7 : Benar

1.8K 298 60
                                    

"Satoru. Kebetulan sekali aku bertemu denganmu di sini."

Shoko menghampiri Satoru yang sedang duduk santai memakan roti. Ini memang sebuah kebetulan. Yah, sebenarnya Shoko saja yang tidak tahu kalau tiap pagi Satoru selalu sarapan di tempat ini. Toko roti yang tidak jauh dari sekolah tempatnya mengajar.

"Yo. Shoko." Satoru mengangkat tangannya. Kemudian menyuruh Shoko duduk di kursi yang ada di hadapan.

Setelah duduk, dengan ragu-ragu Shoko bertanya. "Hmm, yang kau katakan kemarin. Mengenai Itadori dan Sukuna. Apa itu benar?"

Rasanya agak tidak enakan menanyakan hal itu. Tetapi Shoko ingin jawaban pasti. Jawaban dari Satoru yang sepenuhnya dalam keadaan sadar. Bukan jawaban dari Satoru yang dalam keadaan setengah mabuk.

Entahlah. Rasa-rasanya Shoko masih belum bisa percaya dengan apa yang Satoru katakan kemarin saat di bar. Maksudnya, tidak mungkin seorang Yuuji yang Shoko ketahui adalah anak baik-baik, melakukan hal dewasa dengan seorang mantan kriminal. Dan tidak mungkin pula Yuuji mau diajak untuk melakukannya.

Berbeda dengan Suguru. Pria itu langsung percaya begitu saja dengan kata-kata Satoru. Karena meski Satoru kadang suka bercanda, dengan raut wajah kusut yang mereka lihat, Suguru pikir Satoru tidak mungkin bercanda. Apalagi Satoru tidak pernah memasang raut wajah penuh kekecewaan seperti pagi kemarin.

Sedangkan Utahime mencoba untuk tidak peduli dengan masalah Satoru. Padahal dia juga merasa kasihan.

"Ya. Itu benar." Jawab Satoru dengan mantap.

"Kau, tidak berbohong, kan?" Suara Shoko tercekat. Kemungkinan yang tidak dia percaya, ternyata adalah sesuatu hal yang benar.

"Untuk apa aku berbohong?" Sejenak Satoru menggigit rotinya hingga habis. Lalu minum untuk melegakan kerongkongan. "Aku melihat mereka bercinta dengan mataku sendiri. Megumi dan Nobara juga ada di sana." Lanjutnya dengan sebuah senyuman.

Shoko benar-benar terkejut. Lagi, dengan ragu Shoko bertanya. "Mengapa Itadori mau melakukannya dengan Sukuna?"

Satoru mengedikkan bahu. "Aku tidak tahu. Tapi yang aku tahu, mereka sedang dalam keadaan mabuk saat melakukannya."

Shoko diam sejenak. Tidak habis pikir, Yuuji tega mengkhianati kekasihnya sendiri. Padahal Yuuji adalah anak yang baik dipenglihatan Shoko. Tapi ternyata memang benar, kita tidak boleh menilai seseorang dari luarnya.

"Kenapa?" Satoru menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa kau masih bisa tersenyum seperti itu saat sedang ada masalah?"

Dan Shoko juga tidak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini. Satoru masih sanggup tersenyum seolah tidak ada masalah. Shoko tahu itu hanya senyuman yang dipaksakan.

"Oh." Satoru mengusap bibir bawahnya dengan ibu jari. "Aku tidak boleh terlihat sedih didepan murid-muridku nanti."

"Tapi, Itadori juga salah satu muridmu, kan?"

"Tenang saja." Satoru menurunkan sedikit kaca mata hitam yang dia pakai. Terlihatlah manik biru indah yang Satoru miliki.

"Aku akan tetap mengajarnya. Karena dia adalah muridku dan aku adalah gurunya. Aku harus bersikap profesional. Aku tidak boleh membawa masalah pribadi dalam pekerjaan."

Benar sekali. Shoko juga tahu itu. Kita harus bekerja dengan profesional. Tidak membawa-bawa masalah pribadi dalam pekerjaan karena itu bisa berdampak pada kinerja kita.

Satoru memandang ke luar jendela. Tanpa adanya senyuman. "Diluar pekerjaan, aku tidak ingin dekat-dekat dulu dengan Yuuji."

========

"Shoko?"

Shoko menggeleng-gelengkan kepala. Bisa-bisanya dia melamun saat sedang memeriksa Satoru. Dan apa-apaan ingatan masa lalu yang tiba-tiba muncul itu? Membuat konsentrasi Shoko jadi buyar saja.

"Apa kondisiku memburuk?"

"Tidak. Kondisimu lebih baik dari kemarin."

Satoru tersenyum mendengarnya. Syukurlah kalau keadaan kesehatannya semakin hari semakin membaik. Yah walau Satoru sedikit sulit untuk menggerakkan tubuhnya terutama bagian kaki.

Pandangan kedua orang itu teralihkan saat Megumi membuka pintu. "Megumi." Satoru menyapanya dengan ceria.

Megumi yang melihat Shoko pun bertanya. "Apa sedang ada pemeriksaan? Kalau begitu aku keluar dulu."

"Aku sudah selesai memeriksanya." Jawab Shoko dengan cepat. Shoko berjalan keluar dan ketika melihat Suguru berdiri di sebalik tembok, dengan sorot mata malasnya Shoko tersenyum ramah.

"Aku boleh menjenguknya, kan?" Tanya Suguru.

"Silahkan."

==========

"Megumi, Nobara. Ayo makan di kantin. Aku yang traktir karena kemarin tidak sempat." Satoru menggaruk tengkuknya sambil tersenyum kikuk. Semua pasang mata tertuju kearahnya.

Saat ini Satoru berdiri di luar kelas. Nobara langsung saja keluar kelas. Gadis itu sangat semangat kalau sudah menyangkut soal makanan, apalagi gratis. Sedangkan Megumi menatap Yuuji dan Satoru bergantian.

"Bagaimana dengan Yuuji?"

Heran? Tentu saja Megumi heran. Biasanya Satoru juga akan mengajak Yuuji. Tapi kali ini tidak. Satoru bahkan berjalan duluan bersama Nobara. Tidak mengindahkan pertanyaan Megumi. Apa itu karena kejadian kemarin?

"Yuuji, kau tidak mau ikut?"

"Tidak perlu. Gojou-sensei tidak mengajakku. Sebaiknya Megumi pergi saja. Jangan khawatirkan aku." Ucap Yuuji dengan senyuman diakhir. Megumi rasanya berat hati namun dia tetap menuruti perkataan Yuuji.

Yuuji sangat sadar kenapa Satoru tidak mengajaknya. Dia pasti marah. Karena seharusnya mereka kemarin bersenang-senang. Namun tidak jadi karena ulah Yuuji.

"Itadori-kun?"

"Itadori-kun?!"

"Ah iya?" Yuuji terkejut saat Yuuta menepuk pelan pundaknya.

"Ini pesanannya." Kata Yuuta sambil menyodorkan piring berisi makanan. Yuuji mengambil alih dan kemudian pergi mengantar piring itu. Yuuta hanya menatap punggung Yuuji dari dapur melalui jendela kecil.

"Sudah terlalu biasa melihatnya bekerja dalam keadaan tidak fokus seperti itu." Ucap seseorang yang berdiri dibelakang meja kasir.

Meski terpisahkan dengan jendela dan tembok, Yuuta masih dapat mendengar perkataan orang itu. Sebab dia berbicara didekat jendela tempat Yuuta berdiri memperhatikan Yuuji.

"Kau benar, Inumaki-kun."

***

Kalau ada karakter yang keluar dari sifatnya, itu memang disengaja untuk kebutuhan cerita. Alur ceritanya juga sengaja Nana buat maju mundur. Jadi kalau ada tulisan yang miring, itu sebagian besar adalah alur untuk masa lalu.

MirayukiNana

Rabu, 10 Februari 2021.

SORRY [✓]Where stories live. Discover now