38 : Balasan

1.5K 260 67
                                    

Anak didepannya ini hidup sebatang kara. Tidak punya rumah dan orang tuanya entah ada dimana. Sungguh kurang ajar sekali orang yang telah menelantarkan anak kecil itu.

Toji teringat sesuatu. "Kau mau tinggal bersama Satoru tidak?"

"Siapa lagi Satoru itu?"

"Anaknya temanku."

Orang tua Satoru jarang di rumah. Itu sebabnya Toji menawarkan Sukuna untuk tinggal di rumah Satoru. Sekalian menjadi teman Satoru karena bocah itu entah ada masalah apa di sekolahnya, ia tidak memiliki teman baik. Sedangkan Megumi sudah ditemani oleh Tsumiki. Toji tidak perlu khawatir lagi.

"Aku tidak mau merepotkan bocah sepertiku." Tolak Sukuna. Dia berpikir dirinya akan merepotkan jika tinggal dengan seorang bocah juga. Apa yang bisa bocah sepertinya lakukan selain menjadi beban?

Tapi Toji tidak kehabisan akal untuk membuat Sukuna memiliki tempat tinggal yang layak. Setidaknya jauh lebih layak daripada Sukuna harus duduk disamping tong sampah yang bau dan juga kotor. Yang kebersihannya sangat diragukan.

Toji merasa dirinya masih belum sanggup membiayai Sukuna kalau dia membawa Sukuna tinggal dengannya. Karena kadang Toji pun harus membiayai Satoru juga. Satoru selalu segan untuk meminta uang tambahan jika uang yang diberikan orang tuanya telah habis.

Namun jiwa orang tua Toji tidak bisa membiarkan Sukuna hidup luntang lantung sendirian di dunia luar yang keras ini. Harus ada orang dewasa yang mengawasi sekaligus mengurus Sukuna.

"Kalau begitu mau tinggal bersama kenalanku tidak?"

Dari pertemuan itu, Toji membawa Sukuna pada kenalannya yang merupakan seorang kakek tua. Toji memberikan Sukuna pada kakek tua itu untuk menemaninya yang seorang diri di rumah.

Sukuna tinggal di rumah kakek tersebut. Kakek itu ternyata orang kaya. Anaknya tinggal di luar kota dan istri kakek itu telah lama meninggal. Jadi kakek itu tinggal sendirian tanpa ada teman. Sama seperti Sukuna yang tidak berteman dengan siapa pun.

Kakek itu orang yang baik. Sukuna disekolahkannya hingga tamat SMA. Padahal Sukuna hanyalah orang luar yang menumpang hidup dengannya, seperti benalu. Sukuna diperkerjakan untuk memberes-beres rumahnya dan diberi uang gaji. Sukuna juga diberi makan setiap hari.

Hidup Sukuna berjalan dengan sangat baik dari yang sebelumnya. Jika Toji tidak menemukan Sukuna dan memperjumpakannya pada si kakek tua, mungkin Sukuna sudah mati kelaparan di luar sana. Mungkin Sukuna sudah jadi bangkai yang dimakan oleh bakteri.

Kemudian saat Sukuna ingin menunjukkan surat kelulusannya dari SMA, dia menemukan kakek yang mengurusnya selama bertahun-tahun terbujur kaku di tempat tidur. Kakek itu meninggal karena serangan jantung. Dan meninggalnya tanpa ada seorang pun yang menemani.

Selama tiga hari Sukuna berkabung. Dia sudah bisa memaksakan diri untuk beraktivitas seperti biasa. Rumah kakek itu masih ditinggalinya.

Lalu tidak disangka, anak semata wayang kakek itu datang dihari keempat. Dia yang tidak menghadiri pemakaman ayahnya, menuduh Sukuna telah membunuh kakek tersebut. Dan akhirnya Sukuna diusir. Lalu hidup luntang lantung lagi.

Sukuna berusaha mencari pekerjaan, tetapi orang jahat mencuri setengah dari uang sakunya.

Hidup ini terlalu berat untuk Sukuna jalani. Terus dibuang dari kecil membuat Sukuna merasa kalau dirinya adalah kutukan yang seharusnya dibasmi. Yang seharusnya disingkirkan.

SORRY [✓]Where stories live. Discover now