19 : Sadar (2)

1.6K 281 74
                                    

Yuuji keluar dari kamarnya bersamaan dengan Sasaki yang sudah rapi mengenakan seragam sekolah. Yuuji menampilkan senyuman dibalas dengan senyum kaku dari Sasaki.

"Ohayou, Sasaki."

"O-ohayou, Papa." Sasaki membalas sapaan Yuuji sambil menggaruk tengkuknya.

Sasaki menatap heran. Kenapa Yuuji masih bisa menyapanya seolah kejadian lusa bukanlah apa-apa? Apa dia tidak marah?

Huh? Untuk apa marah pada anak sendiri kalau Yuuji sadar dia juga salah. Jika Yuuji ikutan marah yang ada masalahnya malah tambah runyam. Sudah cukup dia bersikap egois dengan tidak menjawab pertanyaan Sasaki.

"Hoi, Yuuji kau sudah bangun?" Nobara berteriak dari lantai bawah. Yuuji pun segera turun sedangkan Sasaki melihat dari atas. Nampak Yuuji dan Nobara berbincang sebentar kemudian mereka pergi ke dapur. Nobara tidak sadar kalau Sasaki juga sudah bangun.

Yuuji menyiapkan sarapan dibantu oleh Nobara. Mereka memakan sarapan mereka dengan tenang tanpa ada yang bersuara. Suasananya masih canggung tapi tidak secanggung kemarin meski Sasaki datangnya terlambat. Bocah tersebut tidak langsung turun saat mendengar teriakan Nobara.

Seusai sarapan mereka bertiga keluar dari apartemen Yuuji. Pergi menuju basemen tempat mobil Nobara diparkirkan. Dan setelah sampai, Nobara masuk kedalam mobil diikuti Yuuji dan Sasaki. Nobara melajukan mobilnya keluar dari basemen tersebut.

Selama di perjalanan mereka tidak berbincang apapun. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

Sampai di tempat kerja Yuuji, pria itu mengusak rambut Sasaki sebelum keluar dari mobil. "Jangan nakal-nakal di sekolah ya, Sasaki." Pesan Yuuji pada anak semata wayangnya.

Lalu Nobara beralih mengantar Sasaki. Setelah sampai di sekolah Sasaki, Nobara mencekal lengan Sasaki sebelum dia membuka pintu mobil.

"Ada apa Nobara-san?" Tanya Sasaki.

"Cuma mau bilang, jangan terlalu mendesak Papamu Sasaki. Nanti pikirannya jadi terbebani."

Nobara melakukan hal yang sama dengan Yuuji pada rambut Sasaki. Mengusak rambut putih Sasaki kemudian Nobara melepaskan cekalannya.

Sasaki tidak membalas perkataan Nobara. Bocah berambut putih itu berjalan meninggalkan mobil Nobara dan pergi menuju kelasnya.

Selama pelajaran berlangsung Sasaki tidak bisa fokus. Dia terpikirkan apakah rencananya untuk mengetahui Satoru akan berhasil atau tidak. Sasaki berharap teman Yuuji yang bernama Megumi itu mau memberitahunya.

Sasaki tidak sabar menunggu bel istirahat berbunyi. Agar dia bisa cepat-cepat menelepon Megumi.

=========

Setelah Satoru pergi, Sukuna berjalan ke bagian rak tempat kebutuhan mandi. Meletakkan kotak yang dibawanya ke lantai. Membuka plester yang menutup kotak yang sebagian besar isinya adalah sabun mandi dan mulai menaruh ke tempatnya.

"Maafkan Gojou-sensei." Ucap Megumi berdiri dibelakang Sukuna.

Pria tersebut hanya menoleh. "Dare?"

"Maafkan." Ada sedikit jeda Megumi berikan. "Gojou-sensei."

"Bukan itu. Aku tanya namamu."

"Ah, Fushiguro Megumi. Aku sahabatnya Yuuji."

"Ohh."

Kemudian Sukuna melanjutkan pekerjaannya tanpa mempedulikan Megumi yang masih setia berdiri. Sukuna juga tidak mengusir Megumi meski keberadaan pemuda itu sedikit menganggu.

"Maafkan sikap Gojou-sensei yang tidak sopan tadi."

"Orang itu memang tidak punya sopan santun." Sambar Sukuna.

Bukan sekali ini saja Satoru bersikap seperti itu pada Sukuna. Kadang saat jumpa dengan Yuuji dan ada Satoru bersamanya, Satoru pasti akan mengatakan hal yang sama. Sampai orang-orang memperhatikan mereka karena mulut Satoru yang terus menceramahi Sukuna. Dia tidak akan berhenti mengoceh jika tidak dihentikan Yuuji. Dasarnya orang itu suka sekali mencari perhatian orang lain. Pikirnya Sukuna.

Mengamit jari tangan, Megumi melihat Sukuna yang fokus dengan pekerjaannya. "Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

"Apa?" Tanya Sukuna tanpa menoleh sedikit pun.

"Ini sama dengan yang Gojou-sensei katakan." Megumi menarik nafas dalam dan menghembuskannya.

"Jauhi Yuuji. Jangan dekati dia lagi."

"Aku dekat dengan Itadori itu tidak ada hubungannya denganmu." Balas Sukuna acuh. Tangannya sibuk menaruh sabun mandi pada tempatnya.

"Tentu ada! Yuuji itu sahabatku dan kekasihnya Gojou-sensei. Gojou-sensei adalah guruku, juga waliku." Tanpa sengaja Megumi mulai menaikkan frekuensi suaranya. "Kau sadar betul kalau Yuuji sudah memiliki kekasih. Tolong, jangan dekati dia hanya karena kau ingin mengambilnya dari Gojou-sensei!"

Sukuna menggumam. "Jadi dia walimu. Pantas kau sama tidak sopannya seperti dia. Seenaknya memfitnahku."

"Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya ingin--"

Sukuna bangkit dari duduknya. Berbalik kearah Megumi. "Dengar ya!" Kemudian Sukuna meletakkan satu tangannya di rak belakang Megumi. Ekspresi pria itu menampilkan raut tidak suka yang sangat kentara. Terpaksa Megumi mendongak agar bisa beradu tatap dengan Sukuna.

"Kau mungkin memang sahabatnya Itadori. Tapi kau bukan siapa-siapaku. Saudara bukan. Teman juga bukan. Jadi kau tidak berhak melarangku. Karena apa yang aku lakukan tidak ada hubungannya denganmu." Sukuna memberikan tatapan menusuknya.

"Kalau kau mau, larang saja sahabatmu sana." Lalu Sukuna melanjutkan pekerjaannya kembali.

Sementara itu Megumi mematung. Tidak tahu mau berkata apa lagi. Tidak pula beranjak dari sana. Dan dari luar, suara hujan membangunkan Megumi dari keterdiamannya.

Menatap punggung tegap Sukuna yang mengabaikan eksistensinya, Megumi merasa deja vu. Dulu dia pernah menatap punggung itu dari belakang seperti ini.

Ah, bagaimana caranya agar Sukuna sadar kalau ini adalah Megumi? Megumi yang saat kecil pernah Sukuna selamatkan dari maut.

==========

Rasa terganggu yang Sukuna rasakan saat itu karena Megumi yang sok ikut campur dalam urusannya. Padahal Megumi hanya orang luar dan tidak punya hubungan dekat dengan Sukuna. Mengatur dan melarangnya, Sukuna benci jika ada orang yang seperti Megumi tiba-tiba masuk dalam kehidupannya.

Namun niat Megumi bukanlah ikut campur. Dia terus mendatangi Sukuna dengan kalimat perintah yang sama, jauhi Yuuji. Persis seperti Satoru. Itu semata-mata karena Megumi ingin melindungi Sukuna.

Sukuna baru sadar saat Megumi berdiri didepannya sambil menenangkan Satoru yang emosi melihat Yuuji disetubuhi oleh Sukuna. Punggung Megumi terlihat seperti sedang melindunginya. Karena memang itulah niat Megumi.

Sukuna memberikan ponselnya pada bocah berambut putih tersebut. Surai putih bocah itu memang sangat mirip dengan ayah biologisnya. Disandingkan bersama manik biru, serasa melihat ayah bocah itu dalam versi anak kecil.

"Saya bawa keluar sebentar ya sensei?" Sukuna mengangguk dan kemudian bocah tersebut keluar dari ruang guru.

Senyum miring terhias di wajah Sukuna. Bocah itu adalah hasil dari perbuatan Satoru bersama Yuuji. Dia tertawa sinis mengingat, ada orang yang sama bejatnya dengan dia.

Karena bagaimana pun, menyetubuhi seorang anak SMA termasuk dalam perbuatan tercela.

***

Mau nanya dong, kalau misalnya Nana buat fanfic Sukuna dengan Megumi, gimana menurut kalian? Karena Nana lagi ada ide, sayang kan dibuang. Tapi Nana rasa gak bakalan panjang kayak yang ini.

MirayukiNana

Minggu, 21 Maret 2021.

SORRY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang