41 : Firasat

1.7K 286 130
                                    

"Itadori bisa ikut aku sebentar?"

Sasaki memiringkan kepala. Memandangi heran gadis yang sedang berdua bersamanya. "Kemana? Mau apa?"

"Rooftop. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Gadis itu sama sekali tidak berbalik untuk memandang lawan bicaranya. Dia tetap berdiri membelakangi Sasaki.

"Baiklah. Tapi jangan terlalu lama ya. Teman Papa sudah menungguku." Tidak ada balasan dan mereka menuju tempat yang gadis itu sebutkan.

Hening tanpa adanya percakapan. Sasaki berjalan dibelakang gadis yang merupakan teman sekelasnya. Cahaya langit senja masuk dari sisi koridor kelas yang tidak tertutup apapun. Menemani suara langkah kaki keduanya. Tidak lama mereka pun sampai.

Saat dibuka, pintu besi membentur besi dari pagar pembatas. Sesaat menghasilkan suara berisik yang membuat Sasaki tersentak. Sasaki masih mengikuti gadis yang mendekat ke pagar pembatas rooftop.

Saat gadis itu berhenti, Sasaki pun juga ikut melakukan hal yang sama. "Jadi apa yang--"

"Aku membencimu, Itadori."

Beberapa detik Sasaki terdiam mendengar penuturan si gadis. Mencerna kata yang sudah sangat jelas apa maksudnya.

"Kau membenciku? Karena apa?" Tanya Sasaki. Selama di sekolah Sasaki tidak pernah sekali pun menganggu gadis tersebut. Lalu apa alasannya membenci Sasaki?

"Karena kau selalu diandalkan oleh para sensei." Sasaki sedikit bingung maksud dari jawaban si gadis yang kepalanya tertunduk. "Jika ada apa-apa yang dipanggil adalah kau. Selalu begitu terus setiap hari."

Terdapat jeda selang satu menit gadis itu berbicara. "Aku ini ketua kelas. Tapi kenapa tidak ada sensei yang mengandalkanku?"

Gadis tersebut mengangkat kepala dan menatap tajam Sasaki. Menyiratkan jika dia memang membenci bocah laki-laki didepannya. Tatapan yang tidak pernah Sasaki dapatkan dari darinya.

"Hey, kau juga diandalkan loh. Kau yang bertugas mengawasi teman-teman ketika piket--"

"Saat ada acara di sekolah, sensei lebih mengandalkanmu daripada aku. Mereka selalu mendengar apa pendapatmu ketimbang menanyakan apa pendapatku. Padahal jelas aku ketua kelasnya. Dan aku sangat membenci itu."

Tidak pernah Sasaki berpikir akan ada teman sekelasnya yang membenci dirinya. Hanya saja Sasaki tidak sadar, jika beberapa diantara mereka menaruh perasaan itu padanya.

"Untuk apa sensei menunjukku sebagai ketua kelas kalau ujung-ujungnya kau yang mengambil alih semua peranku? Apa Uraume-sensei sengaja ingin membanggakanmu didepanku? Apa Uraume-sensei sengaja menunjukkan betapa hebatnya kau daripada aku? Jika dari awal begitu, mengapa Uraume-sensei tidak memilihmu menjadi ketua kelas saja? Mengapa malah memilihku?" Ujar gadis itu dengan nada kemarahan.

Pintar dan dapat diandalkan. Gadis tersebut merasa iri dengan Sasaki. Irinya merambat jadi benci.

"Jangan berpikir begitu. Kau dipilih Uraume-sensei karena kau yang lebih cocok untuk memimpin kelas. Aku--" Tatapan Sasaki melembut. Dia berharap dengan tatapannya itu si gadis tidak lagi membencinya.

"Aku tidak seperti dirimu. Aku tidak punya kharisma yang tinggi sepertimu. Aku tidak punya bakat untuk memimpin orang banyak." Jelas Sasaki.

Sasaki tahu kalau dirinya masih belum mampu memimpin teman sekelasnya. Berbeda dengan gadis tersebut. Meski kadang dia terlihat menampilkan tatapan malas, namun jiwa gadis itu adalah jiwa pemimpin.

Gadis itu orangnya disiplin dan tegas. Sedangkan Sasaki, masuk sekolah saja sering sebelum 1 menit bel berbunyi. Adapula dirinya terlambat tetapi tidak pernah memberitahu Yuuji mengenai keterlambatannya itu.

Apakah orang yang kurang disiplin seperti Sasaki pantas dijadikan ketua kelas?

Si gadis menarik tangan Sasaki yang lengah. Membawanya membelakangi pagar pembatas rooftop. Kemudian mendorong kuat tubuh bocah laki-laki yang lebih tinggi darinya itu.

==========

Praang.

Mendengar suara kaca pecah, Yuuta buru-buru berlari ke dapur. "Itadori-kun kau baik-baik saja?" Tanya Yuuta yang melihat Yuuji hanya menatapi pecahan kaca di lantai.

"Aku punya firasat." Kata Yuuji.

"Firasat apa?"

"Entahlah tapi ini buruk." Yuuji beralih menatap manik arang Yuuta yang dibawahnya selalu terdapat kantung mata. "Sepertinya aku harus ke sekolah Sasaki."

Yuuta menahan pundak Yuuji yang hendak berlari. "Sasaki-kun sudah dijemput sama Yoshino-kun. Jadi tunggu saja di sini--" Tidak sempat Yuuta menyelesaikan kalimatnya, Yuuji sudah berlari ke luar dari restoran.

Yuuji menghubungi Junpei dan bertanya apakah Sasaki sudah pulang. "Belum ada tanda-tanda Sasaki-kun keluar. Aku masih menunggunya." Begitu jawaban yang Junpei berikan.

"Itadori-kun!"

Yuuji mengabaikan panggilan Yuuta. "Gomen, Okkotsu-senpai." Firasat Yuuji kali ini benar-benar buruk dan dia harus segera sampai ke sekolah Sasaki.

==========

Sukuna kebetulan melewati rumah sakit tempat Satoru dirawat. Matanya tidak sengaja melihat si pasien sedang duduk santai di taman rumah sakit saat malam hari begini. Sukuna pun menghampiri pria itu.

"Kenapa kau di sini?"

Satoru menatap orang yang berbicara padanya. "Oh kau. Bagaimana pendekatanmu dengan Megumi? Berjalan lancar?" Tanyanya balik. Satoru lupa jikalau idenya untuk mendekatkan Megumi dengan Sukuna telah berhasil.

Sukuna memutar bola mata. Dia tidak perlu menjawab pertanyaan itu. "Sekarang malam hari, harusnya kau ada di runganmu. Bagaimana jika temanmu itu mencarimu?" Ucap Sukuna khawatir. Udara dingin dan Satoru hanya mengenakan baju pasiennya saja.

"Matilah Itadori Sasaki." Itu ucapan si gadis sebelum mendorong Sasaki dari atas rooftop sekolah mereka.

Tiba-tiba Satoru menitikkan air mata. Suara tersebut menggema di telinga seolah dia mendengarnya dari jarak yang sangat dekat.

"Are?" Satu kali Satoru menghapus air matanya, namun yang keluar tanpa izin semakin banyak. "Mengapa aku menangis?"

Sukuna memperhatikan Satoru yang tiba-tiba menangis itu. "Kau menangisi apa?"

"Entah. Aku tidak tahu. Tapi aku punya firasat buruk soal anakku. Aku seperti mendengar suara gadis kecil yang menyuruh anakku untuk mati." Jelas Satoru masih dengan air mata yang terus keluar.

"Itu hanya halusinasimu." Satoru menatap figur Sukuna yang malah ikut duduk di sebelahnya.

"Anakmu pasti baik-baik saja. Kau pikir siapa orang yang menjaga anakmu selama ini? Dia adalah Itadori Yuuji. Itadori tidak mungkin membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada anakmu."

***

Uh, satu konflik lagi ya :)

MirayukiNana

Rabu, 26 Mei 2021

SORRY [✓]Where stories live. Discover now