Bagian 40

27.4K 1.7K 65
                                    

“Gila! Aku kira kamu benar mencoba bunuh diri, De. Aku panik, sumpah!”

Dewa menguap panjang. Tangannya meraih gelas dan menuangkan air dari dalam botol kesana. Dia menghabiskan minuman itu dalam sekejap. Bangun setelah beberapa jam lamanya tidur dengan kepala yang masih pusing dan badan yang terasa lemas mampu membuatnya haus dan juga lapar seketika.

Apalagi kepalanya tadi semakin bertambah pusing ketika dokter yang baru saja selesai memeriksanya meminta Dewa untuk ikut konseling setelah tubuhnya membaik nanti. Hal itu terkait dengan penggunaan obat tidur dan juga informasi jadwal tidurnya yang dibeberkan Ethan tanpa persetujuannya.

Jika dokter berpikir kejiwaannya terganggu, maka Dewa dengan tegas mengatakan bahwa dia sama sekali tidak gila. Apa yang terjadi kepadanya kemarin siang adalah karena kesalahannya. Dia yang salah mengambil tindakan ketika dia merasa badannya benar-benar tidak sehat.

Siang kemarin kepalanya terasa sangat sakit dan badannya juga lemah, dia bahkan nyaris seperti tidak bertenaga. Setelah mencoba berbaring dan sayangnya tidak mampu mengurangi rasa sakit dikepalanya, Dewa meminum obat sakit kepala. Dia pikir bisa langsung tertidur karena biasanya efek samping obat itu adalah tidur.

Tapi nyatanya dia tidak tertidur sama sekali sehingga nekat menambah dua pil obat lagi. Mana dia bisa menduga jika obat yang dia ambil setelahnya adalah obat tidur? Obat tidur yang mereknya berbeda dibandingkan yang biasa dia simpan. Salahkan kepalanya yang seenaknya saja sakit tanpa pemberitahuan sehingga dia tidak fokus dengan apa yang dia lakukan.

Dewa tertidur sangat lama. Hingga lebih dari tiga puluh jam lamanya, begitu kata Ethan. Dan ketika dia terbangun, tiba-tiba dia sudah berada di ranjang rumah sakit dengan Ethan yang menatapnya cemas. Pria itu segera memanggil dokter dan langsung menyebut hal gila setelah dokter meninggalkan mereka.

Bunuh diri katanya? Dewa jelas tidak akan mengambil tindakan bodoh seperti itu. Ada Araya yang harus dia temukan keberadaannya. Mana mungkin dia akan mengakhiri hidupnya sendiri jika keinginannya hidup bahagia bersama Araya sangat besar?

“Aku bukan orang yang berpikiran sesempit itu, Than. Bunuh diri, eh? Hanya orang bodoh yang melakukan itu untuk menyelesaikan masalah. Dan aku bukan orang bodoh itu.”

Ethan mengangkat bahunya sebelum mencibir. “Siapa yang tau kalau kamu ternyata benar-benar melakukannya karena begitu frustasi dengan keadaan?”

Dewa menatap Ethan tajam. “Sudah aku katakan bahwa pikiranku tidak sesempit itu,” ucap Dewa tidak terima.

“Oke, oke! Kamu tidak perlu berteriak seperti itu,” pinta Ethan. “Dan kamu harus tahu bagaimana paniknya kami ketika melihat kamu tidak bergerak sama sekali bahkan setelah disiram dengan air, De. Dan kamu juga sudah berhasil membuatku cemburu ketika melihat Nathalia yang menangis karena kondisimu.”

Dewa mendegus sebelum mengalihkan tatapannya. “Tidak perlu membawa-bawa cemburu. Kamu mau pamer disampingmu ada wanita yang kamu cintai sementara aku tidak?” tanyanya dengan nada ketus.

Bibir Ethan melongo. “Kenapa sekarang aku yang salah?” gumamnya kesal.

Padahal apa yang dia katakan adalah kebenarannya. Nathalia yang tadi malam sibuk menangisi Dewa benar-benar membuatnya merasa cemburu. Dia sama sekali tidak berniat memamerkan apapun kepada Dewa. Mengatakan ini adalah bentuk dari kekesalannya. Agar lain kali Dewa tidak melakukan hal yang membuat mereka semua heboh karena berpikir Dewa bunuh diri.

“Bagaimana pun juga, terima kasih karena sudah mencemaskan ku, Than,” ucap Dewa tulus.

Ethan mengangkat kedua alisnya. “Bagaimana dengan kami yang sudah membawamu kesini?”tanyanya.

Tied in Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang