberinya kejutan dengan keberadaannya di sekolah, sore harinya Araya langsung mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya. Ayahnya yang ternyata memang sudah tahu tentang Dewa, dengan tanpa beban membeberkan apa yang terjadi dengan keponakannya itu sebagai pembelajaran agar tidak ditiru.

Araya tidak membanggakan kemampuan otak dan kerja kerasnya untuk mendapatkan nilai bagus dan peringkat kelas sehingga bisa memandang rendah kemampuan orang lain. Hanya saja dia tidak menyangka bahwa Dewa bisa sebodoh itu hingga tinggal kelas sebanyak dua kali saat di sekolah sebelumnya. Padahal jika tidak melewati batas nilai rata-rata saat ulangan, masih ada tahap perbaikan nilai atau remedial. Tapi kenapa bisa Dewa tidak mampu untuk itu?

Seingatnya dulu Dewa adalah lelaki yang pintar. Ayahnya bahkan sering membanggakan Dewa dan mendorong Araya agar bisa seperti kakak sepupunya itu. Dulu lelaki itu sering mendapat peringkat tiga besar saat sekolah dasar.

Sehingga dengan lantang, Araya bahkan mendeklarasikan dirinya akan menjadi seperti Dewa. "Aku akan pintar seperti Kak Dewa. Dan aku akan jadi seorang Dokter nantinya."

Selain karena sudah dua kali tinggal kelas, keberadaan Dewa di rumah salah satu temannya dalam kondisi mabuk dan nyaris ikut menikmati narkoba lah yang menjadi penyebab berakhirnya lelaki itu di sini. Pergaulan Dewa benar-benar buruk disana sehingga Prabu yang marah besar mengirim putranya itu ke kampung istrinya untuk memperbaiki diri.

Prabu sengaja menjauhkan Dewa dari segala fasilitas yang selama ini mampu membuat lelaki muda itu lupa diri. Terutama untuk menjauhkan Dewa dari teman-temannya yang diyakini sudah memberi pengaruh buruk kepadanya.

Pintu kamarnya yang tiba-tiba terbuka dengan kuat mampu membuat Araya tersentak kaget. Untungnya dia sudah memakai piama setelah selesai mandi sehingga Ayasha, adik perempuannya tidak melihatnya dalam kondisi telanjang.

Matanya memperhatikan gadis kecil itu yang kini memakai piama berwarna merah muda dengan gambar yang sama seperti yang Araya kenakan. Kucing berwarna putih yang sedang duduk manis.

Mata Ayasha sempat terlihat kaget sebelum bibir kecilnya bergumam pelan, nyaris seperti berbisik. "Tebakan Bunda ternyata benar."

Araya dan Ayasha bukan anak kembar sehingga nama keduanya nyaris mirip. Araya Maharani dan Ayasha Maharani. Bahkan pakaian keduanya pun banyak yang disediakan kembar oleh Bunda mereka.

Ayasha adalah satu-satunya adik Araya yang masih berumur sembilan tahun. Araya adalah kakak kedua bagi Ayasha yang kini berusia tujuh belas tahun. Dan jangan lupakan dengan keberadaan Tama Mahaputra, kakak Araya satu-satunya sekaligus kakak pertama bagi Ayasha yang sudah berumur dua puluh tiga tahun.

Di rumah mereka Araya akan dipanggil Ara sementara Ayasha dipanggil Aya. Karena itu tak jarang kerabat yang sesekali mereka jumpai lebih suka memanggil nama mereka dengan lengkap.

"Tebakan tentang apa?" tanya Araya heran.

"Rahasia," seru Ayasha. "Aku disuruh Ayah dan Bunda panggil Kak Ara untuk makan malam. Kakak lama sekali."

"Iya! Aku sisir rambut dulu sebentar. Aku baru selesai mandi."

Ayasha berjalan beberapa langkah sebelum menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur kakaknya. Gadis kecil itu duduk disana dengan tatapan tertuju kepda kakaknya. Araya yang membelakanginya kini sedang menyisir rambut.

"Kakak nggak mau potong rambut seperti rambutku ini?" tanya Ayasha sambil mengelus rambutnya yang hanya sampai pertengahan leher.

Rambut Araya memang tidak panjang hingga bisa menyapu lantai. Rambutnya hanya sepunggung dan masih jauh dari pinggangnya. Tapi rambut sepanjang ini lah yang dia sukai walau adiknya itu sering protes.

Tied in Love [Tamat]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ