Bagian 15

1.4K 165 20
                                    

WHEN I CRY INTO MY HANDS

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

WHEN I CRY INTO MY HANDS

Langit malam itu tampak sangat muram, tidak ada bulan yang tersenyum juga bintang yang berpendar. Semua keindahan langit ditelan oleh awan gelap yang menggantung dan siap memuntahkan tangisannya. Dari balik jendela kaca dalam kamarnya yang tak kalah redup, Xiao Zhan menatap lamat-lamat pada pemandangan di luar. Memperhatikan rinai hujan yang menetes kecil satu per satu dan menjejaki bumi, sebagian kecil mengenai kaca kamarnya. Mengetuk-ngetuk dengan semangat dan sedikit mengaburkan pendengaran diiringi oleh beberapa kilatan petir yang melintas.

Seseorang kemudian memasuki kamarnya tanpa permisi, mendekati remaja itu dan mengasongkan sepiring nasi. "Makanlah, Zhan," ucapnya lembut.

Mengalihkan atensi, Xiao Zhan memperhatikan sosok di hadapannya. Senyum lembut yang tampak sangat menenangkan mengusik sudut hati Xiao Zhan. Atensinya kemudian beralih pada makanan yang dibawakan untuknya. Mengulurkan tangan dan meraih piring tersebut, lalu melangkah ke sofa dan duduk dengan nyaman.. "Gege sudah makan?" tanyanya pada sosok itu.

Xiao Yuchen, kakak laki-lakinya, menganggukkan kepala berusaha meyakinkan. Namun, Xiao Zhan tahu jika itu adalah kebohongan. Xiao Yuchen selalu seperti itu, lebih mendahulukan Xiao Zhan dan mengabaikan dirinya sendiri. Sehingga peran Xiao Zhan sebagai adik pun harus mengerti dan memberikan perhatian lebih. "Ge, kita makan bersama. Duduklah di sini," tawar Xiao Zhan. Menepuk sisi kosong sofa yang diduduki. Melihat raut enggan dari kakak laki-lakinya, yang akan menolak, dia memberikan ancaman, "Aku tidak akan makan jika gege tidak."

Mendengar itu, Xiao Yuchen menurut. Adiknya memang lembut, tapi akan sangat keras kepala di beberapa momen. Dia berjalan mendekat dan mendudukkan diri di samping sang adik. Menerima suapan yang diberikan tangan kecil itu, Xiao Yuchen tidak bisa untuk tidak merasa hangat di hatinya. Setidaknya dia masih memiliki seseorang yang peduli di tengah kesukaran hidup mereka. Di dalam hatinya Xiao Yuchen bahkan berjanji akan melindungi sang adik.

"Ge, kapan mama akan pulang?" kunyahan di mulut Xiao Zhan melambat. Meski demikian, tangannya dengan lancar menyendokkan makanan dan menyuapkan pada yang lebih tua. Dalam keremangan malam itu juga desir air hujan dari balik luar, sudut mata Xiao Zhan ikut tergenang air. Belah bibirnya sedikit bergetar menahan tangis.

"Entahlah, mungkin beberapa bulan lagi," Xiao Yuchen menjawab asal. Tidak ingin menambah kesedihan sang adik dengan mengatakan yang sebenarnya mengenai ibu mereka. Tangannya terulur mengusap air di sudut mata Xiao Zhan dan mengelus surai hitam yang lembut. "Bersabarlah."

Pecahan kaca terdengar nyaring dari luar kamar, bahkan menyaingi derasnya suara hujan. Hal itu mengejutkan keduanya. Xiao Yuchen berdiri dengan spontan dan melirik pada pintu yang masih tertutup, kemudian beralih lagi pada adiknya yang tak kalah panik. Mengelus pipi Xiao Zhan dan berkata, "Gege akan mengeceknya, jangan khawatir. Tinggallah di sini dan habiskan makananmu."

"Mm." Xiao Zhan mengangguk. Kembali duduk dan menuruti perkataan kakak laki-lakinya. Membiarkan Xiao Yuchen keluar dari kamarnya dan menyelesaikan apa yang harus dilakukan. Bukannya Xiao Zhan tidak tahu tentang masalah yang tengah terjadi dalam keluarganya, tapi dia selalu diam dan bertindak seperti tidak mengerti apa pun. Kakak laki-lakinya selalu menjauhkan dia dari segala permasalahan dan tidak membiarkan Xiao Zhan terlibat.

The Cold Season ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon