Bagian 21

27.9K 2.1K 50
                                    

“Kamu sudah pulang? Aku sudah buatkan makan malam untukmu.”

Sebelah tangan Dewa menarik lepas dasi yang seakan-akan begitu mencekik lehernya. Sementara tangannya yang lain meletakkan tas kerjanya di atas sofa. Perhatiannya tertuju kepada wanita hamil yang sedang membersihkan kedua tangannya dengan tisu.

Sambutan ramah seperti ini memang bukan kali pertama Dewa dapatkan ketika saat pulang bekerja. Tapi tetap saja, dia tidak menyukainya. Ini mengingatkan kepada sesuatu yang hingga kini dia sesali. Apalagi dengan kehamilan besar wanita dihadapannya ini. Sangat mampu membuat dada Dewa terasa sesak.

Bagaimana saat Araya dulu dalam keadaan hamil besar seperti ini? Sendirian dan entah berada dimana. Itu hal yang dia pikirkan ketika melihat Nathalia dengan perut yang membesar karena kehamilan.

Apalagi sejak kehamilannya Nathalia semakin sering datang ke apartemen ini. Baik dengan pemberitahuan sebelumnya ataupun secara mendadak seperti sekarang. Wanita itu melakukan apapun yang dia inginkan tanpa meminta persetujuan Dewa terlebih dulu.

“Sudah aku bilang kan kalau kamu tidak perlu repot-repot melakukannya. Kamu sedang hamil tua, Nath.”

“Nggak apa-apa, De. Aku senang melakukannya.”

Dewa melangkah ke arah dapur dan berdiri di depan kulkas. Nathalia yang memperhatikan pergerakan lelaki itu hanya mengikutinya dalam diam. Kening Dewa mengernyit ketika menemukan isi kulkasnya yang penuh dengan bahan makanan. Dia mengambil satu botol minuman dan langsung meneguknya hingga menyisakan setengah.

Nathalia tersenyum. “Aku sudah minta orang untuk mengisi kulkas dengan bahan makanan. Jadi buat lah makanan yang sehat dan jangan makan mi instan terus.”

Dewa menyipitkan matanya. Dia segera beranjak untuk membuka pintu lemari gantung dimana dia menyimpan mi miliknya. “Kamu membuangnya?” tanya Dewa tak percaya.

Mulai dari mi kuah hingga mi goreng berbagai rasa yang berbeda miliknya kini sudah raib tak menyisakan satu bungkus pun. Ketika dia sedang suntuk, tidak bisa tidur ataupun kelaparan tengah malam, Dewa memang sering mengisi perutnya dengan mi instan. Dia tidak merokok dan tidak meminum alkohol lagi karena wanitanya jelas tidak menyukai itu semua sehingga beralih kepada mi instan dan juga permen.

“Percuma kamu punya kemampuan masak kalau tidak memanfaatkannya. Setidaknya kamu bisa pesan makanan kalau memang malas masak.” Nathalia sengaja mengabaikan pertanyaan Dewa yang jelas tidak butuh jawaban dari mulutnya. Karena ya! Dia sudah membuang semua bungkusan tidak sehat itu.

Dengan sedikit kasar, Dewa menutup pintu lemari. Tidak bisa menunjukkan kejengkelannnya atas tindakan semena-mena Nathalia. Rasanya ingin marah, tapi dia tidak bisa melakukannya di depan Nathalia. Wanita ini memang sangat menyebalkan saat sedang hamil.

“Terima kasih, Nath. Tapi lain kali jangan melakukannya lagi. Aku sadar dengan apa yang aku lakukan. Kamu tidak perlu ikut campur.” Dewa memandang Nathalia dengan tatapan penuh peringatan. “Kalau masih ada kata lain kali untukmu berkunjung kesini, maka jangan menambah atau mengurangi isi apartemenku lagi.”

“Bagaimana aku nggak ikut campur? Aku mencemaskanmu. Aku–“

“Pulanglah, Nath,” perintah Dewa dengan langkah kaki yang bergerak menuju ruang tamu. “Aku lihat jemputanmu sudah ada di bawah.”

Dewa tidak perlu mempertanyakan kenapa Nathalia bisa ada di apartemennya seperti sekarang. Karena dia sudah tahu pasti apa alasan Nathalia dan memakluminya. Hormon kehamilan wanita itu lah yang membuatnya sering berakhir disini.

Tadinya Dewa juga tidak terkejut ketika mendapati Nathalia di dalam apartemennya ketika membuka pintu. Karena dia sudah lebih dulu melihat satu mobil dengan pengemudi yang familiar berada di parkiran.

Tied in Love [Tamat]Where stories live. Discover now