29 : Kebenaran : Gojou Satoru (3)

1.7K 288 63
                                    

Miwa menghentikan langkah kaki Mai. Wanita itu menoleh pada Miwa yang berdiri dibelakang meja resepsionis. "Ada apa?" Tanyanya.

"Mai-san sudah punya anak, ya? Kapan menikahnya? Kenapa tidak mengundangku?"

Mai terkejut dengan pertanyaan Miwa. Dia memukul meja resepsionis hingga membuat Miwa terlonjak kaget. Beberapa orang di rumah sakit memperhatikan keduanya.

"Aku belum menikah dan aku belum punya anak!" Kata Mai sedikit membentak.

Miwa keheranan. "Tapi tadi, ada anak kecil yang bilang kalau dia anaknya Mai-san."

"Anak kecil?" Miwa mengangguk-angguk.

Wanita kembaran Maki itu bertanya seperti apa ciri-ciri anak kecil yang Miwa katakan. Mendengar jawaban Miwa, Mai melebarkan kedua matanya. Dia tahu anak kecil itu.

Sekali lagi Mai memukul meja. "Bodoh, kau dibohongi. Kemana anak itu sekarang?"

"Ke ruangannya Momo-san." Tunjuk Miwa pada lorong yang Mai tuju 15 menit lalu.

==========

Manik Sasaki memancarkan ketidakpercayaan. "Mungkin datanya ada yang keliru, Momo-san." Ucap Sasaki menatap dokter didepannya.

Momo mengusap lembut surai salju bocah tersebut. "Data rumah sakit tidak pernah ada kekeliruan. Tapi kalau kau masih tidak percaya, aku akan menghubungi dokter yang menangani proses bersalinnya Itadori-kun."

Salah satu tangan Momo meraih ponsel yang ada di atas mejanya. "Aku tadi lihat siapa nama dokter itu. Kebetulan aku punya nomornya." Momo memencet kontak yang tersimpan di ponselnya. Mengetik nama seseorang di kolom pencarian kontak. Setelah itu menekan tombol untuk memanggil.

Wanita muda tersebut berdiri dengan tangan yang tetap mengelus surai Sasaki. Ponsel ditempelkan di telinga. Lalu tiba-tiba Mai membuka pintu. Dia menemukan bocah laki-laki yang sudah membohongi Miwa ada di dalam ruangan bersama Momo.

"Oi, bo--" Kata-kata Mai terhenti.

"Sssst." Momo meletakkan jari telunjuk di depan bibir. Sasaki hanya menoleh sekilas tidak peduli. Mai sempat merinding melihat tatapan dinginnya.

"Halo, Nishimiya." Suara seseorang terdengar setelah panggilan dari Momo terangkat.

"Halo, Nitta-san. Bagaimana kabarmu?" Tanya Momo berbasa-basi.

"Baik-baik saja. Kalau Nishimiya?"

"Aku juga baik-baik saja."

"Apa ada sesuatu?"

"Ya." Nishimiya menekan tombol spiker agar suara diseberang telepon terdengar oleh Sasaki. "7 tahun lalu, apakah Nitta-san pernah membantu persalinan seorang laki-laki?"

Wanita yang Momo panggil Nitta itu memegang dagu. Tentu dia ingat! "Pernah. Itu pengalaman pertamaku melakukan persalinan pada seorang lelaki. Pengalaman yang luar biasa!" Ujarnya.

"Nitta-san ingat nama laki-laki itu? Apa Nitta-san yang menulis datanya diberkas?"

"Memang aku yang menulis datanya. Itadori Yuuji kalau tidak salah. Dia laki-laki yang manis! Dan anaknya sangat tampan! Aku langsung jatuh hati saat melihat anaknya. Dia pasti mirip dengan ayahnya." Jelas Nitta mengingat-ingat rupa Yuuji dan Sasaki. Mana mungkin Nitta lupa pada dua orang itu.

Sasaki dan Momo saling melirik sejenak. "Apa ayah anak itu ada--"

"Tidak ada." Potong Nitta. "Yang menemani Itadori hanya 2 orang. Mereka bilang temannya."

Sasaki mengangguk ketika tanpa suara mulut Momo berkata, "Sudah?" Mai melihat interaksi mereka. Sepertinya Mai datang di waktu yang salah.

"Terimakasih Nitta-san. Cuma itu yang mau aku tanyakan. Semoga harimu menyenangkan."

"Sama-sama. Kau juga Nishimiya." Nitta memutuskan sambungannya.

Tuuut.

Momo meletakkan ponsel ke tempat semula. "Kau dengar? Nitta-san yang menulis data itu. Jadi tidak ada yang keliru." Ujar Momo dengan lembut. Sasaki mengangguk samar. Apa boleh buat? Sasaki harus menerima kebenarannya.

Mai berdehem untuk menarik atensi dua orang di dalam ruangan. Pintu sudah ditutup agar tidak ada yang mendengar percakapan Momo dengan Nitta tadi. Dan Mai berjalan mendekati meja Momo.

"Maaf, aku mendengarkan hal yang bersifat privasi." Kata Mai. Dia mendengar semuanya dengan jelas. Sebagai orang dewasa, Mai paham masalah apa yang dihadapi Sasaki.

"Tidak apa." Gumam satu-satunya bocah di ruangan tersebut. Ya, tidak apa masalahnya diketahui oleh orang tidak dikenal seperti Mai. Di luar sana pasti ada orang yang memiliki masalah yang sama dengan Sasaki. Kebanyakan orang tidak akan ada yang terlalu peduli pada masalah orang yang tidak mereka kenal.

Pandangan Sasaki tertutupi benda hitam. Mai menurunkan kacamata yang bertengger di kepala Sasaki. Menahan kacamata itu saat Sasaki mencoba untuk melepasnya.

"Kalau dibeginikan kau mirip dengan guruku dulu." Ucap Mai.

"Aku juga berpikir begitu, Mai-chan." Sambung Momo. Mereka berdua sama-sama merasa tidak asing melihat perawakan Sasaki.

"A-a-apa namanya Satoru?" Tanya Sasaki takut-takut. Mata Sasaki melirik dua wanita yang sedang bersamanya secara bergantian.

"Ya. Gojou Satoru-sensei. Dia guru yang agak menyebalkan." Mai menjawab sambil bersedekap dada. Urat kesal muncul tipis mengingat gurunya itu.

"Gojou-sensei suka sekali mengadakan ulangan dadakan dan memberi PR yang soalnya beranak pinak." Momo terkekeh.

Mai tidak membenci Satoru. Tapi Mai kesal dengan sikap Satoru yang bertindak sesuka hati sebagai seorang guru. Bahkan sampai sekarang Mai masih kesal kalau teringat dengannya.

"Kata Maki, Itadori kekasihnya Gojou-sensei. Yah, mereka memang terlihat sangat dekat. Tapi Itadori ketahuan tidur dengan orang lain sama Gojou-sensei. Dan hubungan mereka merenggang karena itu. Terus diakhir bulan Desember, ada suatu insiden yang--"

Netra kuning keemasan Mai membola. Refleks Mai menutup mulutnya sendiri sambil menatap Sasaki dan Momo yang memandanginya. 'Astaga. Aku keceplosan.' Batin Mai.

"Kau dengar! Jangan pernah ceritakan rahasia ini pada orang lain! Apalagi kalau kau bertemu bocah laki-laki yang sangat mirip dengan Gojou-sensei. Jangan pernah katakan ini didepannya!"

Mai terbayang peringatan dari Maki. Ah, Mai sudah mengatakan rahasia itu. Bukan masalah kalau Momo yang mendengarkan, tetapi Sasaki. Rahasia itu selalu disembunyikan dari Sasaki. Dan tanpa sadar Mai malah membukanya langsung didepan Sasaki. Kalau tahu begini sebaiknya Mai tidak usah kemari menyusul Sasaki.

Raut wajah Mai menjelaskan semua. Tatapan paniknya tidak bisa berbohong. Sasaki tersenyum. Wanita tersebut tahu apa yang terjadi di masa lalu Yuuji. Sedangkan Momo sudah pasti tidak. Sebab pandangannya terlihat bertanya-tanya.

"Nama anda Mai-san, bukan?" Sasaki berdiri dihadapan Mai. "Anda ada hubungan apa dengan Maki-san?"

"Mai-chan saudara kembarnya Maki." Mai melototi Momo yang menjawab pertanyaan Sasaki. Momo hanya memandang bingung.

"Begitu ya." Sasaki mengenal Maki karena wanita itu pelanggan setia di tempat Yuuji bekerja. Sekaligus sahabatnya Yuuta dan Toge.

"Mai-san tenang saja. Aku pastikan nama Mai-san tidak masuk kedalam masalahku." Ucap Sasaki diakhiri sebuah senyuman. Haruskah Mai merasa tenang sementara dia masih panik? Tetapi Sasaki bukan orang yang mengingkari apa yang dia katakan.

"Dan untuk Momo-san. Terimakasih atas bantuannya."

***

Haha. Mai mulutnya ember :v

Nana keselek ludah sendiri pas lihat rank angst cerita ini masuk urutan 17 dari puluhan ribu cerita. Demi apa kok bisa😭

MirayukiNana

Selasa, 20 April 2021.

SORRY [✓]Where stories live. Discover now