27 : Kebenaran : Itadori Yuuji (1)

1.8K 297 97
                                    

Mai berjalan ke meja resepsionis rumah sakit. "Hallo Mai-san." Gadis berambut biru menyapa Mai.

"Momo-san ada di ruangannya?" Tanya Mai pada wanita bernama Kasumi Miwa. Miwa itu adik kelasnya Mai saat SMA.

"Ada. Perlu kuantar?" Mai menggeleng sebagai penolakan.

Sasaki menguping pembicaraan si resepsionis dengan wanita yang tadi. Dia mengikuti Mai, namun Miwa mencegahnya masuk.

"Hey. Adek kecil. Dimana orang tuamu?" Miwa keluar dari meja resepsionis. Menghampiri Sasaki yang memandang kedepan. Mai baru saja belok ke lorong di sebelah kiri.

Sasaki menunjuk lorong tempat Mai berbelok. "Wanita tadi-" Kata Sasaki terputus. Miwa mengangguk-angguk. "Dia ibuku." Bohong Sasaki. Bocah itu menggigit bibir dalamnya. Aneh saat mengatakan orang lain adalah ibunya.

"Oh Mai-san. Mai-san ke ruangan Momo-san. Di lorong sebelah kiri. Cari saja papan nama Nishimiya Momo. Cepat susul dia." Miwa yang tidak tahu telah dibohongi tersenyum ramah.

Sasaki menyambut senyuman itu. "Arigatou." Sasaki melihat nama yang terjahit dibaju Miwa. "Miwa-san." Lanjutnya. Lalu Sasaki pergi ke arah yang ditunjukkan oleh Miwa.

"Ya." Miwa melambaikan tangan. Kemudian kembali ke meja kasir.

Saat mengetik sesuatu di komputer Miwa tersadar. Manik kebiruan Miwa memicing. Kepalanya dimiringkan. Miwa menyentuh dagu dan bergumam. "Mai-san sudah punya anak? Kok aku baru tahu?"

==========

Mai meminta Momo untuk mengobati Maki yang terkena demam. Saudara kembar Mai itu terlalu memporsir dirinya untuk mengurus perusahaan keluarga Zenin. Maki sampai bergadang berhari-hari dan melewatkan jam makannya.

Mai sudah menyuruh Maki untuk berobat ke rumah sakit tetapi dia menolak. Inginnya si dokter yang datang ke rumah mereka. Karena kebetulan Mai sedang senggang dan tidak ada jadwal pemotretan, sekalian jalan-jalan juga, Mai mendatangi Momo.

Sasaki duduk di kursi tunggu depan ruangan Momo. Kebetulan ada seorang wanita paruh baya duduk disebelah Sasaki sambil memainkan ponselnya. Sasaki terlihat seperti anak wanita itu.

Sasaki melepas hoodie dan topi yang dipakai. Menyimpan ke dalam tas. Kacamata hitam tetap bertengger di hidung.

Mai keluar dari ruangan Momo. Menatap sekilas pada Sasaki yang tidak asing dengan warna rambutnya. Dipadu kacamata hitam. Mai mengedikkan bahu. Tidak mau terlalu memikirkan yang tidak penting.

Setelah melihat Mai menghilang dibalik tembok, Sasaki menaikkan kacamatanya. Membiarkan kacamata hitam itu berada diatas kepala. Lalu Sasaki masuk ke ruangan Momo.

Momo terkejut dengan kehadiran bocah yang mirip dengan seseorang. "Ada apa, dek? Dimana orang tuamu?" Tanya Momo duduk di kursi.

"Papa sedang kerja."

"Oh?" Momo menaikkan satu alisnya. "Kau ada perlu denganku?" Sasaki mengangguk singkat.

"Kalau begitu, duduklah." Tangan Momo mempersilahkan Sasaki untuk duduk di kursi seberang meja Momo. Sasaki pun duduk di kursi tersebut.

Sasaki melihat nametage yang tersemat dibaju Momo. "Ano. Aku ingin minta bantuannya Momo-san."

"Bantuan apa itu?"

Momo merasa tertarik dengan Sasaki. Jarang sekali ada seorang bocah yang mendatangi rumah sakit sendirian tanpa didampingi orang tuanya. Sasaki termasuk bocah yang berani.

Sasaki mengamit jemari tangannya. "Di akta lahir, aku lahir di sini. Aku ingin tahu siapa ibu yang sudah melahirkanku."

Momo yang paham maksud Sasaki berdiri dari kursinya. Sasaki sedang berusaha mencari tahu kebenaran mengenai ibunya. Mendatangi rumah sakit tempat dia dilahirkan. Menurut Momo ini pilihan yang sangat tepat.

Momo berjalan ke lemari di belakang kursi. Didalamnya ada banyak berkas. Sasaki tidak tahu berkas apa saja itu.

"Siapa namamu? Nama ibumu? Tahun berapa kau lahir?"

Sasaki menjawab nama dan tahun lahirnya. "Tapi aku tidak tahu nama ibuku." Cicitnya.

"Kalau begitu, nama ayahmu?"

"A-ayah?" Sasaki sedikit ragu ketika mengatakan ayah. Dia biasa memanggil Yuuji dengan sebutan 'Papa'. Rasanya agak aneh saat memanggil ayah. Justru Sasaki malah teringat dengan Satoru.

"Papaku namanya Itadori Yuuji."

Momo menampakkan raut terkejut. "Kau anaknya Itadori-kun?

"Ya. Momo-san kenal dengan Papa?"

"Aku tidak terlalu kenal dengannya. Tapi Itadori-kun adik kelasku saat SMA."

Sasaki tidak lagi menjawab. Dia memperhatikan Momo yang membaca setiap label yang tertempel di kaca lemari. Menemukan tahun yang Sasaki sebutkan tadi, Momo membuka lemari itu.

Momo mengeluarkan buku tebal. Menanyakan tanggal lahir pada Sasaki dan Momo berhenti membolak-balikkan kertas. Jari telunjuknya mencari urutan nama anak yang lahir ditanggal yang sama dengan Sasaki. Dan Momo akhirnya menemukan nama Sasaki diurutan ke-5.

Alis Momo mengkerut. "Disini tertulis nama ibumu Itadori Yuuji-kun."

Sasaki kaget. Dia beranjak mendekati Momo. Berdiri disamping wanita berambut pirang itu. Mata Sasaki melihat kata yang ditunjuk Momo. Memang nama Yuuji yang tertulis diatas kertas. Disebelahnya tanggal lahir Sasaki barulah paling awal nama Sasaki.

"A-a-apa maksudnya ini Momo-san?" Tanya Sasaki tergagap menatap Momo.

"Ya itu maksudnya. Berarti Itadori-kun adalah ibumu."

Sasaki termenung sejenak. Manik Sasaki bergetar tidak percaya. Momo mengembalikan berkas tadi ke tempat semula.

"Bukankah aneh jika aku terlahir dari seorang pria?"

Momo menoleh pada Sasaki yang menunduk dalam. Dia memegang pundaknya. Duduk dihadapan Sasaki untuk menyamakan tinggi mereka. Momo tahu Sasaki pasti terkejut dengan kebenaran ini.

"Tidak ada yang aneh. Aku pernah menangani kasus seperti ini."

Sasaki menatap manik keemasan milik dokter dihadapannya. "Kau anak yang istimewa. Tidak banyak anak yang lahir dari seorang pria." Ucap Momo diakhiri sebuah senyuman.

Sasaki tidak senang. Tidak pula sedih. Ataupun merasa kecewa. Apalagi merasa lega sebab sudah mengetahui kebenaran yang disembunyikan.

"Namun tetap saja aneh." Sasaki tidak pernah membayangkan kebenaran yang seperti ini.

***

Uh ya, Nana gak jadi hiatusin ceritanya. Hehe :D

MirayukiNana

Rabu, 14 April 2021.

SORRY [✓]Where stories live. Discover now