11 : Janji

1.7K 302 52
                                    

Megumi memasuki ruang rawat Satoru. Pria tersebut menoleh pada Megumi. Sedikit cemberut saat mengatakan kalau Megumi terlambat.

Biasanya Megumi akan menjenguk Satoru pada sekitaran jam 7 sampai jam 8 pagi. Tapi ini sudah jam 12 siang. Sebentar lagi Shoko pasti datang membawa semangkuk bubur dan menyuruh Satoru untuk makan siang.

Keterlambatan Megumi sebab pekerjaannya. Ada kasus yang harus diselesaikan terlebih dulu. Jadinya dia baru datang. Kalian tahu, polisi itu sibuk. Dan Megumi di segala kesibukannya masih bisa menyempatkan diri untuk menjenguk Satoru.

"Megumi tahu umurku berapa sekarang?" Satoru melayangkan pertanyaan yang dia pikirkan dari tadi.

Megumi mengangguk. "Umurmu-"

"Diam." Memposisikan tangan didepan bibir, Satoru menatap keatas sebentar. "Biar aku tebak sendiri." Ucapnya. Megumi pun membiarkan Satoru menebaknya.

Tatapan Satoru beralih kesamping. Dimana ada jendela pada sisi kirinya. Menatapi pantulan wajahnya yang berkulit pucat melalui kaca jendela itu. Wajah Satoru sekarang sedikit lebih pucat daripada yang dulu.

"Umurku pasti 25 tahun. Aku benar?" Tebak Satoru dengan semangat.

"Salah." Megumi mendudukkan diri.

"Ha?"

"Umurmu 35 tahun."

"Serius?" Megumi mengangguk beberapa kali.

Duh, padahal Satoru yakin tebakannya benar. "Rupanya umurku sudah kepala tiga." Satoru tidak kepikiran kesana. "Kalau dilihat dari wajahku, aku kira umurku masih 20-an." Sebab itu Satoru merasa yakin.

'Percaya dirinya.' Batin Megumi.

Satoru kepikiran satu hal lagi. "Ne, ne. Apa aku sudah memiliki istri?" Tanyanya penasaran.

"Kau belum mempunyai istri, Gojou-san." Jawab Megumi dengan sangat lancar.

Satoru tidak yakin. Masa iya seorang Gojou Satoru belum memiliki istri? Wajahnya sudah mendukung sekali, loh. Dia seharusnya bisa dengan mudah mendapatkan istri.

"Jangan bohong Megumi."

"Aku tidak bohong." Kata Megumi dengan raut wajah datarnya.

Satoru membuang nafas berat. Dia kecewa mendengar faktanya. "Kupikir aku sudah memiliki istri karena umurku ini. Aku inginnya sih istri yang manis." Satoru mulai membayangkan. Tapi sayang sekali, bayangannya harus buyar dengan kenyataan.

"Apa dulu sebelum aku koma tidak ada yang mau menikah denganku? Apa aku setidak laku itu?"

Megumi mengedikkan bahu. 'Untung saja Gojou-san tidak bertanya soal kekasih. Aku malas kalau harus terus-terusan berbohong padanya.'

==========

"Seandainya aku pergi untuk waktu yang lama. Apa yang akan Yuuji lakukan?"

Yuuji membulatkan matanya. "Satoru akan pergi? Satoru mau pergi kemana?"

Satoru menanggapi reaksi panik Yuuji dengan kekehan. "Aku bilang seandainya. Bukan berarti aku memang mau pergi." Yuuji menghembuskan nafas lega. Yuuji pikir Satoru sungguhan ingin pergi.

'Seandainya Satoru pergi.' Yuuji bergumam dalam hati. "Wakaranai." Pemuda bersurai dua warna itu menunduk.

"Hm?"

"Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan kalau Satoru tidak ada disisiku." Yuuji berkata lirih.

"Apa itu artinya Yuuji tidak bisa hidup tanpaku?"

"Mungkin." Wajah Yuuji bersemu merah. Dan itu membuat Satoru geram.

"Menggemaskan." Satoru mencubit kedua pipi Yuuji. Menariknya berlawanan arah.

"Aduduh. Sakit, Satoru."

Yuuji melepaskan cubitan Satoru di pipinya. Satoru tertawa puas. Kekasihnya ini memang sangat manis.

"Yuuji harus terus melanjutkan hidupmu walau aku tidak di sini bersama Yuuji." Satoru tersenyum sampai kedua matanya menyipit.

"Tapi selama aku pergi, Yuuji harus berjanji padaku." Yuuji memiringkan kepalanya. "Yuuji tidak boleh melupakanku. Janji?"

Satoru mengacungkan jari kelingkingnya. Ini terlihat seperti perjanjian yang sering dilakukan anak kecil.

Yuuji menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Satoru.

"Ya. Aku janji tidak akan pernah melupakan Satoru."

==========

Yuuji mengusap bingkai poto di tangannya. Itu adalah poto Satoru yang pernah diam-diam Yuuji ambil saat Satoru sedang tersenyum.

Ketika memperhatikan poto Satoru, Yuuji teringat dengan janjinya pada Satoru. Janjinya yang tidak akan melupakan Satoru. Janji itu seolah menjadi bumerang bagi Yuuji.

Satoru pergi, dan Yuuji tidak boleh melupakannya. Setelah bertahun-tahun kepergian Satoru dari hidup Yuuji. Yuuji masih terus mengingat Satoru.

Kenangan Yuuji bersama Satoru, baik itu kenangan yang manis maupun kenangan yang pahit. Tidak pernah bisa Yuuji lupakan. Ditambah lagi dengan adanya Sasaki. Setiap hari memandang wajah Sasaki yang sangat mirip dengan Satoru, membuat Yuuji terus teringat dengan kesalahannya.

"Kau memang tidak membiarkanku lupa denganmu, Satoru."

Drrtt. Drrtt.

Ponsel Yuuji berdering. Yuuji menaruh bingkai poto Satoru diatas meja dan mengambil ponselnya. Ternyata nobara yang menelepon.

"Yuuji." Panggil Nobara sesaat setelah Yuuji mengangkat telepon darinya.

"Ada apa Nobara? Apa ada kabar bagus? Kelihatannya kau lagi senang."

Nobara tersenyum diseberang sana. "Hari ini Nori melamarku."

"Ah, souka. Selamat Nobara."

Yuuji senang mendengar kabar tersebut. Sudah dua tahun Nobara menjadi kekasih Noritoshi. Kakak kelas mereka di SMA dulu.

Sudah lama pula Nobara berharap untuk segera dilamar. Dan akhirnya harapan Nobara terkabulkan.

"Terimakasih Yuuji."

"Kapan kalian akan menikah?" Tanya Yuuji sedikit menggoda Nobara.

Nobara tergugup di tempatnya. "Itu sedang kami rencanakan." Yuuji tertawa kecil. "Kalau sudah ditentukan tanggalnya, jangan lupa undang aku." Guraunya.

"Tentu saja. Aku akan mengundang Yuuji. Megumi juga."

'Megumi, ya.'

Yuuji tidak pernah bertukar pesan ataupun menelepon Megumi sejak dia pindah ke luar negri. Begitu pun dengan Megumi. Yuuji tidak tahu saja kalau Shoko yang melarang Megumi untuk tidak menghubungi Yuuji.

Karena merasa bersalah atas kematian Satoru. Yuuji juga jadi merasa bersalah dengan Megumi. 

Satoru sudah seperti pengganti ayah Megumi. Kehilangan Satoru, Megumi merasakan kehilangan ayah untuk yang kedua kalinya. Dan Yuuji tidak bisa untuk tidak merasa bersalah atas semua itu.

"Ah iya, besok aku ingin menginap di apartemenmu. Kau tidak keberatan?"

"Sama sekali tidak." Ujar Yuuji sambil menggeleng pelan.

"Sekali lagi terimakasih Yuuji."

"Sama-sama. Hm, Nobara. Aku harus menyiapkan makan malam. Sasaki pasti sudah lapar."

"Oh, baiklah."

Setelah itu panggilan ditutup.

***

Dua kejadian di tempat berbeda tapi dalam satu waktu yang sama. Jadi di tempat Yuuji udah malam tapi di tempatnya Megumi masih siang.

MirayukiNana

Rabu, 24 Februari 2021.

SORRY [✓]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt