Bagian 31

934 156 7
                                    



BAGIAN 31 Meet Brother and His Wife

Hari minggu pagi yang tenang dan damai, Xiao Zhan berdiri di depan kompor dan berkutik untuk memasak sesuatu yang dapat dimakan. Sementara Wang Yibo, yang notabene tidak menyukai sesuatu dalam zonanya kotor, tengah mencoba menggunakan mesin pembersih.

Kedua orang itu tampak akur, menciptakan suasana harmonis. Sarapan bersama sambil mengobrol ringan, lalu bermalas-malasan di sofa dengan tayangan variety show. Suara host dari televisi tak henti-henti mendengung di ruang nonton, sebagai penonton di rumah, Wang Yibo dan Xiao Zhan sesekali meliriknya, hanya ketika ponsel mereka kosong notifikasi.

Wang Yibo sendiri tengah berbincang-bincang ringan dengan beberapa teman seprofesinya, sementara Xiao Zhan sekadar menggulir aplikasi Moment karena bingung harus melakukan apa. Menonton variety show yang membahas berita viral bahkan lebih menyebalkan.

Menghela napas panjang, meredakan sedikit ketidaknyamanan, dan berakhir menyaksikan layar biru dengan tatapan kosong. Di sampingnya, Wang Yibo tertarik untuk melirik, melihat wajah menekuk tak bisa menyembunyikan emosi.

"Kenapa?" tanyanya kembali melihat benda persegi di tangan. "Kamu bosan?"

Xiao Zhan menoleh, tanpa sadar menggembungkan pipi seraya bersenandung mengiyakan, tetapi segera melihat ke depan. Tak sampai satu menit, ia kembali menoleh ke samping, memperhatikan sisi wajah Wang Yibo.

Dilihat dari sudut ini, fitur wajah laki-laki itu tampak seperti 3 dimensi. Tampan dan mapan. Keningnya tidak terlalu lebar meski rambut depan disisir ke belakang, bulu mata tidak lebat, tetapi cukup panjang, hidung lancip di ujung, bibirnya tipis dan merah gelap akibat sering merorok, tetapi tetap enak dipandang. Selain itu, leher putih juga tampak lebih panjang dengan jakun yang terlihat jelas. Secara keseluruhan sangat jantan.

Tanpa sadar Xiao Zhan meneguk saliva, mengedipkan mata cepat, dan menggulir bola mata ke sisi lain, lalu kembali melihat Wang Yibo.

Merasa ada yang memperhatikan, Wang Yibo bereaksi, mengerling ke arah Xiao Zhan yang mulai salah tingkah. Bergegas memutar kepala untuk menghindari tatapannya. Wang Yibo tidak terlalu mengerti situasi sampai melihat ujung telinga laki-laki itu yang memerah. Kini, balik dia yang memperhatikan sosok di samping, berpikir jika Xiao Zhan dengan telinga merah dan wajah malu tampak seperti kelinci putih. Lucu dan imut, tetapi sangat cantik.

Setelah melarikan diri dari menatap diam-diam pada Wang Yibo, Xiao Zhan benar-benar memperhatikan layar televisi. Awalnya hanya sebagai pelampiasan, pikiran masih kosong, tidak menentu, dan didominasi rasa malu. Namun, melihat tayangan mengenai rekomendasi kuliner sederhana yang bisa dibuat sendiri, tatapannya berubah fokus. Tiba-tiba memiliki ide bagus.

"Ge, aku pikir ada yang bisa dilakukan saat ini."

Wang Yibo mengerling ke arahnya. "Apa?"

"Masak."

Alasan utama yang melatarbelakangi keinginan itu bukan karena dia suka memasak, tetapi karena tergiur untuk mencoba memakan makanan yang direkomendasikan dan merasa malas keluar sekadar mencari makanan.

Tidak repot-repot melirik, Wang Yibo mengangguk setuju, mengizinkan Xiao Zhan melakukan apa yang diinginkan. Toh, tidak merepotkannya.

Sudah memutuskan apa yang akan dilakukan, dia beranjak dari duduk, hendak berjalan menuju dapur. Memikirkan suatu makanan yang ingin dinikmati membuat tidak sabar. Namun, sebelum langkah kedua diambil, ponsel dalam genggamannya berdering. Nada akrab ketika panggilan masuk sudah sangat dikenal, baik oleh pemilik ponsel tersebut maupun sosok yang tetap bergeming di sofa.

Wang Yibo langsung mengalihkan perhatian pada Xiao Zhan dan ingin bertanya mengenai identitas penelepon, tetapi suara rendah lebih dulu terdengar.

Kembali duduk di sofa sebelum mengangkat panggilan, Xiao Zhan terlebih dulu memanggil si penelepon, "Yuchen Ge, ada apa?"

The Cold Season ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang