34 : Tidak Diinginkan

1.7K 298 64
                                    

Miris memang.

Yuuji berjuang sendiri sekuat tenaga untuk tetap lanjut sekolah. Namun kondisi Yuuji yang saat itu sedang berbadan dua harus membuatnya putus sekolah.

Yuuji malu? Tentu saja dia malu. Tapi Yuuji tahu keadaannya adalah salahnya sendiri yang tidak mengingat apa kata kakeknya.

Mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur. Mau diubah pun, tidak bisa. Itu sudah menjadi suratan takdir Yuuji. Waktu tidak dapat dimundurkan ke masa lalu.

Yang bisa Yuuji lakukan adalah terus melangkah ke depan. Menjalani hidupnya seperti yang Satoru inginkan.

Yuuji hidup untuk Satoru dan juga Sasaki.

"Itu pasti karena Sasaki." Lirih Sasaki.

Bocah sekecil Sasaki pun juga bisa merasa tertekan. Dikatai anak pungut dan dikatai keluarganya tidak jelas, tentulah Sasaki tertekan. Tanpa Yuuji sadari, Sasaki adalah orang yang lebih sering memendam masalah di sekolahnya sendirian.

Sasaki tidak pernah membicarakan masalahnya pada Yuuji karena dia tahu, tingkahnya saja sudah membuat Yuuji tertekan. Jika ditambah dengan cerita Sasaki, maka Yuuji akan semakin tertekan lagi.

"Sasaki bukan sesuatu yang Papa inginkan."

Junpei memegang pundak Sasaki. "Jangan berkata begitu. Tidak ada orang tua yang tidak menginginkan anak mereka."

Sasaki tahu itu benar. Hanya saja, Sasaki rasa dirinya memang tidak diinginkan Yuuji. Dia orang yang tanpa izin Yuuji hadir dalam kehidupannya.

Jika Yuuji memiliki pasangan hidup, mungkin kehadiran Sasaki memang diinginkan. Namun di sini Yuuji sendirian tanpa Satoru. Yuuji melakukannya dengan Satoru juga tanpa menginginkan Sasaki ada. Mereka kelepasan saat itu.

"Kalau Itadori-kun tidak menginginkanmu, tidak mungkin dia membesarkanmu dengan kasih sayang."

"Papa itu orang baik. Makanya Papa membesarkan apa yang tidak Papa inginkan. Perlakuan Papa pada Sasaki adalah bentuk kebaikan Papa. Kalau Papa bukan orang baik, Papa pasti sudah membuang Sasaki. Karena sesuatu yang tidak diinginkan itu biasanya akan dibuang. Benar kan, Junpei-san?"

Junpei tertegun. Dia tidak habis pikir dengan apa yang Sasaki ucapkan. Apa selama ini Sasaki berpikiran seperti itu?

Pemikiran Sasaki ada dasarnya. Karena memang apa yang tidak kita inginkan ada, selalu kita buang.

Bukankah seperti itu jalan pikiran manusia?

Banyak kasus, anak hasil perbuatan diluar nikah yang dibuang oleh ibunya. Kenapa mereka sampai dibuang? Tentu karena mereka tidak diinginkan.

Dan Sasaki sangat bersyukur. Yuuji bukan orang jahat. Yuuji masih mau membesarkannya. Yuuji khawatir padanya. Yuuji tidak membuang dan menelantarkannya.

"Yuuji, baik-baik saja kan?" Suara Nobara mengalihkan perhatian Sasaki dan Junpei.

Momo memandang Sasaki yang memandanginya. Kemudian wanita itu fokus pada Nobara yang kelihatan sekali khawatir pada sang sahabat.

"Dia baik-baik saja. Namun nampaknya dia banyak pikiran. Jangan sampai menambah pikirannya atau dia bisa pingsan lagi."

"Boleh kami melihatnya?"

"Silahkan. Dia sudah siuman."

Nobara pun menerobos masuk. Momo cuma menggeleng. Junpei dan Sasaki mengikuti Nobara. Sebelum masuk Sasaki sedikit membungkuk pada Momo, bentuk terimakasihnya karena sudah menangani Yuuji. Wanita yang berprofesi sebagai dokter itu mengelus sekilas surai Sasaki. Lalu berlalu dari ruangan Yuuji.

Setelah melihat Sasaki memasuki ruangannya, Yuuji bergetar takut. Seperti sedang melihat hantu. Nobara menyadari perubahan sahabatnya. "Ada apa Yuuji?" Tanya Nobara.

Yuuji menunjuk Sasaki. "Dia pasti akan memaksaku lagi." Kata Yuuji.

Perkataan Yuuji yang selanjutnya sukses membuat Sasaki menangis. "Tolong, bawa dia pergi dari sini."

==========

"Kau khawatir padanya ya."

Yuuta memandang Toge yang masih anteng dibalik meja kasir. "Itadori-kun sudah terlalu tertekan." Ucap Yuuta mengusap kasar wajahnya.

Pasti berat bagi Yuuji menghadapi masalahnya. Tapi Yuuta tidak bisa membantu banyak selain menyemangati dan mendengarkan keluh kesah si surai gulali yang sudah sangat ditekan batin serta pikirannya.

"Dia orang yang kuat. Jadi dia pasti akan baik-baik saja."

Yuuta tersenyum mendengar penuturan Toge. Meski cuek begitu, Toge juga khawatir dengan Yuuji. Tapi Toge percaya jika Yuuji yang kuat itu dapat menghadapi tiap masalahnya.

Yuuta dan Toge menoleh saat suara gemerincing mereka dengar. Kepala Maki menyelip masuk diantara pintu dan engselnya. "Masih bisakah aku memesan satu minuman?" Tanya Maki.

"Tidak bisa. Kami sudah tutup." Jawab Toge. Namun Yuuta mengatakan yang sebaliknya. "Masih bisa kok, Maki-san. Silahkan masuk."

Maki pun masuk. Dia duduk di tempat favoritnya. Meja yang paling dekat dengan meja kasir. Toge mendengus kasar ketika Yuuta mendatangi meja Maki. Mereka itu sudah tutup dan seharusnya tidak melayani pelanggan lagi. Tapi karena Maki sahabat mereka, Yuuta mau-mau saja melayaninya.

"Maki-san pesan apa?" Tanya Yuuta sebagai pelanggan restoran.

"Seperti biasa."

Yuuta pun mengangguk lalu mulai membuatkan pesanan Maki di dapur.

"Kenapa wajahmu ditekuk begitu?"

Lagi-lagi Toge mendengus kasar. "Kau kebiasaan sekali datang disaat kami sudah tutup." Ujarnya sedikit kesal dengan tingkah Maki. Karena bukan sekali Maki melakukannya.

"Tidak apa-apa. Itu malah menambah pendapatan. Menambah gaji kalian juga." Maki terkekeh.

Toge merotasikan manik ungu miliknya. "Tidak ada pengaruhnya. Gaji kami tetap sama saja asal kau tahu."

Yuuta datang membawa pesanan Maki. Aroma capuccino memenuhi indra penciuman wanita keturunan Zen'in tersebut. Rasanya memenangkan.

Ngomong-ngomong Maki lagi sakit. Dan Maki nekat kabur dari rumah karena rindu dengan capuccino buatannya Yuuta. "MAKI KURANG AJAR. KAU KEMANA?!" Tidak tahu saja dia kalau Mai yang baru tiba di rumah mereka kelabakan mencarinya yang tiba-tiba menghilang.

"Toge, kau jangan hanya berdiri di sana seperti patung. Kau juga Yuuta." Kata Maki setelah menyesap minumannya.

"Kalian duduklah di sini. Ayo kita saling bertukar cerita."

***

Peluk Yuuji dan Sasaki.

Sedikit catatan untuk kita. Semua orang punya beban dan masalahnya masing-masing. Yang kelihatan baik-baik saja belum tentu sebenarnya baik.

MirayukiNana

Rabu, 5 Mei 2021.

SORRY [✓]Where stories live. Discover now