Bagian 42

810 138 52
                                    

BAGIAN 42 Have A Talk

Atas paksaan Xiao Zhan dan ancaman, seperti ‘aku akan pulang sendiri’, sekitar jam tiga sore Wu Yifan mengantarnya mengambil mobil. Bengkel itu tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Xiao Zhan, bahkan mudah dilihat jika melewati jalan yang biasa dilalui ketika ke kantor, tetapi tidak disadarinya karena sejak malam itu ia tidak keluar apartemen.

Dan pria bernama Wu Yifan itu, enggan memberi tahu kebenaran. Alasannya sederhana, ia ingin agar Xiao Zhan bergantung padanya. Jika diberi tahu, sudah pasti laki-laki itu tidak akan pergi bersamanya. Isi kepala Wu Yifan memang agak bermasalah.

Namun, meski Xiao Zhan agak kesal, ia tetap mengucapkan terima kasih. Menunjukkan ketulusan dengan mengundang laki-laki itu minum kopi bersama. Mereka hanya bisa memutuskan sebuah kafe untuk dituju, panggilan masuk tiba-tiba datang di ponsel Wu Yifan, Direktur Wu memintanya segera kembali. Alhasil, tidak ada kesempatan bagi mereka untuk minum bersama.

Ini adalah keuntungan rahasia Xiao Zhan. “Tidak masalah, kita bisa minum lain kali.” Ia bersorak dalam hati, tidak menunjukkan kesedihan layaknya ekspresi Wu Yifan. Hal itu menimbulkan cibiran di pihak lain.

“Kamu terlihat senang.”

“Bukan begitu.” Xiao Zhan tersenyum kecil menanggapinya, tetapi sudut mata memperlihatkan kesenangan.

Wu Yifan sangat peka, tak ada yang bisa luput dari perhatiannya. Jika biasanya ia akan marah pada orang yang berbohong, Xiao Zhan pengecualian, hanya bisa tersenyum setelah menghela napas panjang. Bola matanya bergulir malas seolah mengatakan, tidak masalah, aku tahu kamu ingin segera berpisah.

Pada akhirnya mereka berpisah di depan parkiran kafe, Wu Yifan pergi dengan enggan dan Xiao Zhan dengan perasaan lega. Bagaimanapun, sikap Wu Yifan agak sulit diprediksi. Tidak ada yang tahu bagaimana ia bertekad setelah ini. Tujuannya mendekati Xiao Zhan tidak murni, meski tidak buruk juga.tbki

Tak jauh dari sana, Xiao Zhan menepi ke salah satu restoran cepat saji, memesan beberapa jenis makanan untuk makan malam. Sebenarnya, di apartemen ada bahan makanan yang bisa dimasak dengan mudah, Bibi Yang sudah mengisi penuh kulkas, tetapi Xiao Zhan terlalu malas untuk memasak. Apalagi, ia hanya sendirian, sekadar makan roti pun jadi.

Ketika melewati meja di luar, penampakan familier tak sengaja direkam penglihatan. Dari samping, sosok gadis duduk dengan lesu, menundukkan kepala, dan pakaiannya terlihat tidak teratur.  Hanya kaos berlengan panjang dan celana panjang di musim dingin, rambut tergerai dengan salah satu sisi diselipkan di sela telinga.

Xiao Zhan menghampiri tanpa pikir panjang, berjalan medekat dengan dua kantong kertas berisi makanan. “Lusi,” panggilnya pada jarak kurang dari lima langkah.

Gadis itu menoleh, tampak terkejut, lalu tersenyum kecil. Penampilannya sangat kuyu dengan kantung mata melingkar hitam, rambut berantakan, dan bibir pucat. Melihat penampilan yang jauh berbeda dari biasanya, Xiao Zhan tidak bisa tidak terkejut dan merasa aneh. Duduk di kursi depan, memberi perhatian lebih.

“Ada apa denganmu? Apa yang terjadi?” tanyanya pelan. Berusaha mengalirkan suasana tenang dan menunjukkan kepedulian tanpa niat buruk yang hanya sekadar ingin tahu.

Zhao Lusi menunduk, mengguncang gelas kopi di tangan, dan menghela napas lelah. Setelah beberapa saat, ia mengalihkan pandangan ke arah gedung tinggi menjulang tak jauh dari situ. Matanya yang biasa berbinar-binar tidak ada, hanya ada sinar redup karena lelah.

“Kemarin ibuku masuk rumah sakit. Tapi untungnya kondisinya tidak parah, satu atau dua hari lagi bisa pulang,” ia menjelaskan sambil menyeruput kopi. “Bagaimana denganmu? Kamu dari mana?”

Xiao Zhan menggaruk tengkuk, tersenyum samar, untungnya Zhao Lusi tidak terlalu memperhatikan tingkah aneh itu. “Membeli makanan untuk makan malam. Teman apartemenku pergi, jadi hanya ada aku sendiri.”

The Cold Season ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang