Bagian 19

1K 143 8
                                    

Slice of Memory

Malam itu frekuensi tidur Xiao Zhan sangat buruk, beberapa kali dia terbangun di tengah malam karena mengalami mimpi buruk. Bukan hanya itu, keringat dingin pun membanjiri keningnya. Pikirannya dipenuhi oleh masalah yang menimpa beberapa hari itu. Ketika pagi tiba tanpa berlama-lama dia membersihkan diri dan bersiap untuk bekerja.

Keluar dari kamar dan bergegas menuju ruang makan, di sana sudah duduk Wang Yibo dengan pakaian formal tengah menikmati hidangannya. Xiao Zhan bergerak mendekat dan duduk di kursi yang bersebelahan dengan Wang Yibo. Setelah beberapa hari mereka tinggal bersama, rasa canggung perlahan memudar di antara mereka. Meskipun belum sampai tahap yang begitu intim.

"Selamat pagi, Sir," Xiao Zhan melayangkan sapaan lebih dulu. Di hadapannya sudah tersedia sepiring nasi goreng yang telah disiapkan Bibi Yang untuknya.

Wang Yibo mendongakkan kepala untuk melihat Xiao Zhan, mengangkat sebelah alisnya sebagai balasan.

Makan dalam ketenangan yang luar biasa, Xiao Zhan sesekali melirik pada laki-laki yang berserbarangan. Melihat bahwa Wang Yibo makan dengan etiket yang sempurna dan cukup hening. Semakin dia memerhatikan, semakin dia sadar jika Wang Yibo adalah sosok yang sangat baik dan tampan. Wajah itu terlihat sangat dewasa dengan rambut tersisir rapi ke belakang, tampang serius tidak luput dari ekspresinya.

Menyadari seseorang mengamati, Wang Yibo terbatuk pelan sebelum meraih air di gelasnya dan menengguk hingga kosong. Hal itu sontak membuat Xiao Zhan menunduk malu dengan pipi yang mulai memerah. Tertangkap basah sedang memerhatikan seseorang merupakan kejadian yang memalukan.

"Apa kamu akan menemui Wang Darren lagi?" Wang Yibo tiba-tiba bertanya untuk mengalihakan rasa malu Xiao Zhan.

Dari tempatnya duduk, Xiao Zhan menganggukkan kepala tanpa mendongakkan kepala dan menjawab, "Ya, jika dia sudah mendapatkan informasi tentang penyebar berita."

Wang Yibo mengerti, bagaimanapun semua itu melibatkan nama mereka berdua, padahal laki-laki yang ada dalam foto itu adalah dia. Tidak menyangkal jika semua kekacauan ini adalah kecerobohannya yang tidak menutup pintu hanya karena mereka berada di bilik toilet yang paling ujung.

Selama Wang Yibo melamun, Xiao Zhan sudah menyelesaikan sarapannya dan membawa piring kotor milik mereka untuk diletakkan pada pencuci piring. "Sir, apa kita berangkat sekarang?" Xiao Zhan menyadarkan Wang Yibo dengan pertanyaanya.

Laki-laki itu tidak menanggapi, tapi segera berdiri dan membawa langkah menuju ke luar apartemen. Mereka berjalan beriringan dalam hening sampai tiba di valet, lalu mengendarai kendaraan masing-masing. Untuk menghindari sesuatu yang buruk di kantor, maka mereka harus berhati-hati. Setidaknya sampai Wang Yibo dapat memastikan keamanan bagi Xiao Zhan.

Mereka tiba di area perkantoran dengan waktu yang tak terpaut jauh. Wang Yibo berjalan di depan dengan diiringi oleh Johnny, sedangkan Xiao Zhan sudah lebih dulu masuk dan berdiri di depan lift karyawan yang tidak terlalu padat. Meskipun jumlah karyawan hanya ada sedikit, tapi tatapan setiap mata yang secara terang-terangan terarah pada Xiao Zhan membuatnya tidak nyaman, seperti sedang ditelanjangi di khalayak ramai. Sesekali gerakannya tamapak tidak gelisah.

Di sisi lainnya, Wang Yibo yang melewati itu merasa sedikit kesal sehingga diam-diam dia menyuruh Johnny untuk menghampiri Xiao Zhan dan memaksa laki-laki itu ikut bersama mereka menggunakan lift ekslusiif. Kedatangan Johnny di bagian antrean para karyawan disambut dengan tatapan takjub penuh ketidakpercayaan. Mendekati xiao zhan dan menari pergelangan tangan laki-laki itu. "Ikutlah, ada yang ingin dibicarakan bos besar," ucapnya santai.

Mendengar jika Wang Yibo memiliki keterlibatan dalam masalah ini, Xiao Zhan sedikit meregangkan otot-otot wajahnya yang tegang. Tidak merasa khawatir karena dia tahu jika Wang Yibo sudah mengetahui perihal ini.

The Cold Season ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon