Bagian 37

22.7K 1.8K 28
                                    

“Aku mau ikut pulang. Seminggu juga tidak apa-apa. Aku pasti akan kembali sebelum kuliah dimulai.”

Dewa menatap Prabu dengan wajah serius. Dia tidak perduli jika pun saat ini dia akan terlihat memelas dihadapan papanya. Hal yang memang tidak pernah dia lakukan sebelumnya meskipun dalam kondisi yang sangat sulit. Dewa benar-benar tidak tenang. Jarak ini membuatnya muak.

Setiap hari pikirannya hanya Araya dan Araya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan wanita itu? Apa kesalahan yang sudah dia lakukan sehingga Araya tidak memperdulikannya? Kenapa pada akhirnya mereka seperti ini? Banyak pertanyaan yang ingin dia dapatkan jawabannya.

Bahkan ketika dia sudah mencoba menyibukkan dirinya untuk membunuh waktu selama lebih empat tahun ini, tetap saja ujung-ujungnya dia memikirkan Araya.

Berhubung papa dan mamanya datang menghadiri wisudanya, Dewa mencoba menarik hati keduanya. Dan dia berharap diijinkan ikut pulang untuk sebentar saja. Meskipun hanya bisa melihat wajah Araya dalam beberapa jam. Setidaknya dia bisa melihat sendiri kalau wanita itu baik-baik saja.

“Kenapa tiba-tiba ingin pulang?” tanya Prabu.

Melihat sikap Dewa beberapa hari ini, Prabu sudah menduga bahwa putranya ini pasti menginginkan sesuatu. Tapi yang tidak dia sangka, Dewa meminta untuk pulang. Pertama kalinya Prabu melihat Dewa meminta ijin untuk mengingkari apa yang sudah dikatakannya.

“Aku rindu adikku,” jawab Dewa jujur. Aku merindukan pacarku, sambungnya dalam hati.

Prabu mengernyit. Dugaan yang selama ini dia sangkal ternyata benar adanya. “Araya?”

Dewa mengangguk. “Iya. Aku ingin melihatnya secara langsung. Kepulanganku tidak akan mengganggu pendidikanku, Pa. Ku mohon.”

Setelah beberapa detik menatap putranya, Prabu membuang muka. Rasanya terlalu aneh ketika melihat putranya yang selama ini membangkang kini memohon dihadapannya. “Selesaikan dulu pendidikanmu.”

Dewa menggeleng. Wajahnya kini semakin terlihat memohon. “Aku berjanji akan menyelesaikannya dengan baik, Pa. Ijinkan aku pulang sebentar saja.”

Prabu tidak akan mengijinkan Dewa kembali lebih awal meskipun hanya untuk semalam saja. Karena dia bisa menebak apa yang akan terjadi. Jika Dewa pulang, maka putranya itu tidak akan kembali kesini untuk menyelesaikan pendidikannya.

“Tidak! Sesuai kesepakatan kita, kamu baru bisa pulang setelah selesai S2. Fokus saja dengan pendidikan mu. Adikmu akan baik-baik saja meskipun kamu tidak bersama dengannya. Kamu tidak perlu mencemaskannya.”

Bagaimana dia tidak cemas sementara Araya tidak memberinya kabar selama ini? “Tapi, Pa. Aku janji tidak akan lama di rumah. Aku akan kembali setelah bertemu adikku.”

Dewa masih bersikeras untuk membujuk papanya. Dia ingin pulang meskipun hanya bisa melepas rindunya sebentar saja. Dia ingin melihat Araya dalam keadaan baik-baik saja tanpa kekurangan apapun. Dan itu sudah cukup sebagai bekalnya untuk menyelesaikan pendidikannya.

“Kamu yang dulu mengajukan kesepakatan itu Dewa.”

“Tapi Pa, aku—“

Belum selesai bicara, Prabu memotong perkataannya. “Jika kamu pulang maka kesepakatan kita batal. Jika batal, berarti Papa masih bisa mengatur hidupmu termasuk masalah jodoh.”

Tangan Dewa mengepal kuat. Dia menatap papanya tajam. Dia bukannya tidak tahu bahwa papanya memanfaatkan kesempatan ini. Sebab Dewa pernah mendapat tamu gadis muda yang memperkenalkan diri sebagai anak rekan kerja papanya. Gadis itu katanya membawakan titipan dari Prabu karena memang datang untuk liburan di tempat yang sama dengan keberadaan Dewa. Dan Dewa sudah bisa menebak tujuan papanya setelah gadis itu sering menghubunginya.

Tied in Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang