Bagian 38

22.7K 1.7K 51
                                    

“Sial!”

Umpatan dengan suara keras itu membuat perhatian Nathalia beralih. Dia yang terkejut melihat betapa kacaunya dapur dan ruang makan langsung berjalan cepat ke arah kamar Dewa. Sesuai dugaannya dan Ethan, Dewa memang tidak baik-baik saja. Ada sesuatu yang terjadi sehingga membuat emosi Dewa tidak terkendali seperti tadi.

Karena itu lah Nathalia ada dihadapan Dewa sekarang setelah memberikan Nathan kepada bibi yang dipekerjakan orang tuanya. Sementara Ethan kini sedang di meja makan. Membersihkan kekacauan yang sudah Dewa buat tadi. Sia-sia saja sarapan yang sudah pria itu siapkan untuk mereka.

Dan sama seperti apa yang dilihat Nathalia diluar tadi, kamar Dewa tak kalah kacaunya. Laci meja yang terbuka dengan isinya yang sudah berserakan di lantai. Meja belajar Dewa yang kini dipenuhi buku-buku. Serta tempat tidur pria itu yang sudah berantakan.

Sedangkan Dewa yang dicari Nathalia terlihat sibuk membongkar isi lemari. Mengeluarkan pakaiannya dan memeriksa satu per satu. Dewa terlihat sedang mencari sesuatu.

“Apa angin puting beliung baru saja melanda apartemen ini?”

Candaan Nathalia mampu menarik perhatian Dewa meskipun dia hanya menatap Nathalia sekilas. Wanita itu sedang menatapnya kaget dan juga bingung. “Aku tidak dalam keadaan baik untuk bercanda, Nath.”

“Aku tau,” gumam Nathalia. Jika Dewa sedang baik-baik saja maka bukan pemandangan ini lah yang dia lihat sekarang. “Kamu mencari sesuatu? Mungkin aku bisa membantu menemukannya.” Nathalia melangkah masuk.

“Map yang berisi dokumenku. Aku tidak menemukannya. Aku membutuhkan itu agar bisa pulang, Nath.”

Dewa tidak menemukan map yang berisi dokumen pribadinya. Semua dokumen miliknya mulai dari paspor, visa pelajar hingga berkas penting lainnya ada disana. Lebih kurang sudah lima belas menit lamanya dia membuat kamarnya berantakan. Tapi dia tidak juga menemukan keberadaan map itu. Dia sendiri pun juga tidak ingat kapan terakhir kali dia memindahkan map itu di kamarnya.

Dewa membutuhkan dokumennya terutama paspor agar dia bisa pulang. Dia sudah menemukan penerbangan terdekat. Dan itu diawal minggu depan. Dewa pikir dia harus mulai mengurus kepulangannya dari sekarang termasuk masalah kuliah S2-nya. Tapi sayangnya semua dokumen itu entah dia letakkan dimana.

“Kenapa tiba-tiba kamu ingin pulang?” tanya Nathalia bingung. Jika memang ingin pulang, bukankah Dewa bisa pulang bersama dengan orang tuanya bulan lalu? Kenapa harus sekarang? “Kuliahmu bahkan sebentar lagi akan dimulai, De.”

“Aku tidak perduli lagi dengan kuliahku, Nath. Aku harus pulang.”

Raut wajah Nathalia semakin bingung. Dia tidak bisa menebak apa yang terjadi saat ini sehingga Dewa terlihat bergegas untuk pulang. “Apa terjadi sesuatu di rumahmu? Orang tuamu baik-baik saja kan De?”

Dewa menghentikan gerakan tangannya. Dia membalikkan badan sehingga Nathalia bisa melihat wajah pria itu sepenuhnya. Marah, cemas dan kalut seakan terlihat bercampur.

“Ini bukan tentang orang tuaku, Nath. Ini tentang Araya.” Kening Dewa mengernyit, menunjukkan raut gusar. “Araya bukannya sibuk kuliah tapi pergi dari rumah. Dan keluargaku termasuk keluarganya sudah membohongiku selama ini. Mereka semua membohongiku, Nath.”

Nathalia menatap Dewa kaget. Ini sungguh mengejutkannya. “Sejak kapan, De?”

“Sudah lama. Mungkin setelah aku berangkat kesini. Dia selama ini tidak kuliah.” Dewa mengusap wajahnya. “Kenapa aku bisa bodoh sekali? Kenapa aku bisa percaya begitu saja dengan kebohongan semuanya? Harusnya aku sadar. Kalau dia baik-baik saja, Araya pasti akan menghubungiku.”

Tied in Love [Tamat]Where stories live. Discover now