Bagian 14 Part 1

1.2K 192 10
                                    

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.



LOSE ALL CONTROL

Ketika Xiao Zhan merasakan kehadiran orang lain, dia memusatkan perhatian pada kaca yang memantulkan bayangan wajah orang itu. Ekspresi terkejut sangat kentara di wajahnya, dia memalingkan wajah untuk bertemu tatap dengan sosok itu. Mulutnya dengan  kelu memanggil, “G-ge.”

Laki-laki itu masih berdiri di samping meja Xiao Zhan dan menyunggingkan senyum. “Sudah lama sejak terakhir kali kita bertemu, Zhan,” selorohnya. Membawa diri untuk duduk di hadapan Xiao Zhan dengan niat membuat beberapa percakapan ringan layaknya saudara.

Xiao Yuchen, kakak laki-laki Xiao Zhan. Entah mengapa bisa menjadi seseorang yang sangat ingin dihindari olehnya sejak lama. Pada masa lalu, kebencian Xiao Yuchen yang tak mendasar pada ibunya, dia lampiaskan pada sang adik, tanpa sadar membuat jarak yang sangat jauh di antara mereka. Perlakuannya pun tidak mencerminkan sosok kakak yang layak mendapatkan penghormatan dan kasih sayang dari sosok yang memanggilnya kakak. Menganggap jika adiknya itu tidak jauh berbeda dari ibu mereka, seorang pengkhiatan yang menyebabkan kematian ayah mereka. Xiao Yuchen kalap dan dibutakan kabut kebencian yang begitu dalam, belum lagi tanggung jawab yang harus dipikulnya di usia muda.

Namun, ketika laki-laki dewasa itu bertemu dengan seorang gadis pemilik hati lembut dan mampu meruntuhkan segala kegelapan dalam dirinya. Xiao Yuchen perlahan berubah ke arah yang lebih baik dan berusaha menebus segala perlakuan buruknya pada sang adik. Sayangnya dia terlambat. Xiao Zhan sudah terlalu jauh dari jangkauannya. Kebencian adik kecil itu sudah begitu menggunung, meskipun dia masih menampilkan sikap patuh dan terlihat bisa menerima segala keburukannya. Akan tetapi, Xiao Yuchen tahu jika semua itu bukanlah kebenaran dari adiknya.

Dalam ruangan yang diisi oleh banyak orang itu, rasa sepi jauh lebih dominan di hati kakak-beradik tersebut.  Masing bungkam dengan pemikiran yang lalu-lalang di benak masing-masing. Terlihat seperti mengacuhkan keberadaan satu sama lain, padahal salah satu di antara mereka tengah menguntai kalimat yang tepat. Tidak ada yang ingin memulai perbincangan di saat itu, bukan berarti mereka akan terus hanyut dalam situasi yang hening.

Xiao Yuchen memperhatikan wajah adiknya dengan seksama. Dan menyadari jika yang lebih muda memiliki banyak perubahan pada tubuhnya. Wajah itu pun tampak kaku dan begitu serius, tanpa ekspresi yang berarti, membuat hati Xiao Yuchen mencelos. Ke mana perginya adik kecil yang ceria itu?

“Berat badanmu berkurang sangat banyak, Zhan,” ucapnya lembut selaras dengan manik matanya yang masih terpaku pada sang adik.

Di seberangnya, Xiao Zhan tampak sangat dingin dari luar, tapi hati laki-laki itu sedang mengalami reaksi berlebihan. Ada beragam rasa yang bergrilya, mulai dari rasa takut, kesal juga benci, tapi tidak disangkal jika rasa rindu pun masih melekat. Dia merindukan sosok kakak laki-laki yang menyayanginya seperti ketika dia masih duduk di sekolah dasar.  Meski begitu keenganan tampak jelas tersorot di matanya yang tersembunyi kacamata.

The Cold Season ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora