22 : Masalah

1.5K 277 50
                                    

"Apa?! Sasaki meneleponmu?!" Megumi memejamkan mata begitu mendengar suara Nobara yang berteriak diseberang telepon.

"Iya. Dia bilang mendapatkan nomorku dari ponselmu."

Nobara mengusap dagu. "Aku tidak pernah memberikan nomormu padanya."

Bila diingat sekilas, Sasaki memang sering meminjam ponsel Nobara untuk bermain game. Itu pun kalau ponsel Yuuji sedang habis baterai. Atau kalau Nobara bertandang sebentar ke rumah Yuuji. Juga ketika Yuuji menitipkan Sasaki di butik milik Nobara.

==========

"Nobara-san." Sasaki yang saat itu berusia 4 tahun menarik-narik ujung baju Nobara.

"Ya?"

"Fushiguro Megumi ini siapa?" Bocah tersebut menunjukkan nomor Megumi dihadapan Nobara selesai dia bermain game. Nobara pun langsung mengambil ponselnya. Yang diberi tatapan bingung oleh Sasaki.

"Temanku dan Yuuji." Jawab Nobara sambil memasukkan ponsel miliknya ke dalam dompet.

"Kok tidak pernah kelihatan?"

"Dia tinggal di luar negri." Sasaki menanggapi dengan gumaman. Awalnya dia tidak sengaja memencet tombol panggilan masuk. Sasaki melihat nama Fushiguro Megumi berada paling atas. Setelahnya nama Noritoshi lalu barulah nama Yuuji.

Sasaki pikir, kenapa panggilan dari Megumi lebih banyak daripada panggilan dari Noritoshi yang merupakan kekasih Nobara? Pasti ada sesuatu. Instingnya mengatakan seperti itu.

Nobara tidak tahu saja, Sasaki menggunakan pena diatas meja kerja Nobara untuk mencatat nomor Megumi di telapak tangannya. Sasaki terus mengepalkan tangan untuk menyembunyikan nomor tersebut dari pandangan Nobara.

Sejak saat itu, Sasaki tidak pernah lagi meminjam ponsel Nobara.

Lengah sebentar dan inilah yang terjadi.

"Astaga!" Nobara menepuk dahinya. Dia tidak kepikiran kalau Sasaki akan menyimpan nomor Megumi ketika Sasaki menanyakannya waktu itu. Selihai itu pikirannya untuk seorang bocah.

Ini karena kelengahan Nobara yang sering meminjamkan ponselnya pada Sasaki. "Maafkan aku Megumi, Sasaki memang pernah melihat nomormu."

Megumi menghela nafas lelah. Tangannya masih sibuk mengetik di laptop dengan ponsel yang diapit diantara bahu dan telinga. Megumi menyesap kopi hitam yang tersedia diatas meja kerjanya.

"Tidak apa. Aku hanya terkejut dia menanyakan Gojou-san. Dari mana dia tahu?"

"I-itu." Nobara agak ragu menjawab pertanyaan Megumi. Terdengar suara ketukan yang dihasilkan dari jari telunjuk Megumi diatas keyboard.

"Yuuji cerita padaku. Sasaki menemukan poto Gojou-sensei di kamarnya Yuuji."

"Bagaimana bisa?"

"Yuuji lupa menyimpan potonya." Nobara menggigit bibir bagian bawah.

Megumi mengerang frustasi. Jadi itu penyebabnya. Kemarin-kemarin Satoru yang menanyakan Yuuji. Sekarang Sasaki yang menanyakan Satoru. Lalu besok apalagi?

"Aku tidak tahu kalau Sasaki berpikir untuk menghubungimu karena ingin tahu tentang ayah kandungnya." Kata Nobara setelah tidak mendengar balasan dari Megumi.

Wajar Sasaki mengira Satoru ayah kandungnya. Perawakan mereka berdua mirip. Karena memang Satoru adalah ayah kandung Sasaki.

Sekarang bagaimana mereka terus menyembunyikan ini dari Sasaki? Tidak. Mereka tidak bisa menyembunyikannya lagi.

Yuuji yang jadi korbannya akibat ulah mereka. Sementara kalau pun Sasaki tahu kebohongan ini, mereka tidak bisa menebak apa yang akan bocah sepertinya lakukan.

Akankah Sasaki percaya pada cerita Yuuji atau tidak? Tidak ada yang tahu.

Megumi menutup laptopnya. Dia memilih untuk mengabaikan laporan dan mengistirahatkan diri. Megumi meletakkan kepala diatas meja bersama dengan ponsel yang baru dibeli.

"Ini masalah Nobara. Saat dia sudah remaja masalah ini akan jadi lebih rumit lagi." Lirih Megumi.

Remaja adalah masa dimana emosi seorang anak masih labil. Hal nekat bisa mempengaruhi pikirannya. Sasaki pasti akan terus mencari tahu kebenaran yang disembunyikan darinya. Yang paling parah, dia bisa saja kabur dari rumah hanya untuk mencari tahu semua itu.

"Kapan kau akan membawa Gojou-sensei kemari, Megumi?" Nobara meremat ponsel di tangannya.

"Entahlah." Megumi menatap layar ponsel yang mati namun masih tersambung dengan Nobara. "Kalian harus membereskan Sasaki dulu."

Ya. Satu-satunya cara adalah, katakan semuanya pada Sasaki. Bagian kebohongan mereka, itu tanggung jawab Megumi.

==========

"Ha? Sukuna-sensei tidak lagi mengajar di sini?" Tanya Sasaki pada gadis kecil yang duduk didepannya.

"Iya. Sensei pindah tugas katanya sejak kemarin." Kata gadis kecil itu mengalungkan tali tas disandaran kursi.

Sasaki berjalan ke meja gadis kecil. Berdiri disebelah meja gadis tersebut. "Tapi kemarin sensei mengajar di kelas 5."

Kedua alis gadis itu menyatu. "Anak kelas 5 kemarin jam kosong setelah istirahat." Ujarnya.

Sasaki jadi bingung. Dia kemarin berpapasan dengan Sukuna di gudang. 'Apa Sukuna-sensei mengupingku?' Sasaki menggeleng kuat. Tidak mungkin gurunya melakukan hal tidak sopan seperti itu. Mungkin saja ada hal lain yang membuat gurunya tersebut berhenti mengajar.

"Kau tahu kenapa Sukuna-sensei pindah?"

Sasaki memandang gadis yang duduk didepannya. "Kenapa bertanya padaku? Aku sama sekali tidak tahu."

Gadis tersebut menopang dagu. Melihat Sasaki yang kembali duduk di kursinya. "Karena kau anak kesayangannya para sensei, terutama Sukuna-sensei. Dia selalu membanggakan kemampuanmu. Bisa saja dia memberitahumu alasannya berhenti mengajar."

"Apa maksudmu? Aku rasa tidak begitu."

"Perasaanmu yang tidak begitu. Tapi kami merasa banyak sensei yang lebih menyayangimu daripada kami."

"Sensei menyayangi kita semua. Bukan aku saja."

"Sudahlah." Gadis itu menghela nafas. "Orang tersayang sepertimu tidak akan pernah tahu apa yang kami rasakan."

***

Nana : Hayoloh Megumi. Makin pusing kan karena ditelepon sama Sasaki.

Megumi : Diem //ditabok

MirayukiNana

Selasa, 30 Maret 2021.

SORRY [✓]Where stories live. Discover now