109 dan 110

765 105 5
                                    


BAGIAN 109 The Way You Are

Di sore harinya mereka bertiga memilih restoran hotpot di dekat studio. Berjalan beriringan seperti pagar, tidak ada yang mau mengalah. Xiao Zhan diapit di antara dua laki-laki yang lebih tinggi beberapa centi darinya, itu membuat kesan bahwa ia sedang dalam pengawalan. Jelas saja membuatnya sedikit kesal, tetapi tidak tega menyuruh salah satu mundur.

Pada akhirnya, ia melangkah ke depan. Satu langkah lebih dulu dari dua laki-laki tinggi itu. Ketika salah satu dari mereka hendak menyusul segera ia melayangkan pembelaan, “Jangan melangkah ke sampingku atau aku akan menendangmu.”

Baik Wang Yibo maupun Zhang Yixing sama-sama diliputi kebingungan, saling melempar tatapan bertanya dan menggelengkan kepala di waktu bersamaan. Mereka terlihat seperti saudara yang saling memahami dan memiliki hubungan sangat baik, padahal masing-masing dari mereka waspada terhadap pihak lain. Namun, satu hal yang mereka sadari bahwa tingkah Xiao Zhan barusan sangat lucu.

Di restoran hotpot, posisi duduk mereka sangat tidak menguntungkan bagi Wang Yibo, di mana Xiao Zhan dan Zhang Yixing duduk di seberangnya. Dua orang itu tampak akrab dan berbincang satu sama lain. Membicarakan sesuatu yang tidak diketahui olehnya. Jelas membuat Wang Yibo seperti orang asing yang terkadang melirik ke arah Xiao Zhan, terkadang ke arah Zhang Yixing. 

Keinginan untuk berbaur cukup tinggi, tetapi memang dasarnya ia tidak pandai berbincang-bincang santai. Belum lagi setiap kali ia ikut bersuara hanya Zhang Yixing yang menyahut sementara Xiao Zhan memilih diam. Bukan karena Xiao Zhan sengaja mengasingkannya, tetapi pembahasan mengenai profesi mereka bukan bidangnya.

Untuk menyenangkan Xiao Zhan, Wang Yibo memilih diam dan memberi kesempatan bagi dua orang itu kembali berbicara. Sejauh yang dapat dimengerti, pembicaraan mereka seputar masamasa di negara lain. Seperti diketahui jika Zhang Yixing sudah lebih dulu bertemu Xiao Zhan di luar negeri.

Hal itu bukan hanya kebetulan semata, tetapi Zhang Yixing pada saat itu tengah menjenguk salah satu saudaranya yang dirawat di salah satu rumah sakit. Di sanalah Xuan Lu bekerja sementara Xiao Zhan membuka studio di seberangnya untuk memudahkan mereka pergi dan pulang bersama setiap harinya.

Wang Yibo memperhatikan interaksi mereka dan mendapati bahwa itu tidak terlalu dekat. Mereka berdua mungkin hanya akan mencapai kedekatan di masa lalu, tetapi Wang Yibo tahu jika Xiao Zhan tidak benar-benar menyukai Zhang Yixing. Pada saat itu rasa sukanya terbatas pada keinginan memiliki kakak laki-laki. Dengan kelambatan dalam pendekatan mereka memberi akses lebih besar bagi Wang Yibo.

Dia tahu bahwa ada kemungkinan perasaan Xiao Zhan masih sama seperti dulu, meski rasionya rendah. Yang diperklu dilakukan olehnya hanya berusaha. Langkah pertama Wang Yibo segera diambil, ia dengan sigap memasukkan daging rebus ke dalam mangkuk Xiao Zhan, juga sayuran hijau.

Melihat tindakannya Xiao Zhan mengerutkan kening tidak senang, tetapi di detik berikut ia menelan kembali omelannya melihat Wang Yibo juga mengisi mangkuk Zhang Yixing. Senyum konyol muncul di wajah Wang Yibo ketika tatapan mata mereka bertemu.

“Kalian terlalu serius berbicara dan melupakan makanan.”

Itu adalah alasan paling tidak masuk akal, pikir Xiao Zhan. Tentu ia tahu Wang Yibo tidak sepeduli itu pada makanan, dia hanya mencuri-curi kesempatan.

“Maafkan kami,” Zhang Yixing membalas kata-katanya sembari tertawa kecil. Menyadari bahwa mereka terlalu seru berbicara berdua dan tanpa sadar mengabaikan pihak ketiga.

“Tidak masalah.” Wang Yibo tidak terlalu tertarik dengan permintaan maaf Zhang Yixing sehingga ia memasukkan lagi potongan daging ke dalam mangkuk Xiao Zhan. Ketika dipelototi, ia hanya menampilkan senyum konyol.

The Cold Season ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon