5 : Satu Hal

1.9K 316 87
                                    

Malam itu Megumi melakukan rutinitasnya. Menjenguk Satoru setelah menyelesaikan tugas-tugas di kantor.

Megumi yang kelelahan tertidur dengan posisi duduk di kursi. Kepalanya bertumpu pada kedua lengan yang terlipat diatas ranjang Satoru. Dia terbangun dari tidurnya karena mendengar suara yang nyaring.

Mengucek mata sejenak dan terlihatlah oleh Megumi garis hijau lurus tergambar pada elektrokardiogaf di sisi ranjang Satoru. Mata Megumi membulat sempurna. Dengan segera memencet tombol dan berteriak, "IEIRI-SAN!!"

Shoko tersentak. Tadi dia hampir tertidur di meja kerjanya. Shoko memang punya ruang pribadi yang mirip seperti apartemen di rumah sakit ini. Tidak terlalu besar karena cuma Shoko yang menempatinya. Dia tinggal di rumah sakit sebab ada Satoru yang harus Shoko jaga.

"DETAK JANTUNG GOJOU-SAN BERHENTI!!"

Teriakan Megumi membuat seluruh kesadaran Shoko kembali. Shoko langsung meminta bantuan beberapa perawat yang masih bekerja malam itu.

Dari luar ruangan Megumi menunggu. Shoko menggunakan alat kejut jantung untuk mengembalikan detak jantung Satoru. Dan Megumi sungguhan panik. Takut kalau Satoru akan meninggal.

Tidak sadar air mata Megumi jatuh. Dia mengepalkan jari tangan yang menempel pada kaca jendela. Shoko di dalam sana sedang berusaha keras.

Usaha pertama, tidak ada reaksi apa-apa dari Satoru. Megumi menahan nafas melihat elektrokardiogaf masih menampilkan gambar yang sama.

Usaha kedua, juga tidak ada reaksi. Dari dalam Shoko menatap Megumi. Wajahnya terlihat frustasi dan seperti ingin menangis. Megumi pikir, 'Apa ini akhirnya?'

Menarik nafas dalam-dalam. Shoko menggesekkan kedua alat ditangannya. Kemudian diletakkan pada dada Satoru. Dan, usaha ketiga berhasil. Elektrokardiogaf tidak lagi menunjukkan garis lurus. Meski lemah, jantung Satoru berdetak kembali.

Megumi membelakangi jendela. Lalu tubuhnya merosot kebawah. Kepala disembunyikan disela kedua kaki yang tertekuk.

Posisi yang sama dengan sekarang.

Merogoh ponsel didalam saku celana, Megumi mengangkat kepala. Mencari kontak seseorang yang tersimpan. Dan meneleponnya.

==========

"Ada apa? Kau tidak tahu aku sedang sibuk saat ini?"

Suguru terpaksa menghentikan pekerjaannya saat menerima panggilan dari Shoko. Tadinya dia sedang sibuk dengan kertas-kertas yang harus ditandatangani. Sudah dari kemarin kertas sialan itu tidak ada habisnya berdatangan ke atas meja Suguru. Suguru lelah hanya dengan melihat tumpukan kertas di meja kerjanya. Suguru jadi harus lembur karena ini.

Tanpa berbasa-basi Shoko menjawab pertanyaan Suguru. "Satoru bangun dari komanya."

Suguru terdiam. Lima detik kemudian menghela nafas. "Syukurlah. Kupikir sudah tidak ada harapan lagi." Katanya. Dia merasa lega. Akhirnya usaha Shoko mengobati Satoru selama ini tidaklah sia-sia.

"Aku bahkan sudah hampir pasrah mengobatinya. Cukup lama luka bakar Satoru bisa sembuh. Dan bekasnya pasti tidak mudah hilang."

Begitu juga dengan Shoko. Baginya yang bekerja sebagai dokter, dia merasa bahagia jika nyawa seorang pasien yang dirawatnya terselamatkan. Karena itu adalah tugasnya. Namun tidak dapat dipungkiri. Kadang ada masanya ketika seorang dokter gagal menyelamatkan nyawa pasiennya.

Suguru berdiri dari duduknya. Mendekati jendela untuk menatap pemandangan gedung pencakar langit yang terpampang di luar sana.

"Dia beruntung dapat bertahan dengan luka bakar yang separah itu." Suguru jadi ingat. Dia yang membawa tubuh Satoru ke rumah sakit.

SORRY [✓]Where stories live. Discover now