Bagian 44

830 145 75
                                    





BAGIAN 44 Half Madness

Pada dasarnya, daftar yang diurutkan Zhao Lusi untuk mengejar seseorang bukanlah sesuatu yang istimewa. Hanya berisi hal-hal biasa di kehidupan sehari-hari. Jika diperhatikan, itu sudah dilakukan tanpa sadar. Namun, karena Xiao Zhan sedang dalam keadaan mentok, apa yang diberi tahu Zhao Lusi terasa sangat luar biasa dan sulit untuk dilakukan.

Zhao Lusi berkata agar ia lebih sering lagi berkomunikasi secara langsung dengan Wang Yibo. Faktanya, mereka sering melakukan hal itu, meski tidak sebanyak ketika berbincang-bincang dengan seorang teman. Toh, baik Xiao Zhan dan Wang yibo bukan sosok yang suka berbicara.

Xiao zhan tidak pandai mencari topik, sementara Wang Yibo tidak suka berbasa-basi. Tampaknya poin ini memiliki tingkat kesulitan tinggi.

Hal kedua yang dikatakan Zhao Lusi adalah jadi diri sendiri, jangan terlalu menunjukkan perasaan, dan tidak berlebihan dalam bertindak. Xiao Zhan memikirkannya dan menggolongkan hal ini dalam tingkat kesulitan tinggi juga. Pasalnya, ia akan tiba-tiba kehilangan diri sendiri jika berhubungan dengan Wang Yibo. Seperti contoh, sangat mudah baginya untuk tersenyum tulu jika bersama laki-laki itu, sedangkan pada orang lain kebanyakan hanya senyum formal.

Ada beberapa hal lagi, tetapi ia merasa semua memiliki tingkat kesulitan tinggi. Sangat sulit menentukan keputusan ketika dalam suasana merah muda.

Pada akhirnya Xiao Zhan tidak ingin melakukan apa-apa. Bukan berarti menyerah, hanya saja lebih baik bertindak sesuai kondisi. Tidak tergesa-gesa dan tidak terlalu santai. Lagi pula ia memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama Wang Yibo.

Zhao Lusi tidak bisa mengatakan apa-apa. Menghela napas pasrah dan menggelengkan kepala. “Tidak masalah. Lebih penting kamu memilah perasaan dengan benar sebelum bertindak. Jangan terlalu melankolis, gunakan otak juga.”

Xiao Zhan mendengus. Perkataan gadis itu memang sering mengundang rasa kesal. Kata yang digunakan selalu sarkas jika berhubungan dengan perasaan. Kadang Xiao Zhan berpikir tentang betapa kesepiannya dia. Padahal, tanpa seorang kekasih pun Zhao Lusi mampu merasakan perasaan berbunga-bunga. Tentu saja berkat bantuan para kekasih imajinasinya.

Pada saat ini mereka sedang berjalan ke luar apartemen. Zhao Lusi harus kembali ke rumah sakit dan menjaga ibunya. Xiao Zhan menawarkan diri untuk menemani, besok masih hari libur, tetapi Zhao Lusi menolak mentah-mentah. Dia hanya meminta di antarakan ke restoran cepat saji, tempat mereka bertemu, untuk mengambil mobil dan pergi ke rumah sakit dari sana.

Zhao Lusi tidak ingin merepotkan Xiao Zhan, merasa enggan untuk melibatkan laki-laki dalam urusan yang lebih pribadi.  Meski dia memaksakan kehendak memasuki kehidupan pribadi pihak lain.

Mereka tiba di seberang restoran cepat saji, mobil berhenti di pinggiran jalan, dan Zhao lusi turun. Sebelum benar-benar berpisah, Zhao Lusi mengucapkan terima kasih atas tumpangan beristirahat di tempat Xiao Zhan dan pakaian yang dipinjamkan.

“Kamu yakin tidak perlu ditemani?” tanya Xiao Zhan untuk ke sekian kali.

Zhao Lusi mengangguk. Enggan bersuara.

“Kalau begitu ingat untuk menghubungiku jika ada sesuatu yang buruk, oke?”

“Ya. Kamu juga, jangan enggan bercerita tentang laki-laki itu.”

Jika didengar dengan cermat, nada bicara Zhao Lusi sedikit kurang enak ketika mengatakan kata ‘laki-laki itu’. Sejujurnya saja, ia masih tidak rela jika Xiao Zhan menyukai laki-laki yang sudah memiliki kekasih, tetapi mengikat orang lain di tempat berbeda. Namun, apa yang bisa diperbuat Zhao Lusi jika sudah seperti ini.

The Cold Season ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang