Bagian 30

1K 163 13
                                    



BAGIAN 30 Affirmation

Setelah tiga jam setengah berada dalam pesawat dan setengah jam lebih berada dalam mobil, mereka tiba di apartemen. Barang bawaan masih tergeletak di ruang tamu sementara Xiao Zhan dan wang Yibo bergegas memasuki kamar masing-masing. Perjalanan itu meninggalkan rasa lelah, terlebih karena  kunjungan ke museum sebelumnya.

Xiao Zhan membaringkan tubuh di atas tempat tidur sesaat setelah dia membersihkan diri. Ruangan itu redup, hanya menyisakan cahaya keemasan lampu tidur yang remang-remang, agak dingin, dan tenang. Dia memejamkan mata dengan salah satu tangan berada di kening, posisinya telentang, dan terlihat pasrah.

Tubuhnya memang merasakan lelah, dari ujung kepala hingga kaki, tak ada bagian yang tak luput. Namun, hati jelas merasakan hal berbeda. Itu terasa hangat, menyenangkan dan membuat candu. Memikirkannya membuat susah tidur, kebahagiaan itu mengguncang psikologisnya seakan mencegah kelopak mata terpejam seutuhnya.

Hari-hari yang dilewati selama perjalanan bisnis jelas bukan hal sederhana, tetapi belum sampai pada sesuatu yang rumit. Xiao Zhan masih menggunakan akal sehat untuk memilah perasaan yang perlu dikembangkan dan apa yang sebaiknya dihindari.

Jelas jika dia harus menjauhi segala sesuatu yang kemungkinan akan memberi pengaruh besar dalam hidupnya, seperti perasaan senang berlebihan. Ketika seseorang merasa senang bersama orang lain akan ada masa di mana dia merasa nyaman. Perlahan rasa nyaman itu menimbulkan afeksi hingga berakhir pada kecanduan dan jatuh cinta.

Xiao Zhan tidak takut akan kemungkinan itu, tetapi tidak siap untuk menghadapi kenyataan ketika itu terjadi. Bagaimanapun, kontrak mereka sudah sangat jelas, perasaan bukanlah hal utama. Belum lagi Wang Yibo memiliki kekasih dan Xiao Zhan sendiri belum benar-benar yakin tentang hatinya.

Dia akan memperjelas perasaan di antara mereka berdua. Apakah itu akan berujung pada hal bodoh yang disebut cinta atau hanya keisengan semata, hanya sebatas coba-coba, atau sekadar mencari peralihan. Baik itu Wang Yibo yang merasa bosan terhadap kekasihnya sehingga mencari kesenangan lain atau Xiao Zhan yang tidak ingin terlibat dengan beberapa orang di sekitarnya dan bersembunyi di belakang punggung orang lain.

Akan tetapi, jika ada saatnya nanti Xiao Zhan benar-benar jatuh cinta pada laki-laki itu, dia tidak yakin akan tetap masuk akal. Mungkin dia akan belajar bagaimana caranya mempertahankan seseorang.

Pada akhirnya dia jatuh tertidur setelah semakin lelah oleh pemikiran itu. Sepanjang tidurnya, dia tidak mengalami mimpi buruk maupun sebaliknya. Dia hanya merasa tenang dan nyaman seperti sedang berada di tempat terbaik tanpa emosi negatif. Sesuatu yang langka terjadi di hidupnya setelah sekian tahun. Ini seperti yang selalu diharapkan kepada Tuhan ketika ia merasa putusasa di malam hari, sesuatu yang diminta dalam ketidakberdayaannya.

Xiao Zhan tidur sangat nyenyak sampai matahari telah lama bersinar terang, seseorang beberapakali bolak-balik dari kamarnya, tetapi ia tak kunjung membuka mata. Tak terusik sedikit pun dan tak memiliki niat tinggi untuk segera membuka mata.

Beberapa sat kemudian dia bangun karena rasa lapar, perutnya bergemuruh rendah. Mengusap mata dengan kasar, mengumpulkan kesadaran, dan meregangkan tubuh, tetapi tidak beranjak dari baringan. Dia melirik kesamping hanya untuk menemukan bahwa jarum jam telah bertengger di angka sepuluh.

Melonjak kaget, Xiao Zhan ingat jika hari ini adalah hari Sabtu, masih ada jadwal pekerjaan di kantor. Dia bergegas bangun dan bersiap-siap, mengenakan pakaiana kerja, lalu keluar kamar.

Bibi Yang tengah memasak makan siang ketika Xiao Zhan berlarian menuju ruang makan. Wanita paruh baya itu memiliki hati yang lembut dan ramah, segera saja ia mengabaikan masakannnya barang sejenak, memberi atensi penuh pada Xiao Zhan, dan menyapa terlebih dulu.

“Selamat pagi, Tuan Xiao.” Senyumnya terlihat tulus ditembah kepala yang sedkit menunduk.

Xiao Zhan agak terkejut, tetapi segera menyadari keberadaannya. Mendongakkan kepala dan bertemu tatap dengan Bibi Yang lalu menjawab tak kalah tulus, “Selamat pagi, Bibi Yang.”

Dia selalu menyukai temperamen Bibi Yang, terkadang menganggap jika wanita itu memiliki status lebih dari pekerja, mengingat betapa besar kepercayaan Wang Yibo padanya. Ketika Xiao Zhan mulai duduk dan mengambil dua helai roti untuk dimakan, dia kembali bertanya, “Bibi, jam berapa Tuan Wang berangkat ke kantor?”

Ruang makan dan dapur tidak memiliki penghalang sehingga Bibi Yang yang telah kembali melakukan pekerjaannya dapat mendengar dengan jelas, ia tampak berpikir sebelum memberikan tanggapan dengan bersungguh-sungguh. “Sepertinya Tuan Wang tidak berangkat ke kantor, dia ada di ruang kerjanya kira-kira sejak pukul delapan tadi.”

Mendengar itu membuat Xiao Zhan agak canggung dan merasa bodoh. Dia tidak memikirkan kemungkinan ini. Jika Wang Yibo pergi ke kantor, sudah pasti akan membangunkannya, entah itu secara langsung atau menggunakan panggilan telepon. Omong-omong, dia belum memeriksa ponselnya sejak terakhir kali mengunggah foto di Moment.

Dia menanggapi penjelasan Bibi Yang dengan anggukan, lalu terburu-buru menghabiskan rotinya. Setelah itu berlari menuju ruang kerja Wang Yibo. Perasaan ragu menyelimuti hatinya, dia manatap sebentar pada pintu yang tertutup rapat, menghela napas panjang sebelum mulai mengetuk. Tangannya melayang di udara ketika pintu terbuka dari dalam.

Wajah tampan Wang Yibo menyembul dari balik pintu dan tertegun menyaksikan kepalan tangan di depannya, tetapi tidak mengubah banyak ekspresi.

Melihat itu, Xiao Zhan menyunggingkan senyum aneh yang sangat kaku. Segera menarik kembali tangannya dan meletakkan di belakang punggung. “Pagi, Ge,” ucapnya menutupi rasa bersalah.

Wang Yibo mengangguk.

“Maaf, aku sangat terlambat.” Kali ini ia menundukkan kepala, tidak berani melihat wajah di depannya.

Sementara Wang Yibo tidak banyak berbasa-basi atau melayangkan kemarahan. Dia mengerti kelelahan yang dialami Xiao Zhan karena dia juga merasakannya. Sejak pagi, dia sudah beberapa kali mengunjungi kamar laki-laki itu untuk menanyakan barang bawaan mereka sebelum Bibi Yang datang dan membongkar koper. Namun, sosok yang terbaring di atas tempat tidur tidak memberi tanggapan bahkan setelah dipanggil beberapa kali. Pada akhirnya Wang Yibo menyerah dan membiarkan dia tidur lebih lama.

“Masuklah, kamu punya banyak pekerjaan.” Usai mengatakannya, Wang Yibo bergegas pergi sesuai rencana awal.

Xiao Zhan agak terpana sebelum mengangguk kecil dan mundur beberapa langkah agar tidak menghalangi jalan Wang Yibo. Meskipun dingin dan salalu menampilkan ekspresi acuh tak acuh, tetapi dia menilai jika Wang Yibo hanya kurang suka menunjukkan emosi di wajahnya. Terlebih setelah insiden di hotel, Xiao Zhan semakin yakin terhadap penilaian itu.

Xiao Zhan segera masuk ke dalam ruangan dan menuju meja yang dipenuhi dokumen. Berpikir bahwa ada seseorang dari kantor yang datang ke sini untuk mengirim tumpukan map tersebut. Dengan teliti, dia memeriksanya satu per satu dan mulai tenggelam dalam pekerjaan, tak menyadari kemunculan pihak lain.

Wang Yibo memasuki ruang kerja, duduk di kursinya sedangkan Xiao Zhan duduk di sofa dengan kepala tertunduk melihat laptopnya, menyusun laporan. Laki-laki itu tidak mengenakan kacamata, membuat tampilannya jauh lebih menyenangkan. Wang Yibo menyukai perubahan ini walau dia juga tidak membenci yang sebelumnya. Namun, perubahan yang baik tidak bisa ditolak.


.....


Jendela kaca di ruangan itu sangat besar, hampir keseluruhan dinding yang menghadap ke luar. Cahaya matahari pagi menyorot bagian dalam dan biru langit terlihat jernih. Pemandangan itu diperindah oleh siluet samping Xiao Zhan yang duduk di sofa dengan serius melakukan pekerjaannya.

Jika dilihat lebih teliti, dia memiliki wajah yang hangat dan seharusnya ceria. Namun, pada kenyataannya, laki-laki itu selalu tampak agak suram, pemurung, dan sangat tertutup di hadapan banyak orang. Hanya beberapa orang beruntung yang mampu melihat sisi menyenangkan itu. Wang Yibo mungkin menjadi salah satunya.

Melihat ke arah Xiao Zhan dalam waktu yang lama dan menganalisa orang itu, membuat Wang Yibo menyadari alasan sahabatnya, Zhang Yixing, begitu menyukai orang ini. Selain temperamen asli yang lembut dan menyenangkan, ada juga gaya magnetik dari matanya yang cemerlang dan jernih, senyum tulus yang jarang muncul di bibir kecil itu juga memiliki peran penting. Secara keseluruhan, Xiao Zhan sangat menarik.

Namun, ada satu hal yang tampaknya tidak disadari banyak orang, bahwa laki-laki itu cukup liar di tempat lain. Mungkin Wang Yibo adalah orang pertama yang mengetahuinya. Dia cukup senang akan fakta itu, tetapi mengingat cerita Xiao Zhan mengenai kakak laki-lakinya, Wang Yibo tidak bisa menyembunyika senyum masam di bibir.

Pemikiran itu tanpa sadar membuatnya ingin melihat secara langsung bagaimana sosok bajingan itu dan mungkin memberi sedikit pelajaran penting.

Dering ponsel di atas meja tiba-tiba terdengar di antara keheningan, mengejutkan Wang Yibo yang tanpa sadar telah melamun. Dia melirik ponselnya dan meraih benda itu, tak ada panggilan masuk ataupun pesan diterima, tetapi suara dering telepon masih terdengar.

Suara ponsel berasal dari meja samping, tepatnya milik Xiao Zhan. Laki-laki itu mengambil ponselnya di bawah tatapan Wang Yibo.

“Siapa?” Wang Yibo bertanya dengan kerutan halus di kening. Meskipun tidak terlalu peduli dengan urusan pribadi orang lain, tetapi tetap merasa penasaran. Pasalnya si penelepon itu tidak melihat waktu ketika memanggil. Pukul sebelas siang di hari sabtu masih digolongkan  dalam  jam kerja produktif.

“Ini,” Xiao Zhan memalingkan wajah ke arah datangnya suara yang mengajukan pertanyaan, “Wang Darren.”

Tatapan mata tajam semakin tajam, manik gelap Wang Yibo terasa dingin dan agak berbahaya. Tidak jelas apa alasan kekesalan itu muncul, namun cukup menankutkan sehingga membuat Xiao Zhan segera menggulir bola mata. Apa pun dapat dilihatnya asalkan bukan bola mata Wang Yibo.

Selain tatapan yang semakin intens, bibir juga menyunggingkan senyum sinis yang sarat akan ejekan. Dan berkata dengan hinaan kentara, “Tampaknya tuan muda itu sangat menanganggur. Perusahaan yang ditangani kehilangan banyak kontrak.”

Xiao Zhan mendapatkan kembali akal sehatnya dan memiliki satu kesimpulan dalam benak. Wang Yibo mementingkan tentang pekerjaan, jika dia mengangkat panggilan dari Wang Darren sama artinya dengan membuang waktu dan menyia-nyiakan pekerjaan.  Xiao Zhan mengatur volume ponselnya hingga nol dan meletakkan benda itu di tempat semula, atas meja. Kembali bekerja adalah keputusan terbaik, terbukti oleh melembutnya aura tidak menyenangkan dari Wang Yibo.

Panggilan masuk masih terjadi sampai beberapa kali dan tidak ada satu pun yang mendapatkan perhatian pemilik ponsel.

Mereka terus bekerja sampai pada pukul satu siang, keluar ruang kerja, dan memasuki ruang makan. Pada saat itu, Bibi Yang sudah kembali ke rumahnya karena semua pekerjaannya telah selesai.

Waktu luang itu digunakan Xiao Zhan untuk memeriksa ponselnya, memperhatikan setiap panggilan telepon dan pesan yang dikirim Wang Darren. Laki-laki itu hanya bagaimana keadaannya setelah kembali dari perjalanan bisnis. Hal itu tanpa sadar membuat Xiao Zhan mendesah sebal.

Bagaimana bisa ada orang yang begitu lengket seperti Wang Darren?

Karena alasan itu pulalah Xiao Zhan merasa tidak nyaman ketika laki-laki itu mengatakan akan mengejarnya. Wang Darren agak berlebihan dalam menunjukkan ketulusannya sama seperti ketika mereka masih akrab di universitas.

Dalam kesibukannya memperhatikan pesan yang dikirim Wang Darren, Xiao Zhan melihat satu nomor asing yang tak memiliki nama di ponselnya. Jarinya merasa gatal untuk menekan pesan itu dan membacanya.

[Halo, manis. Kuharap kamu mengingatku, tapi kalaupun lupa itu tidak bermasalah. Aku akan mengingatkanmu secara langsung nanti. Tunggu kedatanganku.]

Kening Xiao Zhan mengerut dalam-dalam hingga alisnya menukik tajam. Tatapan mata yang dipenuhi kebingungan tak lepas dari kata demi kata yang tertulis dalam pesan itu. Jemarinya kemudian menari di atas keyboard dan memberikan balas.

[Maaf, sepertinya Anda mengirim ke nomor yang salah.]

Setelah mengirim kalimat tersebut, dia meletakkan ponselnya di samping atas meja makan dengan agak kesal. Suasana hati Xiao Zhan sedang buruk karena puluhan panggilan masuk dari Wang Darren. Pada saat ini Wang Yibo yang duduk berhadapan dengannya memperhatikan setiap  perubahan itu dan terbatuk kecil, menyadarkan pihak lain akan keberadaannya.

Setelah mendapat kode yang sangat jelas dari laki-laki di depannya, Xiao Zhan benar-benar mengabaikan ponselnya dan memilih makan dengan cepat.

Sisa hari itu dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan yang secara kebetulan tidak sulit dilakukan. Pekerjaan di hari sabtu biasanya merupakan sisa-sisa di hari sebelumya, beberapa peninjauan, dan perbaikan, tak jarang juga ada pertemuan mendadak. Secara keseluruhan dapat dikatakan jika pekerjaan di hari sabtu cukup ringan, tetapi memakan banyak waktu dan ketelitian. Sedikit kesalahan akan berakibat pada pekerjaan di hari senin.

Ketika Xiao Zhan selesai memeriksa dokumen dan membuat laporan, mengumpulkan bahan, dan mengirimnya pada Wang Yibo. Membantu laki-laki itu menyelesaikan pekerjaannya hingga selesai dan langit cerah di balik jendela perlahan berubah gelap.

Saat itu jarum jam sudah berada di angka tujuh lebih, Wang Yibo merasakan panggilan memalui perutnya yang bergemuruh ringan. Meski suara gemuruh itu sangat pelan, ringan, dan halus, tetapi tetap terdengar oleh telinga Xiao Zhan di tempat yang sunyi.

Ekor mata Xiao Zhan sangat jernih, dia sudah tidak menggunakan kacamatanya lagi, hanya sesekali ketika ingin dan dijadikan sebagai aksesoris bukan alat wajib. Manik mata itu juga menunjukkan senyum geli dan maklum. Tanpa sadar sudut bibirnya juga ikut bergerak menampilkan senyum provokatif, miring dan tipis, “Ge, kamu sudah merasa lapar lagi?”

Ada ejekan yang ringan, tidak serius, terdengar seperti godaan pada teman dan itu tidak terlalu menjengkelkan di telinga Wang Yibo. Xiao Zhan yang seperti ini tidak buruk, justru terasa kian menarik, menimbulkan perasaan ingin menaklukkan dan membuatnya bertekuk lutut sembari memohon pengampunan.

Sudut bibir Wang Yibo ikut bergerak dan menampilkan senyum miring yang tipis dan halus. Bibirnya bergetar dengan suara tak kalah jenakan, “Ya, sepertinya dua bagian merasa lapar.”

Dikatakan jika manusia terdiri dari tiga bagian, tubuh atau raga, jiwa, dan roh. Saat ini Wang Yibo tengah mengatakan tentang raga dan jiwanya membutuhkan makanan karena terlalu kelaparan.

Xiao Zhan dengan cepat menyadari kesalahannya dan mencari topik lain. “Aku akan menyiapkan makan malam,” dia berbalik dan berjalan ke arah pintu setelah mengatakannya. Tidak ingin terjebak dalam situasi yang kian buruk.


.....


Kondisi dapur sangat kosong, rapi, dan bersih, sama seperti lemari pendingin yang tidak terisi apa pun selain beberapa kaleng bir. Tidak ada satu hal pun yang dapat dimakan secara langsung ataupun diolah terlebih dahulu selain beras. Ada juga beberapa jenis bumbu seperti garam, lada bubuk, dan lainnya. Serta aneka rempah-rempah, tetapi bahan pokok untuk dibuat makanan tidak tersedia.

Tampaknya Bibi Yang lupa mengisi pendingin es dengan barang belanja bulanan atau memang belum waktunya. Xiao Zhan tidak mengerti dan tidak terlalu tertarik, tetapi merasa bingung untuk beberapa saat dan memutar otak, mencari pemecahan masalah. Hanya saja apa yang ada dalam pikirannya cukup bertentangan.

Jika dia membeli makanan jadi di luar, takutnya Wang Yibo kurang senang dan tetap akan memakan waktu lama untuk pergi dan pulang. Atau jika dia pergi keluar untuk membeli beberapa jenis makanan mentah, waktu yang dibutuhkan akan sangat lama ditambah lagi untuk waktu memasak.

“Ada apa?” Suara magnetik Wang Yibo mengajukan pertanyaan sambil berjalan ke dapur. Ketika memperhatikan punggung Xiao Zhan yang tampak kaku, dia menyadari bahwa ada yang salah.

Xiao Zhan membalikkan badan, melihat pada sosok yang berjalan mendekat. Bibirnya terbuka dan berkata, “Tidak ada yang bisa dimakan. Kulkas kosong dan makanan din meja makan sudah habis siang tadi.”

Wang Yibo memperhatikan ucapan Xiao Zhan, berpikir sejenak, dan mengambil keputusan terbaik. Langkahnya segera berbelok menuju pintu dan berseru, “Ayo!”

Di tempatnya berdiri, Xiao Zhan bergeming, masih tidak mengerti situasi dan maksud ajakan pihak lain sampai penjelasan selanjutnya.

“Kita makan di luar sekalian membeli beberapa bahan untuk besok. Itu akan menghemat waktu dan mempercepat penyelesaian masalah perut.”

Ide ini jelas lebih efektif daripada dua ide Xiao Zhan sebelumnya. Dia mengangguk dan mengikuti langkah Wang Yibo, keluar dari apartemen, menjauhi gedung itu dengan mobil dan bergegas menuju pusat perbelanjaan.

Tempat yang mereka tuju cukup ramai meski sudah malam, ada pasar modern dan beberapa rumah makan yang masih beroperasi bahkan dipadati pengunjung. Mobil disimpan di tempat parkir dan Wang Yibo memberi saran lagi.

“Kamu pergi membeli beberapa bahan makanan untuk besaok dan aku akan mencari tempat makan untuk kita lalu memsan meja, kita akan bertemu di sana, jangan matikan ponselmu.”

Xiao Zhan mengangguk paham. Mereka keluar dari mobil dan bergegas melakukan bagian masing-masing, berpisah setelah beberapa langkah. Wang Yibo ke sisi sebelah kanan dan Xiao Zhan sebaliknya.

Besok adalah hari minggu, hari libur, biasanya Bibi Yang tidak datang. Itulah mengapa mereka perlu membeli bahan mentah jika tidak memiliki rencana keluar. Xiao Zhan tidak memiliki janji temu dengan siapa pun dan juga masih dalam kondisi cukup lelah pasca perjalanan bisnis, sehingga memutuskan untuk menjadikan hari minggu sebagai hari beristirahat. Tampaknya Wang Yibo juga mengalami hal yang sama.

Xiao Zhan mendorong troli, memilah bahan makanan yang akan dibeli, dan memasukkannya ke dalam troli. Melakukan hal yang sama berulang kali. Tidak banyak yang dibeli, hanya untuk dua orang dalam satu hari.

Setelah beberapa saat, dia merasa bahwa apa yang diperlukan sudah lebih dari cukup. Dia pun membawa langkah menuju kasir dan melihat antrian cukup panjang. Menghela napas dalam hati untuk mendapatkan kesabaran.

Ponselnya bergetar, sebuah pesan masuk diterima dari Wang Yibo. Laki-laki itu mengirim detail tempat makan yang dipilihnya dan menunggu kedatangan Xiao Zhan, dia juga sudah memesan beberapa menu.

Pundaknya ditepuk dengan ringan dan menyisakan keakraban. Xiao Zhan terkejut, refleks menarik bahunya dan menoleh ke belakang. Sosok familier memberikan senyuman terbaik dan dengan ramah menyapa, “Zhan.”

“Darren?”

Selain terkejut, dia juga bertanya-tanya tentang mengapa laki-laki itu ada di sini? Kebetulan? Atau sesuatu yang agak tidak menyenangkan disebut. Menguntit.

Seperti memahami isi pikiran Xiao Zhan, Wang Darren menyodorkan sesuatu yang dibelinya, sekantong buah persik. “Saudaraku tinggal di daerah sini, aku datang berkunjung karena besok libur dan membawa buah tangan,” jelasnya lembut.

Temperamen Wang Darren terasa sangat berbeda dari terakhir kali mereka berbincang-bincang. Rasa cinta dan kasih sayang tidak bisa disembunyikan dari matanya, nada lembut juga memainkan peran untuk menggungah perasaan Xiao Zhan. Semakin baik perlakuan laki-laki itu padanya, semakin besar rasa bersalah di hati Xiao Zhan.


Merasa bahwa dia telah melakukan sebuah kesalahan besar yang merobek perasaan orang lain. Pada akhirnya, Xiao Zhan membuat keputusan dengan pertimbangan matang. “Setelah keluar dari sini, aku ingin berbicara denganmu.”

Dia tersenyum kecil. Sejenak lupa pada kepentingannya hingga penjaga kasir berseru, “Tuan, apa Anda tidak akan segera maju, jika tidak biarkan pelanggan lain terlebih dulu.”

Xiao Zhan terkesiap, memalingkan wajah dari Wang Darren, dan dengan canggung membawa troli ke depan meja kasir, meletakkan belanjaannya di atas meja. Setelah selesai, dua buah kantong berukuran sedang berada dalam genggamannya. Xiao Zhan berjalan ke luar dan mencari tempat terbaik untuk berbicara.

Di samping pasar modern ada gang kecil yang gelap dan tidak terlalu mencolok. Xiao Zhan memutuskan untuk mengobrol di sana, menunggu kedatangan Wang Darren.

Tak lama sampai sosok yang ditunggu muncul, berjalan dengan tenang, dan menampilkan senyuman menyilaukan. Berdiri di hadapannya dalam suasana hati baik. Xiao Zhan menghela  napas panjang, menyusun kalimatnya, dan mulai berbicara.

“Darren,” panggilnya ragu. “Aku merasakan perasaan tulusmu dan kasih sayang yang kamu ungkapkan, tapi aku juga harus jujur. Aku tidak bisa menerima perasaanmu lagi, hubungan kita tidak bisa lebih dari teman. Baik dulu, sekarang, dan-”

Kalimat panjang Xiao Zhan dipotong dengan cepat.

“Zhan, jangan katakan itu. Aku tahu kamu belum bisa menerimaku saat ini, tapi di masa depan kamu harus mempertimbangkannya. Aku bersungguh-sungguh.” Cahaya di mata Wang Darren agak menurun, tetapi tak menghilangkan harapan.

Xiao Zhan menatap tepat pada manik mata itu dan mengalirkan sedikit keluhan. “Kamu bersungguh-sungguh, aku bisa merakannya. Tapi ini sudah menjadi keputusanku, hubungan kita mungkin akan tetap seperti ini, sebagai teman. Maafkan aku. Sejujurnya ini cukup memberatkanku, Darren, kamu sangat tulus, tetapi aku tidak bisa membalas sesuai dengan harapanmu. Aku tidak ingin membuatmu semakin terluka nantinya.”

Selama kalimat panjang Xiao Zhan, Wang Darren mengalihkan perhatian, manik matanya bergerak gelisah. Tidak siap atas penolakan yang terlalu dini. Dia baru mengumumkan pengejarannya, tetapi mendapat penolakan begitu cepat. Wang Darren tidak ingin menyerah begitu cepat, masih ingin berjuang mendapatkan hati Xiao Zhan, masih ingin menjadi seseorang yang bisa di andalkan pihak lain.

Wang Darren mungkin tidak menahan gejolak dalam hatinya dan dengan keras kepala ingin meyakinkan Xiao Zhan lagi.

“Zhan, apa semua ini ada hubungannya dengan,” tatapannya kembali di arahkan pada Xiao Zhan dengan ragu, “Wang Yibo. Kalian memiliki hubungan khusus?”

Xiao Zhan membelalakkan mata, terkejut, dan tidak bisa berkata-kata.

“Terakhir kali, aku menciumnya. Bau parfum kalian sama dan tindakan kalian cukup intim. Apa yang kupikirkan benar, bukan?”

Manik mata Xiao Zhan tampak layu, secara bertahap kepalanya menunduk, dan menggeleng ringan. “Tidak sedekat itu,” jawabnya jujur.

Nada suara Xiao Zhan lirih, tetapi tidak mengundang simpati dari pihak lain. Justru merasa cukup berbunga-bunga dan memiliki harapan lagi di wajahnya, menyunggingkan senyum sekilas. “Kalau begitu, biarkan aku mengejarmu lagi. Setidaknya sampai kamu menemukan pasangan yang cocok denganmu. Kamu merasa tidak nyaman, aku akan mengurangi keagresifanku dalam upaya pengejaran. Tidak masalah, bukan?”

Xiao Zhan mendengarnya dengan cermat dan tidak memiliki alasan lain untuk menolak, hanya bisa mengembuskan napas pasrah.

“Terserah padamu.”



.....



Di tengah keteguhan Wang Darren untuk mengatakan pengejarannya terhadap perasaan Xiao Zhan, dering telepon mengganggu perbincangan itu. 

Xiao Zhan mengangkat panggilan tanpa ragu bahkan tak sedikit pun menganggap keberadaan orang lain di dekatnya. Segera dia berucap, “Halo.”

Penelepon itu adalah Wang Yibo, dia mempertanyakan mengenai keadaan XiaoZhan. Mengapa begitu lama? Apa ada masalah? Bagaimana keadaan di sana? Dan lain sebagainya. Juga mengatakan bahwa pesanan mereka telah tiba.

Menanggapi pertanyaan yang bertibu-tubi dilayangkan, Xiao Zhan hanya mampu terdiam untuk beberapa saat. Ini adalah karakter Wang Yibo yang tidak pernah ditunjukkan sebelumnya. Agak berlebihan, tetapi cukup menyenangkan jika dipikir lebih dalam. Pada akhirnya, Xiao Zhan menjawab dengan tenang, “Aku akan menjawabnya nanti. Sekarang, lebih baik bergegas ke sana.”

Setelah mendengar persetujuan dari pihak lain, panggilan telepon berakhir. Xiao Zhan memandang ke arah Wang Darren yang masih bergeming di tempat. “Darren, aku harus pergi, seseorang menungguku.”

“Apa itu Wang Yibo?” Wang Darren mengajukan pertanyaan langsung pada inti yang ingin diketahuinya. Meskipun memiliki keyakinan besar akan jawaban yang diberikan Xiao Zhan, tetapi dia tetap berharap bahwa orang itu bukanlah Wang Yibo. Namun, jawaban Xiao Zhan mengkhianati harapannya.

Xiao Zhan menganggukkan kepala dengan mantap. “Ya.”

Senyuman masam bertengger di wajah Wang Darren, matanya yang hitam pekat tampak galak dengan alis tebal nyaris menyatu. “Sampai jumpa lagi,” ucapnya bernada tenang. Dia tidak benar-benar merelakan jika Xiao Zhan akan pergi, tetapi logika masih jernih, dan hati tidak ingin mengekang sosok itu.

Bayangan tubuh Xiao Zhan yang berjalan kian menjauh, mengecil, dan menghilang ditelan kegelapan. Wang Darren takut laki-laki itu akan benar-benar hilang dari hidupnya seperti beberapa tahun ke belakang. Saat-saat di mana dia baru menyadari perlakuan buruknya terhadap Xiao Zhan, penyesalan datang setiap kali dia mengingat wajah laki-laki itu, tetapi sekalipun keinginan untuk meminta maaf dan memperbaiki segalanya begitu besar, Xiao Zhan yang dekat dengannya telah pergi jauh.

Xiao Zhan yang hangat dan bergantung padanya telah tiada, hanya ada Xiao Zhan yang enggan berpapasan dengannya, Xiao Zhan yang selalu gelisah dan merasa takut. Lalu, ketika kesempatan memperbaiki diri datang dan dia mampu menunjukkan perasaan sesungguhnya, laki-laki yang menjadi objek cintanya telah lebih dulu dijerat orang lain.

Meski Xiao Zhan tidak secara resmi menjadi milik Wang Yibo, tetapi tetap saja hatinya lebih condong pada laki-laki itu. Mengurangi poin dan kesempatan Wang Darren untuk memilikinya.

Itu adalah penyesalan terbesar Wang Darren.

Ketika Xiao Zhan tiba di depan tempat makan yang disebutkan Wang Yibo dalam pesan, dia dapat menemukan sosok itu dari balik jendela kaca. Memasuki tempat makan, mendapat sambutan dari pegawai dan tatapan mata Wang Yibo.

Menuju di meja pesanan, duduk di kursi yang berhadapan dengan Wang Yibo, dan meletakkan kantong belanja di kursi kosong. “Maaf membuatmu menunggu lama,” ucapnya pelan.

Wang Yibo melirik, tatapan matanya sulit dijelaskan. “Tidak masalah.”

Xiao Zhan merasa lega dia melihat makanan di atas meja masih belum tersentuh sedikit pun. Laki-laki di hadapannya bukan hanya menunggu kedatangannya, juga menunggunya untuk makan bersama. Dengan rasa bersalah berkata, “Ge, seharusnya kamu makan lebih dulu, tidak usah menungguku.”

Wang Yibo tidak menanggapi perkataannya, tetapi memilih mengambil sumpit dan mulai makan bersama-sama. Mereka menikmati makanan untuk beberapa saat, hingga Wang Yibo mengajukan pertanyaan yang sejak awal ingin ditanyakan, “Kenapa sangat lama, apa yang terjadi?”

Xiao Zhan tiba-tiba mengingatnya. Segera menjelaskan duduk permasalahan, mulai dari pertemuannya dengan Wang Darren sampai isi percakapan mereka. Tak ada hal dilewatkan selain pembicaraan yang melibatkan Wang Yibo, baginya itu tidak terlalu perlu diungkapkan. Setidaknya untuk saat ini.

“Jadi, kamu memintanya untuk tidak mengejar lagi?” Wang Yibo bertanya langsung.

Anggukan kepala yang mantap dan terus terang. Untuk saat ini, hanya dengan Xiao Zhan menjauh dari orang lain, baik laki-laki atau perempuan yang memiliki perasaan lebih dari teman padanya, itu sudah cukup menyenangkan Wang Yibo. Apalagi ketika laki-laki itu bergantung padanya.

Entah mengapa memberikan kepuasan tersendiri dalam hati Wang Yibo, tetapi dia tidak menunjukkan ekspresi berlebihan. Tetap tenang dan berusaha menyembunyikan sentimen itu. Bagaimanapun, dia tidak ingin jika ada yang menangkap basah kesenangannya dan menjadi sebuah kepuasan lain bagi pihak lain.

Wang Yibo telah hidup dalam waktu yang cukup matang, mengalami begitu banyak kesulitan, bertemu ratusan orang dan mengenal mereka secara pribadi. Ada jenis orang yang akan menjerat orang lain dalam permainannya dan membuat pihak itu merasa senang sebelum dia mengikatnya erat, lalu mulai menunjukkan taring dan mengambil berbagai keuntungan.

Meskipun Wang Yibo tahu jika Xiao Zhan bukanlah seseorang yang akan berpikir bahkan bertindak seperti itu, tetap saja dia tidak ingin terlihat begitu menyukai pihak lain. Tujuan Wang Yibo untuk membuat Xiao Zhan bergantung dan mengandalkannya, bukan membuat orang itu merasa nyaman dan perlahan menimbulkan perasaan yang salah secara sadar.

“Pengejaran Wang Darren sangat menggangu seperti penguntit.” Perkataan Xiao Zhan menyadarakan Wang Yibo dari lamunan singkat. Saling menatap mata satu sama lain sebelum yang lebih muda kembali melanjutkan perkataannya, “Sejak dulu dia bisa dengan mudah menemukan keberadaanku dan tiba-tiba muncul dengan alasan kebetulan. Mungkin dulu aku mempercayai ucapannya, tapi sekarang rasanya itu terlalu mengerikan.”

Itu adalah kebenarannya, Wang Darren memiliki sambungan bluetooth pada Xiao Zhan. Sudah beberapa kali laki-laki itu tiba-tiba muncul di sekitarnya dengan momen-momen tak menentu. Bahkan mungkin saja dia juga ada ketika Xiao Zhan sedang dalam perjalanan bisnis.

Setiap cerita yang dikatakan Xiao Zhan, semakin banyak hal yang diungkapkan, semakin besar pemahaman Wang Yibo tentang hubungannya dengan Wang Darren. Dan membuat Wang Yibo agak tergelitik untuk memperlihatkan keunggulannya.

Setelah selesai makan, mereka berdua keluar dengan satu kantong belanja di tangan masing-masing. Diam-diam Wang Yibo mengedarkan pandangannya mencari sesuatu, tetapi gerakannya sangat halus dan ringan, tidak menimbulkan kecurigaan bagi banyak orang.

Sekilas pandangannya menyapu pada satu titik, siluet familier tampak terefleksi di manik matanya. Wang Yibo tersenyum kecil, melihat ke arah Xiao Zhan dengan lembut, lalu mengulurkan tangan untuk meraih pinggang laki-laki itu. Sangat kecil dan tipis.

Dia bertanya dengan ringan, “Apa belanjaan itu berat?”

Xiao Zhan terkejut oleh tindakan intim yang dilakukan Wang Yibo, dia memalingkan wajah untuk menatap langsung pada sosok di samping, dan mendapatkan senyuman lembut. Tiba-tiba memahami sesuatu dan ikut memainkan peran, tersenyum sangat manis sampai ujung mata. “Tidak. Ini ringan,” ucapnya tak kalah ringan.

Sosok lain yang menonton secara diam-diam hanya mampu menggertakkan gigi di tempat. Menatap penuh kesal, tetapi juga penuh kesadaran diri. Meskipun dia sangat menyukai Xiao Zhan, dia juga tahu bahwa Wang Yibo bukanlah saingan yang tepat untuknya. Bayangan kedua orang itu telah menghilang dari pandangan Wang Darren, membuat kekesalannya sedikit berkurang. Dia berbalik untuk mencari mobilnya dan tak sengaja menabrak seseorang yang tanpa disadari telah lama berdiri di sekitarnya dan menatap objek yang sama.











Note: Bonus wkwkwkkw

The Cold Season ✓Where stories live. Discover now