Bagian 35

879 141 29
                                    

BAGIAN 35 Misunderstanding

Mobil melaju cepat di jalanan lengang, tiang lampu berwarna keemasan berjajar di sisi kiri-kanan dalam jarak beberapa meter. Sejauh penglihatan hanya ada kegelapan, satu-dua bagunan berlampu neon.

Wajah Xiao Zhan sudah pucat, ia juga gemetar memegang tepian mobil. Untung saja menggunakan sabuk pengaman, jika tidak sudah terpental ke depan dan belakang berulang kali. Tatapan matanya terfokus ke depan, melihat jalanan dengan waspada. Sesekali memejamkan mata sembari menghirup rakus oksigen sekadar meringankan ketakutan.

Pada jarak beberapa meter di depan, ia melihat bahwa jalanan berbelok tajam. Perasaan khawatir kian memenuhi hatinya. “Hati-hati, ada belokan!” ia berseru marah. Tangan menegang.

Seruan itu seolah hanya angin lalu, Wu Yifan bahkan tak menanggapi sama sekali. Mobilnya tetap dalam kecepatan yang sama, membanting setir seturut bentuk jalan dan tertawa setelah berhasil dengan baik.

Berbeda dengan Xiao Zhan yang parno. Matanya memejam dengan erat, degup jantung menggila sampai membuat napas tersekat-sekat. Perut bergejolak aneh, sesuatu terasa mendesak ingin keluar. Ada pergerakan dari lambung menuju tenggorokan dan tertahan di mulut. Menoleh ke arah samping, ia melotot pada Wu Yifan, dan memukul pundaknya.

“Hmmnnn .... Hmmm .....” Pipinya menggembung, salah satu tangan menutupi mulut.

Wu Yifan mengerti, segera mengurangi kecepatan dengan drastis, dan menginjak rem. Mobil berhenti di tengah jalan yang kosong, Xiao Zhan tergesa-gesa membuka sabuk pengaman dan berlari ke tepi jalan. Tubuhnya membungkuk dan muntahan meluncur dari mulut. Terdengar suara, “Hoek, hoek.” Dalam jangka panjang.

Ragu-ragu Wu Yifan mendekatinya, mengelus punggung, dan memberikan pijatan kecil. Meskipun ada rasa jijik, tetapi untuk pertama kalinya ia bersedia membantu orang lain. Biasanya cuek saja, membiarkan orang lain membantu.

Setelah mengeluarkan semua muatan dari perut, tubuh Xiao Zhan terasa lemas. Sulit baginya untuk bergerak barang selangkah sehingga memutuskan berjongkok sembari menenagkan diri.

Angin malam di akhir musim gugur berembus membawa rasa dingin yang menyengat. Meski telah mengenakan mantel tebal dan syal melilit leher, tetap saja tidak bisa menghindar dari menggigil. Wajah Xiao Zhan memerah sepenuhnya karena dingin, pucuk telinga pun tak ketinggalan. Tampak seperti kelinci.

Wu Yifan mengulurkan tangan mengelus helaian rambut dingin Xiao Zhan. Dengan nada bersalah bertanya, “Bagaimana keadaanmu? Sudah baikan?”

Rasa kesal sudah membuat sarang yang sangat besar dalam hati Xiao Zhan, sehingga tak mudah luluh oleh nada menyesal dan ekspresi muram Wu Yifan. Tangannya tanpa sadar bergerak menepis tangan pihak lain, bangkit berdiri dengan sempoyongan, dan menjawab. “Tidak masalah. Ayo, pulang!”

Seandainya ia tahu di mana lokasi saat ini dan tubuhnya cukup kuat, pasti lebih baik memilih memesan taksi online. Dari belakang, tiba-tiba saja tangan besar sudah melingkari pinggangnya, memegang erat agar ia tidak terjatuh. Suara ringan dan lembut menyapa telinga.

“Maaf, selanjutnya aku akan pelan-pelan.”

Xiao Zhan tidak menggubris juga tidak menolak bantuan pihak lain. Ia dibantu duduk di kursi penumpang,dipakaikan sabuk pengaman, dan diperlakukan seperti anak kecil. Keseluruhan gerakan sangat hati-hati seolah mencerminkan penyesalan membuat Xiao Zhan menghela napas.

Ketika Wu Yifan memasuki mobil, ia melirik sejenak ke samping. Memperhatikan wajah Xiao Zhan dengan saksama. Cahaya kekuningan di dalam mobil menyiram wajah kemerahan menambah kesan menawan, lembut, dan liar di waktu yang bersamaan terlebih ketika mata hitam jernih berkedip. Tanpa sadar Wu Yifan menelan saliva kasar, jakunnya bergulir.

The Cold Season ✓Where stories live. Discover now