Bagian 49

780 130 22
                                    

Ada catatan panjang di bawah. Mohon dibaca✨

_____________________________________

BAGIAN 49 Street Racing

Setelah beberapa saat berdiam diri dalam selimut tebal dengan pikiran kosong, tetapi mata tidak bisa benar-benar terpejam dan membantunya tidur. Xiao Zhan mulai merasa jenuh, seakan kekosongan di ruangan itu perlahan menembus hati dan membangun rumah lagi.

Memutuskan untuk beranjak, ia menyingkapkan selimut. Meski tidak dibuka keseluruhan tetap membuatnya merasa malu ketika menyadari bahwa ia benar-benar telanjang bulat. Sebenrnya ia sudah menyadari hal ini sejak semalam, karena ditutupi selimut tebal membuatnya tidak merasa begitu malu. Diam-diam, di dalam hati kecil, melayangkan kata-kata kutukan pada pelaku.

Bergegas memasuki kamar mandi, membersihkan diri lebih cermat lagi di bawah pancuran air. Seperti serbuan air hujan musim semi, hanya memiliki perbedaan suhu, tetapi terasa sejuk dan menyegarkan.  Setelah itu, ia memasuki bak mandi, berendam dengan air hangat yang sudah disiapkan sebelumnya. Terasa agak gila ketika mendengar berendam di musim dingin, tetapi Xiao Zhan memang merasa bahwa dirinya mulai gila.

Memikirkan kehidupannya selama liburan ini, helaan napas kasar keluar dari mulut. Ada asap putih yang meluap dari air hangat dengan suhu yang sama hangatnya. Membuat ketenangan menghinggapi untuk sesaat. Memejamkan mata erat, kepala bersandar pada tepian bak mandi.

Di masa lalu, perasaan kosong dan sepi seperti ini sudah menjadi santapan di hari-harinya, terlebih ketika liburan begini. Tidak ada yang akan menemani baik di dalam apartemen maupun di luar, tidak juga ada panggilan telepon yang masuk dan menanyakan beberapa hal sederhana.

Pada saat itu, Xiao Zhan hanya ingin ada orang yang akan bertanya padanya mengenai ‘apakah liburanmu menyenangkan?’. Jika ada dia akan menjawab dengan jujur, tidak peduli siapa yang bertanya, status, atau latar belakangnya. Dia pasti berkata jujur. Sayangnya, sampai detik ini, setiap orang yang berada di dekatnya adalah orang-orang buta dalam memberi perhatian pada sekeliling.

Xiao Zhan tidak terlalu mempedulikan masalah sepele seperti itu, toh, perasaannya sudah mulai tumpul. Bukan berarti dia tidak memilikinya, hanya saja lebih pandai mengola.

Dalam kesendirian kali ini pun, ia tidak memiliki masalah besar, selain sedikit rasa kecewa dan kesal. Hanya sedikit. Karena ia sadar bahkan dengan jumlah sedikit saja, ia tidak memiliki kualifikasi, apalagi dalam jumlah besar. Akan terlalu membodohi diri sendiri.

Selama hari-hari damainya bersama Wang Yibo, ia merasa senang. Perasaan yang jauh lebih hidup seperti sebuah kesempatan baginya untuk menikmati kebahagiaan lagi setelah menghadapi begitu banyak keputusasaan  sampai berpikir bahwa kematian jauh lebih baik daripada kehampaan.

Di titik terendah dalam hidupnya, Wang Yibo muncul. Memberi bantuan secara cuma-cuma dan begitu loyal. Menarik tangannya agar ia bangkit bardiri, kembali ke atas di mana ada kehidupan baru yang menunggu. Laki-laki itu menyokong dari belakang, mengalirkan keberanian untuk menghadapi orang-orang yang dulu menjatuhkannya. Membuai Xiao Zhan dalam imajinasi hidup bahagia.

Namun, ketika dia ditinggalkan sendirian di tempat yang sama setelah bertahun-tahun, sekali lagi ia merasa berada di ambang kematian. Panca inderanya seperti jauh lebih tajam dari hari-hari biasa. Sadar bahwa kebahagaiaan beberapa bulan terakhir yang dialami bukan kehidupan sungguhan, bukan pula imajinasi, melainkan bayangan yang terefleksi karean keinginan terbesarnya. Keinginan untuk menjalani hidup dengan baik.

Jika keadaan ini terus berlanjut, Wang Yibo tidak pergi begitu saja di pagi hari, dan meninggalkannya sendirian di apartemen kecil ini, mungkin bayangan itu akan terus-menerus dalam otaknya. Dikhawatikan mampu memengaruhi pola pikir dan cara bertindak. Ia mungkin semakin gila pada keinginan untuk memiliki laki-laki itu sepenuhnya.

The Cold Season ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt