25 : Terganggu?

1.5K 256 58
                                    

Sudah lama Toge memperhatikan ketidakfokusan Yuuji ketika sedang bekerja. Seperti sekarang ini, Yuuji menumpahkan air jus di baju seragam Toge.

Tadinya Toge ingin buang air ke toilet. Dia berpapasan dengan Yuuji di pintu yang menghubungkan ke dapur. Yuuji yang tidak fokus menabrak Toge yang lebih pendek darinya.

"A-ah. Ma-maaf Inumaki-senpai."

Yuuji gelagapan mencari serbet untuk membersihkan bekas jus yang menempel dibaju Toge. Yuuji memanggil Toge dengan sebutan 'senpai' karena Toge dan Yuuta sudah duluan bekerja sebelum Yuuji.

Toge memasang wajah datar. Tidak jadi niatnya terlaksana. "Ikut denganku sebentar. Aku mau bicara denganmu." Toge menarik tangan Yuuji. Sekarang dia berganti niat untuk berbicara empat mata dengan Yuuji.

"Ta-tapi pelanggannya--"

"Okkotsu!" Yuuta menoleh ketika Toge memanggil. Berdehem panjang sebagai sahutan. Tangannya sedang sibuk memasak sesuatu.

"Tolong gantikan tugas Itadori. Aku ada urusan dengannya sebentar." Yuuta membentuk tanda OK menggunakan jari telunjuk dan ibu jarinya.

"Terus yang jaga kasir?" Tanya Yuuji.

"Tenang saja. Ada Yoshino."

Toge membawa Yuuji ke pintu belakang. Menutup pintu itu pelan agar tidak menimbulkan suara. Di dalam Junpei mendatangi Yuuta yang baru saja mematikan kompor.

"Itadori-kun dibawa kemana sama Inumaki-san?"

Ibu jari Yuuta menunjuk pintu belakang yang tertutup. "Inumaki-kun bilang ada urusan. Paling mau membicarakan soal Sasaki-kun."

"Soal Sasaki-kun yang bertanya tentang Gojou-sensei waktu itu?"

"Memang apalagi kalau bukan itu?"

Junpei mengikuti Yuuta yang berjalan didepannya. "Aku ingin membantu Itadori-kun tapi aku tidak mau terlalu ikut campur." Gumam Junpei dengan tangan yang terkepal.

Yuuta menoleh kebelakang. "Ada baiknya memberi Itadori-kun semangat." Dan kemudian Yuuta tersenyum. Junpei mengangguk mengerti. Jika tidak bisa membantu dengan perbuatan, dia masih bisa membantu dengan lisan. Walau kadang lisan pun belum cukup membantu tanpa diiringi perbuatan.

==========

Yuuji menatap Toge yang berdiri disampingnya. Pria berambut perak itu bersandar pada tembok. Kedua tangan dimasukkan dalam saku celana. Satu kaki menghentak-hentak diatas aspal jalan.

"Ada apa Inumaki-senpai?" Tanya Yuuji sedikit merasa takut. Karena wajah Toge terlihat kesal tidak seperti biasanya.

"Apa Sasaki menganggumu?"

Dahi Yuuji berkerut. "Maksudnya?"

"Sejak kematian Gojou-sensei, kau tidak pernah bekerja dengan fokus."

Tiba-tiba Yuuji berkeringat dingin. Jangan sekarang. Yuuji sedang tidak ingin membahas Satoru.

"Kata Okkotsu, kau tidak bisa melupakan Gojou-sensei. Apalagi saat kau melihat Sasaki. Kau jadi terus mengingatnya." Kedua iris mata Toge memandang mata Yuuji. Pandangannya penuh tekanan dan intimidasi yang secara spontan terkeluarkan. Baru kali ini Yuuji mendapatkan pandangan tajam kakak kelasnya saat SMA itu.

"Kau--" Toge menunjuk wajah Yuuji yang sedikit pucat.

"Kau terganggu dengan adanya Sasaki, kan? Sasaki secara tidak langsung adalah penganggumu untuk melupakan Gojou-sensei, kan? Kau merasa bersalah karena telah melahirkannya, kan? Kau terpaksa membesarkan Sasaki, kan? Kau sebenarnya tidak ingin ada Sasaki, kan? Kau memang tidak pernah mengharapkan dia ada, kan?"

Suara Yuuji tercekat di tenggorokan. Dia tidak mampu menjawab semua pertanyaan Toge. Toge tidak menampakkan kepedulian karena pertanyaannya membuat Yuuji menangis.

Toge tahu, tangisan Yuuji itu sebab kesadaran dirinya. Bahwa meski tidak mau menjawab, apa yang Toge tanyakan memang selalu Yuuji pikirkan.

Hal yang menjadi alasan mengapa Yuuji tidak dapat melupakan Satoru, bukan sepenuhnya karena janji. Namun karena adanya Sasaki.

Setiap melihat wajah Sasaki, Yuuji teringat dengan Satoru. Jadi sebenarnya, Yuuji memang terganggu dengan adanya Sasaki atau tidak? Yuuji selalu menanyakan itu pada dirinya. Tapi dia sendiri tidak bisa menjawabnya. Yuuji seperti dipaksa bertahan hidup karena Sasaki.

========

Sasaki sudah berulang kali menghubungi nomor Megumi menggunakan ponsel Uraume, wali kelas Sasaki. Namun nomor itu tetap tidak aktif.

"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi." Sasaki mematikan sambungan. Tanpa sadar meremat ponsel Uraume yang ada di tangan. Nampaknya Megumi membuang kartunya atau mungkin mematahkannya.

Terpaksa rencana terakhir harus Sasaki lakukan. Rencana terakhir Sasaki, mendatangi rumah sakit tempat dia dilahirkan. Sasaki mengetahuinya lewat akta lahir untuk berkas masuk sekolah.

Sasaki meminjam kacamata hitam milik teman sekelasnya. Melapis seragam sekolah dengan hoodie yang pernah Yuuji belikan tapi tidak pernah Sasaki pakai. Tidak lupa topi untuk menutupi rambut putihnya. Tudung hoodie digunakan untuk menutupi topi.

Di luar pekarangan Sekolah, mobil Nobara sudah menunggu di tempat biasa. Sasaki berbaur dengan para anak kelas 6. Setelah lepas dari pandangan Nobara. Sasaki melewati jalan kecil disamping sekolah. Dia memilih untuk tidak menaiki bus dan berjalan kaki sampai rumah sakit.

Waktu yang dibutuhkan 30 menit untuk sampai di halte bus seberang rumah sakit yang Sasaki tuju. Saat hendak menyebrang, seorang wanita menarik pundak Sasaki. Nafas Sasaki tidak beraturan melihat sebuah mobil melintas sedetik setelah dia ditarik.

'Hampir saja.' Batin Sasaki.

"Kau ada masalah hidup apa bocah?" Sasaki menatap wanita yang menarik pundaknya. Wanita dengan panjang rambut cuma sampai dibawah telinga. Wajah wanita tersebut sangat mirip dengan seseorang.

"Lampunya masih merah!" Tunjuk wanita itu pada lampu untuk para pejalan kaki. "Kau mau mati?! Kalau begitu, carilah cara yang lebih baik."

Setelahnya semua mobil berhenti saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Sasaki menyebrangi zebra cross bersama wanita muda tadi. Tujuan wanita muda itu juga sama seperti Sasaki.

***

Bukannya disemangatin malah makin diteken batinnya. Dahlah.

MirayukiNana

Kamis, 8 April 2021.

SORRY [✓]Where stories live. Discover now